19. Meluluhkan

261K 30.6K 7.9K
                                    

Selamat membaca 💙

Vote dan spam comment yang rajin ya!

Yang belum follow wattpad aku. Sebelum baca. Ayo di follow dulu biar dapat info update.

***

Langkah Zeta kian pelan saat melihat Agra berada di depan gerbang rumahnya. Cowok itu sedang berbicara dengan Pak Eman. Sudah hampir jam setengah tujuh pagi, dan sekarang Zeta ingin berangkat sekolah. Keberadaan Agra di depan rumahnya membuat mood pagi cewek itu terganggu.

“Pak Eman nggak bakal ngusir saya kan?” Agra berbicara dengan satpam rumah Zeta.

“Mana mungkin Bapak berani ngusir Mas Agra.”

“Good.”

“Selamat pagi, Non.” Pak Eman yang menyadari kedatangan Zeta menyapa. Membuat Agra juga berbalik, cowok itu spontan tersenyum. Senyum yang tidak ada gunanya karena bahkan Zeta tidak melihat ke arahnya sama sekali.

“Pak Eman gerbangnya tolong dibuka semua ya. Zeta mau berangkat,” ucap Zeta.

Akhir-akhir ini Agra sudah biasa diabaikan Zeta. Meski tidak dianggap ada, cowok itu melangkah mendekat. Agra sengaja menghalangi jalan Zeta saat cewek itu akan membuka pintu mobil. Terlihat sangat kesal Zeta sekarang, namun Agra tidak menghiraukan. Tetap dia halangi jalan cewek itu.

“Gue mau ngucapin makasih karena tadi malam lo udah nutupin semua masalah yang gue buat di sekolah,” ucap Agra.

“Kesepakatannya gue nutupin semua masalah lo. Sebagai gantinya jangan muncul di depan gue. Jadi sekarang pergi!” Zeta membalas dingin. Malas melihat Agra jadi dia melihat ke arah lain.

Berapa detik Agra tersenyum mendengar jawaban Zeta. Lalu wajah itu kembali serius.

“Lupain aja kesepakatan yang lo buat sendiri,” ucap Agra. Dia menjulurkan paper bag yang sejak tadi ada di tangannya kepada Zeta. “Gue nggak butuh lagi,” ucap Agra.

Mendengar itu membuat Zeta menoleh. Lagi-lagi dia terpaksa melihat wajah cowok di depannya itu. Diambilnya paper bag yang Agra berikan, lalu mengecek apa isi di dalamnya.

Terdiam Zeta saat melihat apa yang Agra kembalikan kepadanya. Sebuah lembar prediksi soal yang selalu dia buat untuk cowok itu. Totalnya ada empat jilidan yang Agra kembalikan. Satu di antaranya yang kemarin baru Zeta titipkan pada Icha. 

"Mulai sekarang gue bakal belajar sendiri," ucap Agra. Begitu serius saat dia mengatakannya. Meski Zeta tidak meresponsnya, Agra tetap melanjutkan apa yang ingin ia katakan kepada cewek di hadapannya itu.

"Lo nggak perlu nutupin kelakuan gue di sekolah lagi. Kasih tau aja Bokap gue. Semua yang gue lakuin ke lo, dari gue yang udah bikin kening lo luka, ngunciin lo di ruang musik sama bikin kaki lo ketumpahan air panas. Kasih tau juga semua itu sama Bokap gue. Gue nggak masalah dapat kemarahan dari Bokap gue." Agra berhenti bicara sebentar, dia melihat wajah Zeta. "Tapi sebagai gantinya, bicara sama gue lagi."

Itu benar-benar permintaan, secara tulus Agra memintanya agar Zeta kembali seperti dulu. 

Kata-kata Zeta saat di ruang musik waktu itu berhasil menyentuh hati Agra. Ketika cewek itu mengatakan hubungan mereka hanya sebatas memberikan prediksi soal. Saat Zeta sudah memberikan apa yang ia butuhkan. Maka sebagai gantinya cewek itu tidak ingin melihat wajahnya lagi. 

Awalnya Agra pikir tidak ada yang salah dengan itu. Karena yang dia butuh hanya menjadi juara dan Zeta yang harus membantunya. Tapi sekarang dia berubah pikiran. Dia tidak ingin Zeta terus bersikap dingin kepadanya. 

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang