8. Takut Gelap

238K 29.4K 4.2K
                                    

Selamat membaca 💙




***

Agra langsung masuk ke kelas IPA 1 saat melihat kelas itu sedang tidak ada guru. Kia yang melihat pacarnya masuk, tersenyum menyambut kedatangan Agra.

"Kamu ngapain? Mau ngajak aku ke kantin ya?" tanya cewek itu.

Agra tersenyum, mengusap lembut kepala Kia.

"Aku ada perlu sama Zeta. Dia nggak di kelas? Ke mana?" tanya Agra. Dia melihat bangku Zeta yang kosong, memperhatikan semua siswi di dalam kelas. Namun tidak menemukan Zeta.

"Mau suruh dia ngerjain tugas kamu ya?" ujar Kia.

Agra mengangguk saja.

"Kayaknya pergi ke perpus. Anak pinter jadi pas nggak ada guru langsung baca buku di perpus," celetuk Kia.

Agra tersenyum, mengusap kepala Kia lagi.

"Ya udah aku ke sana dulu ya," ucapnya.

Kia mengangguk dengan manis. "Nanti jadi kan?" tanyanya sebelum Agra pergi.

"Jadi dong." Agra mencubit hidung mancung Kia dengan gemas, mengacak rambut sang pacar dengan sayang. Kemudian beranjak pergi.

***

Jika guru yang mengajar berhalangan hadir, Zeta memang lebih senang menghabiskan waktu dengan membaca buku. Biasanya dia akan membaca buku di kelas, sambil sesekali berbicara kepada Kia. Namun semenjak mengetahui hubungan Kia dan Agra. Dan sampai sekarang Kia pun tidak pernah bersikap baik kepadanya, sekadar meminta maaf ataupun mengajaknya bicara duluan. Seakan cewek itu tidak mau hubungan pertemanan mereka kembali baik. Zeta lebih memilih pergi ke perpustakaan. Berada di samping Kia saat tidak ada pelajaran, membuatnya merasa sangat tidak nyaman.

Zeta mengambil buku yang membahas tentang alam semesta. Saat kembali ke bangkunya, dia menemukan Agra duduk tepat di hadapan tempat duduknya. Cowok itu duduk bersandar, begitu santai dengan kepala celingak-celinguk melihat sekitar. Karena sedang jam pelajaran, perpus sangat sepi. Sebelum Agra datang, di dalam perpustakaan hanya ada Zeta, dua junior cewek dan ibu penjaga perpus.

"Gue mau minta prediksi soal ulangan," ucap Agra. Kali ini cowok itu tidak berbasa-basi seperti biasanya.

"Ada di laci meja gue. Ambil aja," balas Zeta. Dia menarik bangku yang tidak berhadapan dengan Agra, duduk dan mulai membaca buku.

Agra berdecak. "Gue udah sampe ini. Kenapa harus balik lagi? Lo aja yang balik, gue tunggu di sini," ujarnya.

"Kalo nggak mau nggak perlu diambil," sahut Zeta tanpa melihat Agra.

Perkataan Zeta membuat Agra menatap cewek itu lebih intens. Memperhatikan Zeta yang begitu fokus membaca. Seolah isi buku itu lebih menarik dari keberadaannya sekarang.

Tapi jelas dia tahu, tentu saja dia lebih menarik. Hanya saja Zeta masih dalam misi mencari perhatiannya, jadi cewek itu berusaha sekuat tenaga untuk tidak melihat ke arahnya.

"Sikap lo tadi pagi bagus banget ya. Udah gue tungguin, malah minta diantar sopir," seru Agra. Mengingat kejadian tadi pagi, membuatnya kesal lagi. "Lo punya waktu tiga detik buat minta maaf, kalo enggak gue pastiin lo bakal nyesel, jangankan cari perhatian gue. Liat muka gue pun lo nggak akan gue kasih izin," Agra berucap panjang. Dia tersenyum menunggu Zeta menoleh dan mengatakan kata maaf padanya.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang