Selamat membaca 💙
***
Sepuluh menit sebelum Zeta dikunci.
Sakha melangkah cepat, berjalan di parkiran menuju kantor satpam di dekat gerbang sekolah.
"Ka!" Suara teriakan Agra membuatnya menoleh, menatap heran Agra yang masih di sekolah, padahal seingatnya cowok itu sudah pulang duluan karena ingin pergi nonton dengan Kia.
"Lo masih di sekolah?" ujar Sakha.
"Gue balik lagi. Barusan gue dapat kabar, Nyokap lo tiba-tiba pingsan," ucap Agra.
"Hah? Kok bisa?" Sakha terkejut.
"Nggak tau gue. Nyokap kasih info gitu doang. Udah lo cepetan pulang, lagian betah banget sih lo di ruangan musik seharian," oceh Agra.
"Gue mau minta kunci ruang musik sama Pak Satpam dulu. Ruangannya belum gue tutup,"
"Udah gue aja. Lo pulang aja terus."
Sakha melihat sepupunya sedikit ragu.
"Nggak percaya lo? Cuma tutup pintu ruang musik gue bisa. Nggak ada yang mau gue curi dari ruang itu," ucap Agra, sedikit kesal dengan ekspresi Sakha.
"Masalahnya di sana ada Zeta."
"Ha, ada tuh anak? Oh gue ingat, tuh anak udah balik ke ekskul musik ya," ucap Agra. Detik selanjutnya dia berbicara lagi. "Memangnya kenapa kalo ada Zeta di sana?" tanya Agra.
"Ini udah sore. Gue mau lo pastiin dia dijemput sama sopirnya, kalo perlu anterin pulang."
"Ogah, gue sama Kia. Mau jalan."
"Serah lo, pokoknya pastiin dia di jemput sopirnya baru lo boleh pergi jalan sama cewek lo itu."
"Hm, nanti gue liatin."
Setelah Sakha pulang, Agra meminta kunci ruang musik kepada satpam. Saat sampai di ruang musik Agra melihat Zeta masih merapikan ruangan. Awalnya tidak ada niat mengunci Zeta di sana, dia hendak memanggil cewek itu. Tapi karena mengingat Zeta sudah membuatnya kesal dengan tingkah cewek itu yang selalu mengabaikannya hari ini. Agra jadi punya pikiran jahat, dia ingin mengerjai cewek itu sebentar.
***
Agra mematikan mesin motornya tepat di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat. Agra mengecek jam di ponselnya. Sudah pukul sembilan. Niatnya hanya ingin mengunci Zeta satu jam. Karena menemani Kia belanja yang terlalu lama, dia jadi telat empat jam.
Agra melihat sekolah yang gelap gulita tanpa adanya penerangan. Masa Zeta masih ada di sana, tapi kalau dipikir-pikir siapa lagi yang akan membuka pintu. Masalahnya setelah dia kembali dari ruang musik, pergi meninggalkan sekolah bersama Kia, dia melihat satpam langsung menutup gerbang. Pasti karena berpikir sudah tidak ada murid lagi di dalam sekolah.
Agra menempelkan benda pipih yang mahal itu ke telinganya, menghubungi nomor Zeta. Nomor cewek itu tidak aktif.
Agra mendesah sebal. "Ah nih cewek," geramnya. Agra beralih menghubungi nomor satpam rumahnya. Belum cowok itu berbicara, satpam rumahnya langsung mengoceh sangat panjang.
"Mas Agra lagi sama Non Zeta tidak? Soalnya ini orang-orang kerja di rumah Bu Eliza lagi sibuk cari kabar Non Zeta, dari tadi sore nggak pulang. Handphone nya nggak bisa dihubungi. Sopirnya tunggu di depan gerbang sekolah sampe bener-bener sepi tapi Non Zeta tetap nggak ada. Satpam sekolah bilang udah pulang semua. Mas Agra tau Non Zeta di ma---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Luka
Teen Fiction"Lo suka sama gue kan?" Zeta mengangguk cepat dengan matanya yang berbinar. "Mau jadi pacar gue kan?" Zeta mengangguk lagi. Agra tersenyum, senyum yang begitu Zeta suka. "Kalo lo bisa selesaikan tugas gue dalam waktu satu jam dan gue dapat nilai...