Lima tahun dua bulan. Selama itu sepertinya sudah cukup untuk menyukaimu. Kamu yang tidak pernah berpikir untuk membalas perasaan ku. Kamu yang bahkan tidak pernah melihat ke arah ku.
--Rezeta Ivana--
***
Kebiasaan yang sering Zeta lakukan di sore hari adalah menyiram tanaman. Untuk Zeta, menghabiskan waktu sore dengan menyiram tanaman menjadi sesuatu yang harus dilakukannya setiap hari. Alasan kuatnya sebenarnya karena Agra. Karena Agra selalu pulang ke rumah di pukul lima sore. Saat-saat itulah Zeta bisa mencuri-curi pandang ke arah Agra.
Zeta mendengar suara motor melintas, kepalanya spontan menoleh ke rumah besar yang berada tepat di depan rumahnya.
Agra pulang. Sudut bibir Zeta melengkung saat melihat Agra terpaksa turun dari motornya karena Pak Edo---Satpam rumah cowok itu tidak kunjung membuka pagar. Pasti setelah ini Agra akan marah-marah.
"Pak ke mana aja sih? Nggak denger saya klakson dari tadi?" geram Agra ketika Pak Edo membuka pagar.
"Iya maaf Mas Agra, tadi bapak lagi di kamar mandi," ujar Pak Edo. Kepalanya menunduk berapa kali karena takut dengan anak majikannya itu.
Agra tidak menjawab. Dia naik ke atas motor kembali, mengendari masuk ke dalam, hingga terpakir di depan garasi rumahnya yang luas.
Hanya memandang Agra dari jauh saja mampu membuat Zeta begitu senang. Dari tadi bibirnya tidak berhenti tersenyum. Ketika Agra menghilang dari pandangan karena masuk ke dalam rumah. Saat itulah senyum di bibir Zeta menghilang, dia kembali mengingat kejadian di sekolah tadi. Sekarang Agra sedang menjalin hubungan dengan Kia.
***
Zeta baru saja selesai mandi, saat keluar kamar, melangkah ke ruang keluarga untuk menonton TV. Dia melihat Agra duduk di atas sofa, cowok itu sibuk berkutat dengan ponselnya.
"Agra?" panggil Zeta. Sadar akan kedatangannya, Agra berdiri. Tanpa basa-basi langsung menyerahkan buku tulis kepadanya.
Zeta menerima buka itu.
"Kerjain tugas gue. Jam sembilan nanti gue ambil," ucap cowok itu. Belum sempat Zeta mengucapkan sepatah kata, Agra langsung pergi dari rumahnya.
Tidak jadi menonton TV, Zeta berbalik, masuk kembali ke dalam kamarnya. Mengerjakan tugas Agra yang kali ini soal-soal fisika.
Pukul setengah sembilan malam Zeta keluar dari rumahnya, duduk lesehan di anak tangga teras rumahnya. Menunggu Agra.
Agra bilang, akan mengambil bukunya pukul sembilan. Tapi Zeta selalu keluar lebih dulu, karena Agra tidak suka menunggu. Pernah satu waktu Agra tidak mau bicara kepadanya, saat itu karena Agra sudah menunggunya diluar. Padahal baru lima menit cowok itu menunggunya. Sejak itu Zeta putuskan untuk yang menunggu Agra saja. Seperti halnya kisah cintanya, yang selalu menunggu Agra datang, membalas perasaannya. Walaupun sudah lima tahun lamanya, namun Agra tidak pernah datang sebagai lelaki yang akan membalas perasaannya.
Sudah pukul sembilan tapi tanda-tanda Agra akan datang tidak terlihat. Dari tempatnya sekarang, Zeta bisa melihat langsung ke arah garasi rumah Agra. Zeta tidak melihat motor hitam Agra terparkir di sana, pasti cowok itu masih berada diluar rumah.
Zeta mengecek lagi jam di ponselnya. Sekarang sudah pukul sembilan lewat tiga puluh menit. Agra belum terlihat juga.
Zeta sudah terbiasa menunggu. Meski sangat bosan, tidak sekalipun Zeta bergerak dari tempatnya. Karena Zeta yakin, Agra pasti akan datang. Untuk tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Luka
Teen Fiction"Lo suka sama gue kan?" Zeta mengangguk cepat dengan matanya yang berbinar. "Mau jadi pacar gue kan?" Zeta mengangguk lagi. Agra tersenyum, senyum yang begitu Zeta suka. "Kalo lo bisa selesaikan tugas gue dalam waktu satu jam dan gue dapat nilai...