BAGIAN 15 PERMAINAN HATI

1.7K 45 5
                                    


Pov Orang Ketiga.

Malam hari dipondok merah, sebelum hari pertama kuliah bagi mahasiswa baru angkatan Gilang.

"Gimana Mas.? Apa sampean masih ada niat, untuk menghentikan tradisi gila ini.?" Tanya Arief ke Pandu.

"Niat itu masih ada Rief, tapi sayang aku belum bisa mewujudkan keinginanku itu." Jawab Pandu lalu dia menghisap rokoknya.

"Kenapa Mas.? Sampean orang terkuat saat ini dan belum terkalahkan selama bertahun – tahun." Ucap Ujang.

"Disitu masalahnya Jang. Karena aku sudah terlibat dalam hal ini sejak aku masuk kampus teknik kita, aku gak bisa menghentikannya. Kalau aku menghentikannya pada saat aku masuk pertama kali dulu, mungkin itu masih bisa diterima. Tapi kalau sekarang.? Para pembenci pondok merah, pasti akan semakin mendapatkan celah untuk memberontak. Lagian aku sudah berkali – kali menumbangkan jagoan – jagoan kakak tingkatku dan adik tingkatku, masa baru sekarang ini aku menghentikannya." Ucap Pandu menjelaskan.

"Bukannya dengan kekuatan sampean sekarang ini dan ditambah dengan pondok merah, justru akan semakin mudah untuk menghentikan semua ini.?" Ucap Oka.

"Gak semudah itu Ka." Jawab Pandu lalu diam beberapa saat.

"Iya Ka, gak semudah itu. Tradisi inilah yang membuat pondok merah, berdiri sebagai senior jurusan, bukan sebagai penghuni pondok merah. Ditradisi ini, semua mahasiswa statusnya sama, Tidak ada pondok merah atau kelompok - kelompok lain. Kecuali sudah merembet ke antar jurusan, baru pondok merah bisa terlibat." Ucap Ance yang ikut menjelaskan

"Mereka – mereka yang bukan bagian dari pondok merah, pasti ingin menunjukkan kekuatan mereka, agar bisa dipilih masuk di kos ini tanpa harus diundang kemari." Sahut Pandu.

"Maksudnya Mas.?" Tanya Ucok.

"Kalau mereka menunjukkan kekuatan mereka di tradisi awal masuk kuliah dan mereka terkuat dijurusannya, mereka akan dengan percaya diri datang kepadaku dan meminta untuk dimasukkan dalam keluarga besar pondok merah. Itu bagi mereka yang masih sejalan dengan pondok merah. Tapi kalau yang bersebrangan dengan pondok merah, itu akan menjadi modal mereka untuk memberontak dengan kekuatan yang mereka miliki." Jawab Pandu lagi.

"Betul itu. hanya dengan mengikuti tradisi inilah, mereka bisa menunjukkan kekuatan mereka. Diluar tradisi ini, mereka pasti takut unjuk gigi dihadapan kita. Mereka tau resikonya kalau berhadapan dengan pondok merah." Ucap Wagiyo ikut bersuara.

"Dan sasarannya pastilah mahasiswa baru. Kasihan mereka dibantai karena ambisi para seniornya." Ucap Ramos.

"Itulah Mos, aku juga menyesal sudah mengikuti tradisi ini beberapa kali. Hanya karena mengikuti jiwa mudaku yang masih dipenuhi emosi, aku juga membantai mereka – mereka yang tidak bersalah." Jawab Pandu.

"Dan aku salah satu korban sampean Mas." Ucap Ramos yang adik tingkat Pandu dijurusan teknik sipil.

"Sudahlah, gak usah diungkit masa lalu itu. Kamu kaya cewe aja yang selalu mengungkit kesalahan pasangannya dimasa lalu, kalau lagi berantem." Jawab Pandu.

"Cok. disamakan sama cewe lagi." Celetuk Ramos.

"Tapikan gak semua cewe seperti itu Mas." Sahut Adam ikut bersuara.

"Ya gak semua sih, tapi kebanyakan." Jawab Pandu.

"Terus maksudmu tanya seperti itu apa Dam.? Kamu menyamakan aku seperti cewe juga.?" Ucap Ramos sambil melotot kearah Adam.

IMPIAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang