BAGIAN 11 HARI YANG GILA

1.5K 46 6
                                    


Intan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Intan

"Rajin banget sih jam segini sudah masak." Ucap Intan yang tiba – tiba berdiri disebelahku.

"Ini pertanyaan atau ejekan.?" Ucapku sambil melirik kearahnya.

"Kok sensitive banget.? mentang – mentang dah diterima dikampus teknik kita." ucap Intan sambil berjalan kearah belakangku, lalu memelukku dari belakang.

"Tan, aku lagi masak ini." protesku, ketika kedua tangannya meraba dadaku pelan.

"Hihihi. Iya iya. gitu aja ngambek." Ucap Intan sambil melepaskan pelukannya.

Malam menjelang pagi ini, tepatnya jam tiga aku sudah terbangun dan memulai aktifitas untuk persiapan ospek dihari pertama. Dengan mata bagian kanan yang membiru akibat dihantam Mas Adam kemarin sore, aku memasak nasi jagung untuk kubawa sebagai tugas ospek.

Gara – gara ucapan semongko yang aku tularkan kepada seluruh mahasiswa baru, kami semua harus merasakan kepalan tangan dan injakan kaki dari para senior. Semua laki – laki harus merasakan sakit, perih dan panasnya serangan yang bertubi – tubi dari panitia keamanan. Kalau yang perempuan, langsung disuruh jamping jack diiringi teriakan yang membuat mereka menetaskan air mata.

Gila, padahal kemarin itu baru pengarahan dan persiapan ospek, bagaimana kabar hari ini ya.? apa gak lebih gila kekerasannya.?

Sakit sih pukulan mereka, tapi gak apa – apa. Anggap aja ini sebagai ungkapan sayang dari para panitia itu kepada kami. Yang justru terasa lebih sakitnya itu, sikap beberapa teman angkatanku yang menganggapku sebagai biang keladi permasalahan ini. Walaupun lebih banyak yang membelaku, tapi tetap saja aku merasa tidak enak dengan semua teman – temanku itu.

Marah.? Sebenarnya mau marah dan tidak terima dengan perlakuan yang sudah kelewat batas ini. Tapi apa daya, ini merupakan tradisi turun menurun dan gak bisa dihindari, kalau mau masuk kampus teknik kita. Waktu dulu mau masuk STM aja, aku ditempeleng sama seniorku. Masa masuk kuliah perlakuannya lebih lembut.? kan gak mungkin seperti itu.

Mau nangis.? Ya gak mungkinlah. Karena Bapakku pernah berpesan, semakin kuat seseorang, maka semakin keras juga ujian yang akan dialaminya.

Terus sekarang aku harus bagaimana.? Ya menikmati setiap proses perjalanan yang ada didepanku saat ini. Seberapa keras sih pukulan para senior itu, dari pada omongan para tetanggaku.? Keras mana pukulan difisik sama ucapan yang mengena dihati.? Pasti ucapan yang mengena dihati kan.? kalau didengarkan, ucapan orang itu pasti membekas seumur hidup. Ucapan mereka semua saja bisa aku anggap angin lalu, masa pukulan yang bisa sembuh dalam beberapa hari ini saja, tidak bisa aku nikmatin sih.?

"Ya sabar. Memang seperti itu kalau mau masuk kampus teknik kita." ucap Intan yang menemaniku memasak.

"Tapi masa iya harus dengan kekerasan.?" tanyaku sambil memotong sayur yang akan dibuat urapan..

IMPIAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang