Aku menunggu bagian awal cerita ini votenya nembus 10k, tapi sepertinya berat. Jadi aku update sekarang deh. Tapi gk ada double update ya, kesepakatannya gk nembus hehhehe
Tapi nanti diusahain updatenya gk lama. Karena aku masih lanjut ngetik.
Selamat membaca 💙
Absen dulu! Kamu baca jam berapa?
Sebutin asal kota kamu!
***
Makan bakso di kantin, duduk berhadapan, sambil mengobrol. Agra dan Sakha sudah seperti pasangan kekasih yang membuat iri seisi kantin. Terutama dari kaum hawa yang sudah gatal ingin bergabung makan bersama kedua cowok tampan yang sedang jomblo itu. Sayangnya tidak ada yang berani mendekati Agra maupun Sakha. Anak-anak Patra tahu, sejauh ini yang berani mendekati seorang Sakha hanyalah Icha sang mantan. Sedangkan Agra, jauh sebelum anak Patra mendengar kabar Agra berpacaran dengan Kia. Satu-satunya cewek yang berani mendekati seorang Agra yang tidak ramah hanyalah Zeta.
"Liburan ke Jepang dibatalin," ucap Sakha. Cowok itu selesai makan lebih dulu, menggeser mangkuk bakso ke pinggir dan menyesap es tehnya.
"Karena gue," balas Agra. Ikut menggeser mangkuk baksonya. Lalu mengaduk minumannya menggunakan sedotan. "Nilai gue turun, jadi Bokap batalin pergi. Padahal kalo keluarga lo mau pergi bisa aja, ajak Kakek juga pasti mau. Ngapain ikut dibatalin."
"Nggak asyik lah nggak ada lo," sahut Sakha. Menatap sepupunya, ingin mencari sesuatu di wajah itu. Tapi Agra seperti orang yang tidak memiliki beban. Namun Sakha tahu, Agra hanya pintar menutupinya. "Om Sultan marah banget?" tanya cowok itu.
Agra mengangguk kecil sambil menyesap es tehnya.
"Padahal lo patut dibanggakan. Nilai lo yang sekarang karena kerja keras lo sendiri. Harusnya Om Sultan bangga sama pencapaian lo sekarang. Tanpa prediksi soal dari Zeta, nilai lo bahkan masih bisa bagus. Terbukti kalo lo udah kerja keras banget sebelum ujian."
Agra tersenyum. Mengedikkan bahunya acuh. "Yang Bokap gue tau, gue kurang belajar. Tapi mau gimana lagi, yang udah buat target Bokap gue makin tinggi ya gue sendiri. Kalo dari awal, gue nggak dapetin nilai sempurna karena bantuan Zeta. Nilai gue yang sekarang, mungkin nggak akan dianggap gagal."
Agra memberi tahu seolah itu jawaban yang benar atas kemarahan sikap ayahnya. Padahal Sakha juga tahu, sebelum Agra memanfaatkan Zeta untuk nilainya. Jauh dari itu, Agra sudah dituntut untuk mendapatkan nilai sempurna. Kehadiran Zeta hanya sebagai pelindung untuk Agra dari kemarahan ayahnya.
Sebab itu Sakha tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Agra yang memanfaatkan Zeta untuk mendapatkan nilai yang sempurna. Karena dia tahu, sepupunya itu mencoba menyelamatkan diri dari kekerasan yang ayahnya berikan. Salahnya Agra tidak bisa memperlakukan Zeta dengan baik, tidak bisa menghargai apa yang cewek itu lakukan.
Sekarang tidak ada Zeta di samping cowok itu, pasti semuanya menjadi lebih sulit untuk Agra. Tapi Agra itu pintar, dari kecil nilai Agra sudah jauh berada di atasnya. Namun lagi-lagi karena Agra memiliki ayah yang menuntut nilai sempurna. Jadi cowok itu akan selalu dianggap tidak berguna jika tidak bisa mencapai itu semua.
"Lo lebih pintar dari gue, Gra," ungkap Sakha.
Satu alis Agra terangkat mendengar kalimat Sakha barusan. Tiba-tiba mengatakan seperti itu, kan dia jadi merasa aneh.
"Gue tau. Gue lebih dari segalanya dibanding lo," balas Agra sambil tersenyum. Memasang tampang penuh percaya diri yang seorang Agra miliki.
Wajah Sakha langsung lempeng. Menyesal barusan dia memuji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Luka
Teen Fiction"Lo suka sama gue kan?" Zeta mengangguk cepat dengan matanya yang berbinar. "Mau jadi pacar gue kan?" Zeta mengangguk lagi. Agra tersenyum, senyum yang begitu Zeta suka. "Kalo lo bisa selesaikan tugas gue dalam waktu satu jam dan gue dapat nilai...