BAGIAN 26 NGGATHELI.!!!

2K 65 17
                                    


"Terus maumu bagaimana sekarang.?" Tanyaku sambil melepaskan pegangan tanganku digagang pintu kosan Kinanti, lalu aku membalikan tubuhku dan melihat kearahnya.

Kinanti juga membalikan tubuhnya dan melihat kearahku, dengan tatapan sayu dan juga menyedihkan.

"Apa.? Apa maumu.?" Tanyaku dengan suara yang bergetar.

"Gak ada. Aku hanya mengeluarkan semua yang ada didalam hatiku, agar aku tidak menyesal dikemudian hari." Jawab Kinanti dengan mata yang berkaca – kaca.

"Gak menyesal dikemudian hari.? Gak salah dengar nih aku.? Harusnya kamu berpikir dulu, sebelum kamu mengeluarkan semuanya saat ini. Kenapa baru sekarang kamu keluarkan dan kenapa tidak pada saat kamu memutuskan hubungan kita.? Kenapa.?"

"Kamu sudah menyakiti aku dan sekarang aku sudah mulai bangkit dari rasa kesakitan itu Kinanti. Aku sudah bangkit. Tapi malam ini kamu malah mengorek luka lama itu, lalu kamu tambah dengan luka yang baru. Perih Kinanti, perih banget." Jawabku yang terbawa emosi.

"Bukan kamu aja yang sakit selama ini Lang, Aku juga sakit bahkan lebih perih dari pada apa yang kamu bayangkan. Aku memendamnya seorang diri dan tidak ada teman untuk berbagi. Aku sendiri Lang, sendiri." Ucap Kinanti dan nadanya mulai meninggi.

"Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini Kinanti. Kalau kamu mau jujur dan mau terbuka sejak awal, kita pasti bisa menghadapi bersama." Sahutku.

"Gak semudah itu Lang. Gak semudah itu." Ucap Kinanti.

"Mudah saja dan kamu yang mempersulit." Ucapku dan air mata Kinanti mentes membasahi kedua pipinya.

"Kamu tau Lang. Banyak sekali pertimbangan yang aku pikirkan, termasuk keluarga besarmu. Aku tidak mau kalau sampai keluarga besarku datang kerumahmu dan melabrak keluarga besarmu, supaya memaksa kamu untuk memutuskan hubungan kita. Kamu pahamkan.?" Ucap Kinanti dan aku langsung terdiam mendengar jawabannya ini.

Aku tidak sanggup melanjutkan kata – kataku lagi, karena dia memikirkan jauh dari apa yang aku bayangkan.

Bajingan. Kalau saja keluarganya datang kerumahku dan melabrak keluargaku, aku pasti tidak akan tinggal diam. Dan itu berarti, masalah akan membesar dan melibatkan banyak orang.

Gila. Aku gak menyangka kalau Kinanti telah melakukan hal yang sangat luar biasa. Dia mengorbankan cintanya dan rela menyakiti dirinya sendiri, demi kebaikan semua. Tidak ada tempat untuk berbagi dan akhirnya baru kali ini dia bisa meluapkan semua. Tapi apa jawaban yang didapatkan dari aku.? Sindiran dan kemarahan yang pasti menambah luka dihatinya.

Tiba – tiba tubuhku melemas dan aku langsung tertunduk dihadapan wanita yang sangat mencintai aku, dengan sebenar – benarnya cinta ini. Aku malu menatap wajahnya dan aku berdosa sekali menuduhnya macam – macam. Dia tidak seburuk apa yang aku bayangkan dan justru dia banyak berkorban untukku. Dia dengan cintanya yang masih sangat besar untukku sampai detik ini, dan aku dengan cintaku yang sudah diisi oleh hati yang lain. Djiancok.

"Cinta itu gak selamanya berakhir dengan menyatunya dua insan. Ada kalanya dia harus berpisah dipersimpangan jalan, bukan karena berbeda tujuan, tapi terpaksa mengambil arah berlainan." Ucap Kinanti dengan deraian air mata dan suara yang bergetar.

"Ada hati yang harus dijaga, walaupun harus mengorbankan segalanya."

"Jangan memaksakan kebahagiaan, tapi banyak air mata yang berjatuhan."

"Cukup kita berdua yang merasakan kesedihan, tidak perlu banyak orang dilibatkan."

"Sakit sih, tapi yakin aja ada kebahagiaan yang sudah menanti diujung jalan yang kita pilih." Ucap Kinanti mengakhiri kata – katanya, yang langsung membuat air mataku jatuh membasahi kedua pipiku.

IMPIAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang