Absen dulu. Coba comment dengan emoticon terakhir yang kamu gunakan?Siap buat vote dan comment yang banyak untuk bagian ini?
Aku cewek capricorn, kamu?
Happy reading 💙
***
Agra tidak pernah merasa benar-benar nyaman saat makan bersama orang tuanya. Alasannya tidak lain karena ayahnya akan banyak bicara yang membahas tentang nilai dan nilainya yang harus selalu bagus. Hal itu membuatnya merasa tertekan. Sebab itu Agra selalu ingin menghindar saat waktu makan malam ataupun saat waktu sarapan pagi.
Namun pagi ini sedikit berbeda. Suasana di meja makan sangat hening. Tidak sedikitpun ayahnya membuka suara. Suasana yang seperti ini lebih menakutkan untuk Agra. Karena itu berarti ayahnya masih sangat marah sampai tidak mau mengatakan apa pun kepadanya.
“Luka di bibir udah dioles sama salep?” tanya Fanya yang memecahkan sedikit keheningan.
Agra melihat ibunya dan mengangguk.
“Pulang sekolah jangan kelayapan. Langsung pulang dan istirahat,” kata Fanya lagi.
Agra kembali mengangguk.
Setelahnya suasana kembali hening. Agra dengan cepat menyantap makanannya, agar lebih cepat dia pamit pergi ke sekolah.
“Pagi Om, Tante.” Suara Sakha membuat kepala tiga orang yang sedang makan menoleh. Fanya tersenyum begitu lebar menyambut sepupu Agra itu. Begitupula dengan Sultan, wajah yang tampak dingin sejak pagi, kini tersenyum begitu hangat ketika melihat kedatangan Sakha.
“Loh Sakha, cepat duduk kita sarapan bareng,” ajak Sultan.
Mendengar suara ayahnya membuat Agra kini memandang ayahnya itu. Dia dapat melihat dengan jelas perubahan raut di wajah ayahnya. Terlihat begitu senang hanya karena ada Sakha.
“Ma, ambilkan nasi buat Sakha,” ucap Ayahnya lagi. Ibunya dengan cepat mengambil piring.
“Sakha masih nggak suka makan sayur?” tanya Fanya sambil memberikan piring yang sudah berisi nasi kepada Sakha.
“Iya Tante,” jawab Sakha sambil merima piring.
Fanya tersenyum. Lalu mendekatkan segala lauk kecuali sayur ke meja Sakha.
"Bagaimana sekolah kamu?" tanya Sultan sangat ramah.
“Semua berjalan baik, Om.”
Sultan tersenyum. “Anak baik mana mungkin membuat masalah,” ujar pria itu.
Sakha tersenyum membalasnya.
Ruangan yang sangat hening tadi, seketika berubah karena kehadiaran Sakha di tengah-tengah mereka. Baik ayah atau ibunya tidak berhenti mengajak Sakha berbicara. Agra yang terbiasa mendengar sikap ramah ayah dan ibunya untuk sepupunya itu, memilih mengabaikan dan hanya sibuk menghabiskan nasi di dalam piringnya.
***
“Muka lo kenapa?” Sakha bertanya saat mereka keluar dari rumah dan berjalan ke garasi mobil. Sebenarnya sudah sejak di ruang makan tadi dia ingin bertanya, tapi harus menahannya karena tidak ingin membuat suasana menjadi canggung karena pertanyaannya nanti. Dia yakin sekali, luka dan lembam di wajah sepupunya itu disebabkan oleh ayah Agra sendiri.“Lo kenapa pagi-pagi ke sini?” Agra balik bertanya. Sengaja mengubah topik pembicaraan karena tidak ingin membahasnya.
“Balikin buku Zeta yang gue pinjam tadi malam.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Luka
Teen Fiction"Lo suka sama gue kan?" Zeta mengangguk cepat dengan matanya yang berbinar. "Mau jadi pacar gue kan?" Zeta mengangguk lagi. Agra tersenyum, senyum yang begitu Zeta suka. "Kalo lo bisa selesaikan tugas gue dalam waktu satu jam dan gue dapat nilai...