35. Tinggal Bareng part 2

145K 20.7K 11.6K
                                    

Happy reading 💙

13,8k vote dan comment 16k buat next part cepat.

***

Agra sampai di rumah pukul lima sore. Dia berjalan ke pintu utama rumahnya setelah memarkirkan motornya di depan garasi. Berhenti saat melihat Mbak Siti---salah satu pekerja di rumahnya sedang menyapu taman.

“Zeta udah ada di rumah Mbak?” Agra bertanya.

Mbak Siti berhenti menyapu. Melihat ramah anak dari majikannya.

“Udah, Den, dari tadi siang udah di sini.”

Agra mengangguk paham. Lantas kembali melangkah dan masuk ke dalam rumah.

Kamar tamu berada di lantai dua, sebelah kiri dari kamarnya. Agra memutuskan menghampiri kamar itu dulu sebelum ke kamarnya. 

Tok... Tok... Tok!!! 

Suara Agra mengetuk pintu. 

"Zeta," panggilnya. 

Berapa lama tidak ada jawaban. Agra kembali memanggil. 

"Zeta?"

Tidak ada jawaban juga. Agra meraih gagang pintu dan memutarnya. Saat pintu itu terbuka, Agra dapat melihat Zeta yang sedang duduk di depan meja belajar. 

Ini bukan kali pertama Zeta menginap di rumahnya. Beberapa kali Zeta juga tinggal di rumahnya saat orang tua cewek itu ada urusan mendadak di luar kota. Itu sebabnya ada meja belajar di kamar tamu. Karena ibunya yang menaruh.

"Lo lagi belajar?" Agra jelas tahu pertanyaanya sangatlah tidak berguna. Dari melihat saja sudah jelas cewek itu sedang belajar. Tapi untuk memulai pembicaraan semua orang perlu berbasa-basi di awal.

Basa-basi Agra tidak ada hasilnya. Jangankan menjawab, menoleh pun Zeta tidak. Karena sudah terbiasa diabaikan. Agra biasa saja. Lagipula Agra yakin hal ini akan terjadi. Tidak akan mudah membuat Zeta merespons sekalipun berada di rumahnya.

“Kalo lo butuh sesuatu panggil aja Bi Izah.” Agra mengatakan sesuatu yang tidak penting lagi. Tentu saja cewek itu akan memanggil Bi Izah jika memerlukan sesuatu. Zeta bukan orang asing di rumah ini, cewek itu mengenal semua orang.

Agra menutup kembali pintu kamar Zeta. Lalu pergi ke kamarnya.

Sekitar pukul tujuh Agra turun ke bawah, menuju ruang makan dan menemukan Bi Izah yang sedang menyiapkan makan malam.

“Makan malamnya udah siap, Bi?” tanya Agra.

“Udah, Den. Ini Bibi mau panggil Non Zeta.”

Agra mengangguk. Mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin. Lalu menarik bangku dan duduk. Mengecek ponselnya selagi Bi Izah memanggil Zeta.

Selang beberapa menit Bi Izah kembali. Agra melihat penuh tanya wanita tua itu yang datang sendiri.

“Aden makan aja duluan. Non Zeta nggak lapar katanya.” Bi Izah memberi laporan.

Alis Agra tertaut. Tanpa perlu mengeluarkan suara untuk bertanya, Bi Izah kembali mengatakan sesuatu.

“Sebenarnya dari tadi siang Non Zeta belum ada keluar dari kamar. Pas Bibi tanya perlu sesuatu, pasti bilangnya nggak ada.”

Agra berpikir sejenak. Sepertinya dia paham kenapa cewek itu bersikap seperti sekarang. Sebagai tindakan keberatan karena disuruh tinggal di rumahnya dalam beberapa hari ke depan.

Agra segera bangkit dan pergi ke kamar Zeta.

Seperti tadi Agra mengetuk pintu lebih dulu sebelum memanggil nama Zeta. Memanggil berkali-kali tapi tidak ada jawaban. 

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang