BAGIAN 4 KOTA PENDIDIKAN

1.9K 55 7
                                    


"Lapo gak nyebrang Jok.?" (kenapa gak nyebrang Jok.?) Tanyaku kepada Joko yang berdiri dipinggir jalan, sambil menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri.

"sopo seng kate nyebrang cok.?" (siapa yang mau nyebrang cok.?) jawab Joko.

"yo lapo awakmu tolah toleh nde pinggir dalan.?" (ya kenapa kamu lihat kanan kiri dipinggir jalan.?) Tanyaku lagi.

"nde kene rame cok, akeh wedok'e. hehehe." (disini rame cok, banyak perempuannya. Hehehe.) jawab Joko lalu tertawa.

Aku lalu melihat kearah sekelilingku dan memang banyak sekali perempuan muda yang seusiaku, berlalu lalang disini.

Aku sekarang sedang berdiri didepan kampus negeri, sambil tetap membawa perlengkapanku dari desaku tadi. Tatapan – tatatapan yang agak anehpun, diarahkan kepadaku dan Joko. Mungkin mereka semua mengira kami ini pengamen yang sedang pindah rumah.

"kampus negeri cok." Ucap Joko sambil menunjuk papan nama kampus negeri diseberang jalan sana.

"iya, besok kita daftar kesana," ucapku dan Joko langsung melihat kearahku, sambil mengarahkan kepalan tangannya kearahku.

"SEMONGKO." Teriak Joko.

"SEMANGAT NGANTI BONGKO." (Semangat sampai mampus) Ucapku sambil meninju kepalan tangan Joko.

"hahahaha." Lalu kami berdua tertawa bersama.

"terus piye saiki.?" (terus bagaimana sekarang.?) Tanya Joko.

"emboh." (gak tau.) jawabku dengan entengnya.

"assuu.." (anjing.) maki Joko.

"hahahaha." Kami berdua lalu tertawa bersama.

Terus terang kami berdua sekarang gak tau harus kemana dan harus berbuat apa dulu. Karena tujuan kami berangkat dari rumah hanya untuk mendaftar kuliah, tanpa tau kami akan tinggal atau singgah kemana dulu. Hehehe.

Bukannya bingung sih, karena kami itu gak rewel masalah tempat tinggal. Cuman kami kan harus beristirahat dan meletakkan barang – barang yang lumayan berat ini secepatnya. Capek juga loh menggendong tas punggung berisi pakaian, gitar dipundak kanan, karung beras digengaman tangan kanan dan kotak biola di tangan kiri. Belum lagi perut yang kosong, membuat kami berdua jadi gak bisa berpikir.

"mangan ae yo, aku luwe." (makan aja yuk, aku lapar.) Ucapku sambil berjalan entah kearah mana tujuanku ini.

"kiro – kiro gratis maneh gak yo.?" (kira – kira gratis lagi gak ya.?) tanya Joko sambil berjalan disebelahku.

"assuu." (anjing.) makiku pelan.

Memang pertanyaan Joko ini gak ada salahnya. Aku yang keluar rumah sampai berjalan saat ini, belum mengeluarkan uang sepeserpun. Becak dari rumah keterminal kabupaten, gratis dari Cak To. Bis dari terminal kabupaten keterminal kota pendidikan, gratis dari Cak Ndut. Angkot dari terminal kesini tadi, gratis juga dari temannya Cak Ndut. Kurang enak apa coba awal petualangan kami ini.? Hehehehe.

Tapi bukan berarti aku mengemis dan senang dengan hal ini. sebenarnya aku gak suka juga hal yang gratisan seperti ini, seperti ada yang mengganjal dihati dan aku harus membalasnya.

Hiuft. huu,

Kami berdua terus berjalan sampai mendekati sebuah kampus, yang suasananya sangat berbeda dengan kampus negeri tadi. Dikampus yang akan kami lewati ini, banyak laki – lakinya dan mereka terlihat sangar – sangar serta menyeramkan. Rambut mereka rata – rata gondrong sebahu dan banyak yang beranting – anting. Mata mereka pun terlihat banyak yang memerah.

IMPIAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang