10_Serenada

1.7K 310 328
                                    

Semalam ngantuk banget habis isya'an keterusan bobok jadi ketunda posting. Komen 160 bisa? Play Pekat by Yura Yunita feat Reza Rahardian.

..

Kita harus sadar bahwa tak selamanya cinta itu harus memiliki. Tak selamanya cinta itu harus diperjuangkan. Dan ketika kita mencintai seseorang, kita harus siap dan ikhlas saat semuanya tak bisa lagi berjalan beriringan. Yang mencintainya bukan hanya kamu, yang berdoa dan yang berusaha menjadi pantas bukan hanya kamu.

Pesan dari Bayu. Pemuda itu telah meninggalkan rumah sakit enam jam yang lalu setelah merayakan ulang tahun ke dua puluh pasien perempuan yang kini duduk di atas ranjang dengan selang infus bercabang yang menusuk punggung tangan kanannya.

Nada mengusap air mata yang tanpa ia sadari telah berjatuhan melewati pipi. Hidungnya memerah karena sedari tadi menahan rasa sesak di dada. Inginnya kembali menatap lembayung Bali bersama kedua sahabat, tapi waktu itu tidak akan pernah kembali. Ada rasa menyesal terselip di dalam hati.

Andai saat itu ia tidak mengutarakan perasaannya, mungkin ia masih bisa menatap senyum kedua sahabatnya di detik-detik ia menunggu kapan Tuhan mengambilnya. Naka menjauh, Bayu marah, gadis itu tahu apa alasannya.

"Kenapa sesakit ini, Tuhan?" tanpa seorangpun tahu, Nada menangis kesekian kalinya.

***

Kepada Bapak Tanaka Bimasena? Rimba membaca kertas bertuliskan nama serta alamat, sepertinya sang adik masih terlihat sibuk akan membungkus satu dus yang cukup besar. "Paket buat siapa dek?"

"Buat orang Jakarta, Mas."

Rimba mengamati apa saja isi dus, ada beberapa jajanan khas Malang dan dua bungkus lain yang lebih kecil beserta post it menempel, "ngapain kirim paket?"

"Ini titipan dari temenku yang di kedubes Baku buat temennya di Jakarta, kerja di TV-Enam."

"Siapa?" Sepertinya Rimba tahu siapa penerima paket dari kertas yang tergeletak di sini sang adik. Lagipula nama itu tidak asing, kalau Rimba tidak salah mengenali.

"Tuh namanya, Tanaka."

"Mau-maunya dititipin paketan segitu banyaknya, memang orang penting?"

Arimbi menggeleng, "gak gitu, ini paket dari Mas Haidar temenku di Baku," Arimbi menunjuk pada bungkusan cokelat yang tidak besar, "terus aku tambahin."

"Kenapa ditambahin?"

Arimbi berhenti sebentar, menoleh ke belakang, kedua matanya saling bertatap dengan Rimba yang herannya malam ini habis dari kantor bukannya pulang ke rumahnya sendiri malah mampir ke rumah orang tua mereka. "Ya gak apa-apa, ini buat temenku lainnya yang satu kantor sama beliau."

"Beliau? Tanaka? Udah tua?"

"Kok Mas Rimba kepo?"

Rimba tertawa, "lah emang salah nanya?"

"Ya enggak," Arimbi kembali fokus pada paketan yang telah masuk semua ke dalam kardus.

"Bapak Tanaka udah tua?" Rimba mengulang pertanyaan.

RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang