Gilang Adi Pratama. Namaku tertulis dipapan pengumuman dan aku diterima dikampus teknik kita, sesuai dengan jurusan yang aku ambil. Teknik Sipil.
Gilang Adi Pratama. Namaku berada diurutan paling atas, diantara seluruh peserta yang mengikuti ujian masuk dikampus teknik kita.
Gilang Adi Pratama. Nama itu sekarang telah terdaftar disalah satu kampus swasta terbaik negeri ini.
Hiufftt, huuu.
Satu langkah kakiku telah berada dikampus ini, dan aku tinggal melangkahkan kakiku yang satu lagi, supaya aku bisa memulai perjalanan panjangku dikampus ini. Aku harus membayar biaya masuk pendaftaran, supaya aku bisa mengikuti perkuliahan nantinya.
Uang yang ada ditanganku sekarang, berjumlah dua juta lima ratus ribu. Kurang lima ratus ribu lagi, uangku baru mencukupi untuk mendaftar kuliah. Sekarang waktunya aku menemui Pak Tomo lagi, untuk membahas tentang kelonggaran pembayaran pendaftaran kuliahku. Aku akan meminta keringanan kepada Beliau, supaya kekurangannya bisa aku cicil minimal dua semester kedepan.
Dan hari ini kampus sangat ramai sekali, karena teman – teman yang lulus tes masuk gelombang satu banyak yang daftar ulang. Selain itu juga, kampus ramai karena pendaftaran masuk gelombang kedua juga dibuka. Kampus negeri telah mengumumkan siapa aja yang diterima dikampus tersebut. Dan bagi yang tidak diterima, mendaftar di beberapa kampus swasta dikota pendidikan ini, salah satunya kampus teknik kita.
Aku tadi bersama Joko kekampus, tapi kami berpisah karena aku paksa dia untuk mengurus semua administrasinya lebih dulu. Joko sebenarnya membawa uangnya semua dan memaksaku memakai uangnya dulu untuk pendaftaran. Tapi sekali lagi aku menolaknya, karena aku tidak ingin membebani sahabatku itu.
Okelah, sekarang waktunya aku mengurus administrasiku. Aku berjalan kearah ruang Pak Tomo yang berada didekat ruang pendaftaran. Ketika aku melewati tempat pendaftaran, disana duduk seorang wanita cantik yang sedang melayani seorang pendaftar.
Hiufftt, huuu.
Wajahnya terlihat makin cantik, karena dia tersenyum dengan orang yang sedang berkonsultasi dihadapannya.
Gendhis
Gendhis. Kapan senyum manismu itu kau berikan kepadaku.? Kenapa setiap kita bertemu, selalu saja wajah dengan ekspresi kemarahan yang kau tunjukkan kepadaku.? Apa kamu masih marah denganku.? Terus apa yang harus aku lakukan, agar maafmu itu bisa kau berikan.? Dan kenapa juga aku harus sampai berharap kata maaf darimu.? Apa untungnya bagiku sih.? ya sebenarnya untung sih, karena kata maafmu, pasti diiringi senyummu yang bisa menenangkan jiwaku ini. Hehehe.
Sudahlah, aku urus aja dulu administrasiku. Semoga di lain waktu, aku diberikan kesempatan untuk mengucapkan kata maaf kepadamu.
Aku sekarang sudah berdiri didepan pintu ruang Pak Tomo yang tertutup. Dan aku langsung mengetuk pintu ruangan Beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPIAN (TAMAT)
General FictionTidak ada yang namanya kesempatan kecil atau besar. Semua kesempatan itu sama saja dan semua tergantung dari diri kita masing - masing untuk mewujudkannya. Dan kesempatan untuk mencapai suatu tujuan, bukan hanya bagi mereka yang beruntung. Tapi juga...