Happy reading 💙
***
Agra menemukan Zeta di ruang keluarga, cewek itu sedang menonton TV. Tanpa permisi Agra langsung duduk di samping Zeta, tetap memberi jarak karena dia tahu cewek itu tidak akan suka.
Tahu siapa yang duduk di sampingnya, Zeta tidak mengalihkan pandangannya dari layar TV.
“Mau ikut gue ke supermarket?” tanya Agra langsung.
Tidak dijawab. Agra sudah yakin akan berakhir seperti ini. Yang penting dia sudah berusaha mengajak, seperti yang ibunya inginkan. Lagipula dia datang bukan untuk memaksa.
Zeta mematikan TV, tiba-tiba cewek itu berdiri, membuat kepala Agra mendongak, menatap cewek itu tidak mengerti. Saat Zeta ingin pergi, spontan Agra menahan.
“Kenapa lo yang pergi dari rumah lo sendiri. Gue udah mau pergi. Duduk aja lagi,” ucap cowok itu.
Dengan cepat Zeta menepis tangan itu dari lengannya.
“Itu tau. Jadi ngapain lo datang ke rumah gue!” sahut Zeta dingin dengan intonasi tidak suka.
Ini untuk pertama kalinya lagi Agra mendengar Zeta merespons ucapannya. Sekalinya berbicara ternyata cewek itu akan marah-marah. Tapi Agra tidak mempermasalahkan hal itu. Rasanya lebih baik Zeta mengeluarkan suara meskipun hanya marah-marah seperti ini daripada cewek itu terus diam.
“Gue disuruh Nyokap ke supermarket, tapi harus ngajak lo,” ucap Agra memberi tahu situasinya.
Zeta tidak menjawab. Namun tangannya terjulur ke depan, seperti orang yang meminta sesuatu, membuat Agra bingung apa yang cewek itu maksudkan sekarang.
“Apa?” tanya Agra.
“Catatannya!” jawab Zeta galak.
“Oh.” Agra tersenyum, mengambil kertas kecil di dalam kantong jaketnya. Lalu memberikannya kepada Zeta.
"Jadi lo mau ikut ke supermarket?" Agra bertanya. Zeta tidak menanggapi, mengambil kertas dari tangan Agra.
Saat Zeta fokus melihat tulisan di dalam kertas, Agra memperhatikan cewek itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia baru sadar cewek di depannya ini sudah rapi. Pasti karena ibunya sudah menghubungi cewek itu lebih dulu. Dan karena hal itu Zeta jadi tidak bisa menolak, walaupun terlihat jelas sangat terpaksanya.
“Kalo nggak mau pergi. Tinggal bilang aja sama Nyokap gue,” ucap Agra. Jika harus jujur, dia senang jika Zeta ingin menemaninya ke supermarket, lebih baik ditemani daripada dia pergi sendiri. Karena memang dia tidak tahu apa pun, pasti akan kebingungan nanti di sana. Tapi jika cewek itu sangat keberatan pergi bersamanya, lebih baik tidak usah mengiakan suruhan ibunya saja.
“Gimana cara bilangnya?” Zeta balas kesal.
“Bilang kalo lo nggak mau.”
Zeta menatap Agra sangat tajam. Kemudian beranjak pergi. Jelas-jelas Zeta memperlihatkan kebenciannya, tapi sungguh Agra biasa saja dengan itu semua.
***
Agra mendorong troli, mengikuti Zeta yang begitu fokus melihat kertas catatan. Saat ini mereka berada di tempat yang menyediakan banyak sayur-sayuran.
“Ini bawang, Ta.” Agra menunjuk rak di sampingnya yang banyak terdapat jenis bawang. Mengambil satu, lalu cowok itu menunjukkan kepada Zeta.
Zeta mendengus kesal melihatnya. “Bukan yang ini,” ucap cewek itu marah. Agra menunjuk bawang merah biasa sedangkan yang mereka butuh bawang bombay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Luka
Teen Fiction"Lo suka sama gue kan?" Zeta mengangguk cepat dengan matanya yang berbinar. "Mau jadi pacar gue kan?" Zeta mengangguk lagi. Agra tersenyum, senyum yang begitu Zeta suka. "Kalo lo bisa selesaikan tugas gue dalam waktu satu jam dan gue dapat nilai...