"piye Jok.?" (Gimana Jok.?) Tanyaku kepada Joko, melanjutkan pembicaraan kami yang semalam terputus.
"emboh, mumet ndasku Lang." (gak tau, pusing kepalaku Lang.) Jawab Joko sambil menunduk lalu menjambak rambutnya sendiri.
"lek koen ragu, muleh ae." (kalau kamu ragu, pulang aja.) ucapku lalu aku mengambil rokok kretekku dan membakarnya.
"assuu koen cok. Lek aku muleh, opo aku gak dipancal karo mbahku." (anjing kamu cok. kalau aku pulang, apa gak diinjak aku sama Mbahku.) ucap Joko sambil mengangkat wajahnya dan menatapku, dengan tetap menjambak rambutnya.
"lah terus karebmu piye.?" (lah terus maumu gimana.?) tanyaku lalu aku menyeruput kopiku yang masih panas ini.
"emboh." (Gak tau) jawab Joko dengan pasrahnya.
"taek, taek." (taik, taik.) ucapku lalu aku mengangkat sedikit bokongku dan,
Brot, brot, broottt.
Aku mengeluarkan angin yang berada didalam perutku, lewat lubang bokongku yang agak keriput ini. Perutku ini terasa penuh dengan angin, karena semalaman suntuk aku tidak bisa tidur. Padahal seharian kemarin aku sangat letih, karena perjalanan dari desa kekota ini. Hawa dingin tadi malam yang sampai terasa menusuk tulangkupun, membuat perutku makin terasa kembung saja.
"bajingan." Maki Joko dengan mata yang melotot, sambil menutup hidungnya dengan kedua tangannya. Ini kesekian kalinya aku mengeluarkan senjata kimiaku dipagi ini, yang aku arahkan tepat dijantung pertahanan Joko yang terlemah.
"mambu ta.?" (Bau kah.?) tanyaku sambil melihat kearahnya.
"Gak mambu cok, mek mancal neng irung." (gak bau cok, cuman nendang dihidung.) ucap Joko dengan jengkelnya.
"anggep ae latihan Jok. Dadi pas awakmu muleh, awakmu wes siap dipancal Mbahmu." (anggap aja latihan Jok. Jadi pas kamu pulang, kamu sudah siap ditendang Mbahmu.) jawabku lalu aku tersenyum dan menghisap rokokku lagi.
"mbahku gak ngentutan koyok raimu iku cok." (mbahku gak suka kentut kaya mukamu itu cok.) gerutu Joko lalu dia menurunkan tangannya dari hidungnya.
"ehhpp. Manganmu opo cok.? bajingan." (ehhpp, makanmu apa cok.? bajingan) ucap Joko sambil menutup hidungnya lagi, dengan mata yang terpejam sesaat.
"jek mambu ta.?" (masih bau kah.?) Tanyaku dengan cueknya.
"mambune gak sepiro cok, tapi motoku sepet." (baunya gak seberapa cok, tapi mataku perih.) ucap Joko dengan jengkelnya.
"aromane mulek nde kene maneh, bajingan." (aromanya berputar disini aja lagi, bajingan.) ucap Joko lagi.
"ababmu mbalik maneh iku cok, awakmu gak sikatan yo.?" (bau mulutmu balik lagi itu cok, kamu gak sikat gigi ya.?) ucapku sambil memainkan kedua alisku.
"suwi – suwi omonganmu tambah nggateli cok." (lama – lama omonganmu tambah jengkelin cok.) ucap Joko dengan mata yang melotot lagi.
"wes talah. Terus piye iki.?" (sudahlah. Terus bagaimana ini.?) tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"piye aku mikir, lek aku mbo entuti terus ket mau. Asuu." (gimana aku mikir, kalau aku kamu kentuti aja dari tadi. Anjing.) ucap Joko mengomel.
"hiuft, huuu." Aku menarik nafasku dalam – dalam, lalu aku mengeluarkannya perlahan. Setelah itu aku manarik isapan rokokku, sambil mengingat kejadian semalam yang salah satunya mengakibatkan aku tidak bisa tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPIAN (TAMAT)
Genel KurguTidak ada yang namanya kesempatan kecil atau besar. Semua kesempatan itu sama saja dan semua tergantung dari diri kita masing - masing untuk mewujudkannya. Dan kesempatan untuk mencapai suatu tujuan, bukan hanya bagi mereka yang beruntung. Tapi juga...