BAGIAN 19 GILA

2.2K 59 6
                                    


Tidak terasa sudah tiga bulan aku bekerja dikantor milik Pak Danang, dan selama itu aku tidak menemukan satu petunjukpun tentang kematian Intan ataupun Mas Hendra. Dikantor ini yang kudapat hanyalah kesibukan, sebagaimana orang yang sehari – harinya bekerja dikonsultan. Kelapangan, membuat laporan, setor kekantor dan akhir bulan gajian, hanya itu saja.

Dilapanganpun seperti tidak ada kendala yang berarti. Ketiga gudang yang misterius di desa utara, menjalankan kegiatannya sehari – hari tanpa merasa terganggu dengan proyek kami. Kegiatan kamipun juga tidak disentuh oleh mereka. Aneh banget.

Selain itu juga, aku tidak pernah melihat Satria datang kegudang itu lagi. Entah aku yang tidak pernah melihat waktu dia datang, atau memang dia sudah tidak pernah datang sama sekali.

Oh iya, PT. Bangun Kukuh Bersama milik Pak Danang, bertugas sebagai Konsultan pengawas untuk pekerjaan jalan ini. Sedangkan untuk kontraktor pelaksana, PT. Yang Penting Bisa Kerja.

Untuk pimpro pelaksanaan pekerjaan jalan, yang ditunjuk adalah Pak Doni. Aku mengenal beliau dengan baik selama dilapangan. Beliau juga memberikan tugas tambahan kepadaku dan Joko, untuk membuat laporan akhir dan gambar milik kontraktor. Tentu saja tugas itu sudah sepengetahuan Pak Jarot dan Pak Jaka.

Sekarang kembali lagi kepermasalahan kantor. Untuk gaji pertama kami dikantor Pak Danang, aku dan Joko mendapatkan masing – masing sebesar dua ratus lima puluh ribu. Gila, banyak banget itu.

Itupun hanya gaji pokok kami, belum ditambah dengan uang makan dan transportasi. Dalam sebulan aku dan Joko masing – masing mendapatkan tambahan seratus lima puluh ribu. Luar biasa.

Penghasilan mengamen kami, sebenarnya bisa saja dapatnya mendekati senilai itu dalam satu bulan. Tapi kami harus mengamen dari pagi sampai malam, itupun harus setiap hari dan dengan catatan harus ditempat keramaian. Bisa gak kuliah kalau begitu caranya.

Kalau bekerja dikantor Pak Danang ini, kami gak perlu seharian. Maksimal cukup tiga jam saja dilapangan, kami sudah mendapatkan hasil yang sangat luar biasa itu. Disisa waktunya kami bisa berkuliah, mengerjakan tugas, dan menyempatkan mengerjakan laporan harian proyek.

Selama tiga bulan inpun, aku dan Joko masih bisa menghendle semuanya dengan baik. Kami masih bisa menyeimbangkan antara jadwal kuliah dan pekerjaan. Entah bagaimana kalau semester depan atau depannya lagi. Semoga saja kami masih bisa menghendlenya terus menerus.

Untuk Kimba sendiri, kami sudah bisa melunasinya dibulan kedua. Uang tabungan kami untuk pembayaran semester depanpun, sudah aman. Luar biasakan.?

Apa perjalanan hidup kami akan datar dan berhasil seperti ini terus, sampai selesai kuliah.? Apa tidak ada ganjalan atau sandungan yang begitu berarti.? Semoga saja tidak. Semoga Sang Pencipta terus mencintai aku dan Joko, karena niat tulus kami yang ingin meraih impian ini.

Tapi bagaimana tentang mistery kematian Intan dan Mas Hendra, kalau kondisinya seperti ini terus.? Sudahlah, biarkan waktu yang akan menjawabnya. Aku yakin mistery itu cepat atau lambat, akan segera terungkap.

Sekarang kembali lagi dengan kehidupanku hari ini. Hari ini jadwal yang super padat sudah menanti aku dan Joko. Mulai persiapan untuk ujian akhir semester, sampai peninjauan hasil proyek pengerjaan jalan oleh dinas pemerintahan. Minggu kemarin proyek pengaspalan kami telah rampung dan hari ini akan diperiksa oleh dinas terkait.

Aku dan Joko sudah stanby dikantor mulai jam tujuh pagi, dengan setumpuk laporan dan gambar yang kami kerjakan selama ini.

Seluruh karyawan belum ada yang datang, kecuali penjaga kantor yang lagi bersih – bersih. Terus terang kami berdua sedikit tegang dengan pemeriksaan pekerjaan nanti, karena kami belum pernah menjalaninya. Semalampun kami berdua dibuat tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kami berdua takut kalau ada temuan – temuan dilaporan ataupun gambar, yang tidak sesuai dengan pengerjaan dilapangan. Walaupun sebenarnya kami sudah mengerjakan sebaik mungkin, tapi ketakutan itu pasti ada dan membayangi kami berdua.

IMPIAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang