Bagian pertama, semoga suka ya 🤗
Happy reading 💙
***
Zeta masuk ke dalam kelasnya, menyapa Kia teman sebangkunya yang sudah datang. Kemudian duduk di bangkunya.
"Lo keliatan lagi senang banget, ada apa?" tanya Zeta pada Kia. Kia itu teman Zeta sejak kelas sepuluh. Mereka sudah sangat dekat. Apa pun masalahnya pasti Zeta selalu menceritakannya kepada Kia. Bagi Zeta, Kia itu pendengar yang baik. Kia tidak pernah keberatan mendengar ceritanya, sekalipun itu curhat tentang Agra yang terus saja menolaknya.
Kia menoleh, tersenyum pada Zeta. "Gue seneng karena hari ini kita nggak ada tugas," ujar Kia.
Zeta mengangguk-angguk setuju. Tugas memang segalanya untuk anak SMA seperti mereka.
"Zeta! Kerjain tugas gue ya. Kemarin gue lupa kasih bukunya ke lo." Suara Agra yang datang langsung menyelonong masuk ke dalam kelas Zeta. Tanpa menunggu Zeta mengiakan langsung menaruh bukunya ke meja Zeta.
Zeta diam saja, dia tersenyum, tidak keberatan sama sekali langsung membuka buku tulis Agra.
"Yang ini ya?" tanya Zeta, menunjuk lima soal pelajaran kimia.
"Iya yang itu." Agra melihat jam di tangannya. "Tinggal lima menit lagi sebelum bel. Bisa selesai kan? Gue nggak mau sampe nilai akademik gue turun," lontar Agra.
"Bisa kok," jawab Zeta. Dia tersenyum pada cowok tampan di depannya itu. Tapi Agra malah melihat ke arah lain, ke arah Kia yang duduk di sebelahnya.
Zeta tidak mau membuang-buang waktu. Dia mulai mengerjakan tugas Agra. Tidak susah sama sekali, karena memang kelas Zeta sudah lebih dulu membahas soal itu.
"Rambut lo bagus."
Zeta refleks mendongakkan kepala mendengar pujian itu. Dia tersenyum saat melihat Agra. Namun ketika menyadari pujian itu bukan untuknya, melainkan untuk Kia---temannya, senyum di bibir Zeta menghilang.
"Makasih," balas Kia malu-malu. Dan Agra tampak tersenyum mendengar jawaban Kia. Zeta yang menyaksikan sempat terdiam, tapi tidak lama cewek itu ikut tersenyum. Lalu kembali mengerjakan tugas Agra.
"Udah?" ujar Agra saat Zeta menyerahkan bukunya. Cewek itu mengangguk kecil. Seperti biasa, Zeta akan selalu tersenyum kepada Agra. Tapi akhir-akhir ini Zeta sadar, Agra tidak pernah membalas senyumnya lagi.
"Lo harus rawat baik-baik isi kepala lo itu. Saat nggak ada yang spesial di diri lo. Seenggaknya lo masih punya isi kepala yang bagus," ucap Agra pada Zeta. Kata-kata itu terdengar begitu ketus juga menyakitkan untuk Zeta. Tapi karena Agra yang bicara, Zeta tersenyum saja.
"Gue balik. Bye, Kia." Agra tersenyum pada Kia. "Oh iya, lo bener-bener keliatan bagus pakek poni kayak gitu. Makin tambah cantik."
"Apa sih Agra, bikin malu tau nggak," balas Kia. Pipi cewek itu memerah. Agra terkekeh pelan, kemudian cowok itu meninggalkan kelas Zeta.
Setelah Agra pergi. Zeta memperhatikan Kia, temannya itu masih tersenyum, meski sekarang sedang mencoba fokus membaca buku. Memang Kia itu siswi paling cantik di SMA Patra. Kalau harus membandingkan dengan angka. Dari sepuluh sampe satu. Mungkin dia hanya lima dari kecantikan yang dimiliki Kia. Kia juga anggota tetap club cheer. Satu-satunya kekurangan yang dimiliki Kia, cewek itu hanya kurang pintar. Kia selalu mendapatkan juara lima terbawah di kelas.
***
"Kia mau ke mana?" Zeta mencegah Kia yang akan keluar kelas. Akhir-akhir ini dia selalu memperhatikan, jika sedang tidak ada guru, pasti Kia akan keluar dari kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Luka
Teen Fiction"Lo suka sama gue kan?" Zeta mengangguk cepat dengan matanya yang berbinar. "Mau jadi pacar gue kan?" Zeta mengangguk lagi. Agra tersenyum, senyum yang begitu Zeta suka. "Kalo lo bisa selesaikan tugas gue dalam waktu satu jam dan gue dapat nilai...