51. Kamu di masa lalu

69.8K 11.4K 4.7K
                                    

Pembaca garis luka ku. Coba baca ini 👉 AGRA

Coba sekali lagi. AGRA.

Biar sampe tiga kali. Coba Sebutin lagi. AGRA.

Kalo ada yang masih salah ngucapinnya, coba tanya sama diri sendiri, ada masalah hidup apa selama ini. Kok udah sampe bagian 50 masih salah aja bacanya. 😏

Absen dengan nyebutin asal kota kamu 👉

Happy reading 💙

***

Lima tahun yang lalu...

Zeta mengenal Agra berapa bulan sebelum umurnya genap tiga belas tahun. Masa-masa dia tumbuh menjadi remaja yang mulai merasakan perasaan lebih untuk lawan jenis. Jika ingin menyombongkan diri, banyak cowok yang sering mencari perhatiannya sebelum Agra datang. Mau bagaimanapun cewek pintar memiliki daya pikat sendiri untuk kaum adam. Dan lagi, Zeta tidak memiliki wajah yang papasan. Hidungnya yang mancung, bulu mata lentik dan kulit putih bersih membuatnya tidak kalah dibanding gadis-gadis lain. Yang kalau Zeta berdiri di barisan, pasti ada tiga atau sampai lima orang yang memperhatikannya. 

Tapi memang benar, tidak ada satu pun cowok di sekolahnya yang mampu menarik perhatian Zeta. Jika pun dekat, Zeta hanya menganggapnya sebagai teman. Tidak ada satu pun di antara mereka yang membuat jantung Zeta tiba-tiba berdebar hanya karena tidak sengaja beradu pandang.

Pertama kali berkenalan dengan Agra saat ibunya mengajak menyambut tetangga baru mereka. Awalnya dia malas, karena terus dipaksa, malas-malasan dia mengikuti ibunya. Saat ibunya asyik bercerita, Zeta memilih melihat-lihat rumah yang besar itu.

Semua orang saat itu sedang sibuk mengatur barang. Tapi ada satu anak laki-laki yang mencuri perhatian Zeta. Anak laki-laki seusianya itu menggunakan celana denim hitam dan juga baju kaos hitam polos. Satu-satunya orang yang tidak peduli dengan sekitar, dia dengan santainya duduk di sofa dan hanya fokus memainkan game di ponselnya, tanpa peduli sofa yang ia tempati ingin dipindahkan ke ruang lain.

Dia tidak tahu tetangga baru mereka itu punya anak yang seusianya. Membuat Zeta jadi antusias, lantas menghampiri.

“Anak Tante Fanya ya?” Zeta menjulurkan tangannya. “Aku Zeta, anak Tante El yang rumahnya di depan.” Dia memperkenalkan diri dengan ceria.

“Lo nggak liat gue lagi main game?” Cowok itu membalas tanpa melihatnya. Menggunakan lo-gue lagi, padahal Zeta berusaha berbicara dengan formal tadi.

“Oh iya, sorry.”

Zeta tersenyum, merasa bodoh karena mengajak kenalan tapi tidak melihat situasi. Dia menarik kembali tangannya. Memperhatikan cowok yang belum dia tahu siapa namanya itu.

Cowok penggila game, nggak ingat tempat, kurang hangat dengan sekitar, dan mungkin prilakunya juga buruk. Begitulah kiranya penilaian awal Zeta untuk cowok yang belum dia tahu namanya itu.

Zeta memutuskan untuk pergi.

“Siapa nama lo tadi?”

Pertanyaan itu tanpa alasan membuat bibir Zeta tersenyum. Berbalik dan menghampiri cowok itu kembali.

“Rezeta Ivana. Lo bisa panggil gue Zeta.”

Cowok itu mengangguk, menjulurkan tangan kanan ke depan. “Agra,” serunya.

Saat itu, saat membalas jabat tangan yang dijulurkan ke depannya. Pandangan pertama Zeta langsung berubah. Anak laki-laki yang bernama Agra itu, cowok yang hangat.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang