31. Penyesalan

171K 25.2K 15.5K
                                    

Sebelum lanjut baca ayo tinggalkan jejak.

Pukul berapa kamu baca bagian ini?

15k vote dan 18k comment buat lanjut bagian berikutnya ya! (karena sebagian dari kalian mulai suka jadi silent readers nih, makanya aku patokin)

Happy reading 💙

***

Ketika sampai di basecamp, seperti orang kesetanan Sakha langsung menerjang tubuh Barry. Hingga membuat tubuh itu terjatuh di sofa.

"Lo punya masalah apa setan!" teriak Barry tidak terima. Cowok itu mendorong tubuh Sakha, hingga posisi berbalik. Barry yang ada di atas tubuh Sakha, dan mencengkeram kerah baju Sakha kuat.

"Jangan berteriak setan di depan gue. Setan!" Sakha membalikkan posisi, lalu memberikan banyak pukulan di wajah Barry hingga cowok itu sangat kewalahan karena tidak bisa menyeimbangi kekuatan Sakha.

Pergulatan terus terjadi.

"Gue nggak ada masalah sama lo!" teriak Barry. Menutup wajahnya dengan lengan untuk menghindari pukulan Sakha yang berutal.

"Lo sentuh saudara gue. Sama aja cari ribut sama gue!" balas Sakha. Dia pukuli lagi Barry dengan keras.

"Gue bantuin saudara sombong lo buat bicara jujur sama Bokapnya. Harusnya lo berterima kasih sama gue! Gue ubah kertas kuis dia, biar nilai lo di atas sepupu lo itu!"

Sakha tentu saja sangat marah mendengar itu, matanya semakin tajam bak elang, rahangnya mengeras menandakan dia sudah sangat marah. Tidak akan dia biarkan pengkhianat itu pulang dengan wajah yang normal. Dia akan memastikan Barry malu menunjuk wajahnya setelah pergi dari sini.

Nevan, Ojan dan Jagad baru kembali dari membeli cemilan. Karena rencananya tadi mereka akan MABAR game online. Membulatkan mata saat melihat Sakha mengamuk. Tidak pernah mereka melihat Sakha lepas kendali seperti ini.

"Lo ada masalah apa sama Agra?!" tanya Sakha. Napasnya ngos-ngosan membuatnya berhenti memukuli Barry.

Tersenyum saja Barry menanggapinya. Tingkah yang memancing emosi Sakha lagi.

"Jawab gue bangsat!" teriak Sakha di depan wajah Barry.

Masih tersenyum. Barry meringis saat luka bibirnya terasa perih. "Lo bakal bayar apa yang lo lakuin sama gue ini," ancam Barry seraya menyapu darah yang mengalir di bibirnya menggunakan ibu jari.

Sakha tersenyum sinis. Lucu, rasanya dia ingin tertawa.

"Bener-bener orang nggak tau diri. Setelah ngadu ke Papa-nya Agra. Setelah lo ubah kertas kuis Agra. Masih berani ngancam gue?" Sakha terkekeh. "Lo datang bawa sepuluh preman sekalipun, gue jabanin!"

Tetap santai, Barry meludahi wajah Sakha.

"Mati aja lo setan!" Sakha hilang kesabaran. Dia memaksa Barry berdiri dengan mencengkeram kuat kerah bajunya, kesempatan itu digunakan Barry menendang perut Sakha. Hingga tubuh Sakha terdorong membentur dinding. Membuat siku tangannya terluka, dan sedikit pusing di bagian kepala karena benturan yang lumayan keras.

Barry buru-buru mengambil tas dan kunci motornya di atas meja. Tergesa-gesa melarikan diri, namun seketika berhenti saat menyadari ketiga temannya yang lain sudah kembali.

Sakha ingin mengejar Barry tadinya. Tapi melihat keberadaan tiga temannya yang mencegah Barry pergi membuatnya berhenti dan hanya menyaksikan apa yang akan terjadi.

Di antara mereka semua mungkin Sakha yang paling jago dalam bela diri. Tapi Nevan dan Agra jagonya dalam hal tidak pintar mengatur emosi. Jadi, jika membuat perkara dengan mereka, jika sudah berurusan dengan Agra maupun Nevan. Ingatlah motto ini. Sebelum puas, tidak akan berhenti.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang