Aku cuma mau bilang selama aku nulis Darka, Destin, Darka 2, Dia Naina dan sekarang Garis Luka. Dari semua cerita aku itu nggak pernah yang pakek jadwal update. Aku update kalo memang udah siap ngetiknya. Karena kalo pakek jadwal aku malah takut buat ngecewain kalian yang mungkin udah nungguin di hari itu tapi ternyata aku nggak update.
Makanya kalo aku udah mau siap ngetiknya pasti selalu aku kasih pengumuman update di akun wattpad aku khairanihasan jadi kalian yg blm follow, pembaca baru aku silakan di follow ya, biar dapat info updatenya.
Aku cuma mau bilang. Kadang kalian minta update menggunakan bahasa yang kurang nyaman buat penulis baca, entah itu untuk merendahkan atau membandingkan dengan cerita lain. Komen kalian itu bakal ngehancurin mood nulis penulis itu.
Jadi kalo kalian nggak suka sama cerita ini, mending tinggalkan saja. Kalo kalian ngeluh karena cerita ini lama update, aku punya urusan juga di RL. Jangan komen yang menghancurkan mood nulis aku. Mohon banget.
Tolong dipahami ya 😊
Ayo absen dulu tempat kalian sekarang jam berapa?
Selalu tinggalkan vote dan commentnya ya 🤗
Happy reading 💙
***
Malam setelah diantar pulang Sakha....
Hampir pukul sepuluh malam, Zeta menutup bukunya, memastikan lagi buku-buku yang harus dibawa besok. Kemudian melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Sebelum melangkah ke tempat tidur, Zeta pergi ke jendela yang memisahkan balkon dan kamarnya, mengintip sebentar suasana di malam itu. Sampai malam langit masih betah menangis.
Zeta berjalan ke tempat tidur, tanpa mematikan lampu langsung berbaring dan menutup setengah tubuhnya dengan selimut. Memejamkan mata berusaha untuk masuk ke alam mimpi.
Sudah hampir pukul dua belas dan Zeta masih terjaga. Dia tidak bisa tidur meskipun sangat ingin.
Dia terus mengingat kejadian tadi sore, saat melihat Barry bertemu anak Tariksa di warung depan sekolah. Setahunya selama ini Agra dan teman-temannya tidak pernah akur dengan anak-anak Tariksa. Tapi tadi Barry begitu baik saat berbicara dengan salah satu anak Tariksa. Seperti memang memiliki hubungan.
Zeta sudah bilang pada dirinya untuk tidak usah memikirkan dan mengabaikan segalanya yang mungkin akan terjadi ke depannya. Tapi semuanya bertolak belakang dengan keinginannya. Buktinya dia sampai tidak bisa tidur, merasa salah karena telah merahasiakan hal itu dari Agra.
Zeta menyibak selimutnya, turun dari tempat tidur dan berjalan ke balkon. Matanya memindai keadaan sekitar, namun hanya fokus pada kamar Agra. Lampu kamar itu masih hidup, itu berarti Agra belum tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Luka
Teen Fiction"Lo suka sama gue kan?" Zeta mengangguk cepat dengan matanya yang berbinar. "Mau jadi pacar gue kan?" Zeta mengangguk lagi. Agra tersenyum, senyum yang begitu Zeta suka. "Kalo lo bisa selesaikan tugas gue dalam waktu satu jam dan gue dapat nilai...