BAGIAN 24 SULIT BUKAN BERARTI TIDAK BISA

1.8K 70 13
                                    


"Piye cok.?" (Gimana cok.?) Tanya Joko seperti biasa, lalu dia menghisap rokoknya.

"Emboh." (Gak tau.) Jawabku dengan entengnya.

"Telek, lek ditakoni mesti ngono jawabanmu cok." (Taik, kalau ditanya pasti begitu jawabanmu cok.) Sahut Joko.

"Terus piye karebmu.?" (Terus bagaimana maumu.?") Tanyaku.

"Emboh." (Gak tau.) Jawab Joko dengan jengkelnya.

"Cok, nggateli." (Cok, menjengkelkan.) Gerutuku.

Kami lalu diam beberapa saat. Aku mengambil bungkusan rokokku, lalu mengambilnya sebatang dan membakarnya.

"Hiuuufttt,"

Kretek, kretek, kretek, kretek

Aku menarik dalam – dalam isapan rokokku, sampai bunyi bakaran bungkusan kertas yang melilit tembakau ini terdengar merdu ditelingaku.

"Huuuuu."

Aku keluarkan asap tebal dari dalam mulutku dan menikmati sensasi nikmatnya nikotin yang masuk kedalam tubuhku.

"Ahhhhh." Nikmat rokok kretek ini, membuat pikiranku melayang sejenak dan meninggalkan semua permasalahan yang ada didalam pikiranku beberapa saat.

"Lek gak iso di enggo, terus tujuane nggawe dokumen perusahaan iku opo.?" (Kalau gak bisa dipakai, terus tujuannya buat dokumen perusahaan itu apa.?) Tanya Joko yang memecahkan lamunanku, sambil melirik dokumen perusahaan yang sudah jadi dan aku letakkan dimeja diantara kami yang duduk berhadapan ini.

Aku lalu melirik kearah dokumen perusahaan itu juga, setelah itu aku melihat kearah yang lain.

PT Biola Sapa Semesta. Itu nama perusahaan konsultan yang aku sepakati bersama Joko. Kami juga sepakat mendirikan perusahaan konsultan bukan kontraktor, karena ilmu yang kami dapatkan selama ini, banyak berkutat dibidang konsultan. Jadi untuk mendirikan perusahaan kontraktor, nanti saja setelah kami mendapatkan pengalaman yang cukup.

Oh iya. Dokumen perusahaan konsultan kami itu sudah jadi, berkat bantuan Pak Tomo dan Bu Yanti. Ingat, hanya dokumen perusahaannya saja yang sudah jadi. Dokumen – dokumen pendukung lainnya belum ada satupun yang jadi, sehingga kami belum bisa menggunakan dokumen itu untuk mengikuti lelang pekerjaan.

Jangankan sertifikat tenaga ahli dan sertifikasi konsultan untuk perusahaan, orang yang memiliki ijazah yang berkompeten dalam bidang ini saja belum kami dapatkan. Kalau boleh dibilang, perjalanan kami untuk mendapatkan proyek ini baru seperempat jalan. Masih panjang dan berliku lagi jalan yang harus kami lalui untuk mendapatkan semua itu.

Aku sih sudah bersyukur banget dibantu Pak Tomo dan Bu Yanti, untuk mendapatkan dokumen perusahaan ini. Belum lagi bantuan dari Bu Har yang mengijinkan kos - kosannya yang kami tinggali, dijadikan kantor untuk perusahaan.

Awal yang baik bagiku dan Joko, karena banyak uluran tangan yang membantu kami. Dan sekarang tinggal bagaimana cara kami untuk melengkapi persyaratan selanjutnya. Tidak mungkin kami terus mengharapkan bantuan dan uluran tangan orang lain lagi. Kami harus berusaha sendiri bagaimanapun caranya.

"Dipikir engko ae lah Jok. Seng penting awak dewe wes nduwe modal dokumen perusahaan." (Dipikir nanti aja lah Jok. Yang penting kita punya modal dokumen perusahaan.) Jawabku lalu aku menghisap rokokku lagi.

"Cok, mesti ngono omonganmu cok. Seng sregep ngono loh. Tas, tes, tas, tes, tas, tes. Ben ndang mari." (Cok, pasti begitu ucapanmu cok. Yang rajin/tanggap gitu loh. Tas, tes, tas, tes, tas, tes. Biar cepat selesai.) Ucap Joko dan aku hanya meliriknya.

IMPIAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang