BAGIAN 34 GETARAN HATI

3.2K 82 45
                                    


"Kenapa minggu lalu kamu bohongi aku.?" Tanya Mas Pandu kepadaku dan kami sekarang duduk bertiga, didepan kampus teknik kita. Aku, Mas Pandu dan temannya yang seorang aparat berpakaian bebas, bernama Mas Tegar.

"Bohong apanya Mas.?" Tanyaku balik.

"Jangan pura – pura gak ingat, kutinju kamu nanti." Ucap Mas Pandu, sambil mengepalkan tangan kanannya ke arahku.

"Hehe." Dan akupun hanya tertawa saja, lalu aku menghisap rokokku.

"Jawab cok. Kok malah ketawa." Ucap Mas Pandu dengan nada yang sedikit kesal.

"Oke, oke. Aku jawab pertanyaan sampean Mas." Ucapku terpotong, lalu aku menghisap rokokku lagi.

"Huuuu." Aku buang asap rokok yang memenuhi mulutku, lalu aku melihat ke arah Mas Pandu.

"Mas. Sampean kan pernah bilang sama aku, waktu dikosan pondok merah hari itu. Sampean menyerahkan semua masalah Intan sama aku, kok sekarang malah marah – marah sih.?" Ucapku dan Mas Pandu langsung terkejut mendengar jawabanku.

"Cok. Jadi yang menyebabkan kematian Intan itu Pak Danang dan Pak Jarot.?" Tanya Mas Pandu.

"Kok sampean bisa menyimpulkan seperti itu.?" Tanyaku balik.

"Kamu pergi meninggalkan Joko yang dalam keadaan berduka dan Joko langsung menyusulmu, bertepatan dengan kematian kedua orang itu. Apa itu kurang cukup bagiku untuk membuktikan kesimpulanku barusan.? Belum lagi dengan masalah Denok yang diperkosa Pak Danang, kamu pasti sudah membaca semua itu kan." Ucap Mas Pandu dan kembali aku menghisap rokokku.

"Bener dugaanku kan Ndu." Ucap Mas Tegar menyahut.

"Assuu. Aku juga punya pemikiran seperti itu Gar. Tapi aku gak menyangka kalau dia mau menyelesaikan masalah ini berdua dengan Joko." Ucap Mas Pandu kepada Mas Tegar, lalu melihat ke arahku.

"Aku memang menyerahkan semua masalah Intan sama kamu Lang. Tapi aku kan pesan sama kamu, kalau ada informasi tolong kabari aku. Kenapa kamu malah bertindak berdua aja sama Joko.? Kalau seandainya kemarin kalian yang terbantai bagaimana.?" Ucap Mas Pandu kepadaku lalu melirik ke arah Mas Tegar.

"Kalau menurutku, gak mungkin Gilang sama Joko aja yang menyerang Markas Pak Danang. Pasti ada orang lain yang membantunya." Ucap Mas Tegar dan aku langsung meliriknya.

"Maksudmu.?" Tanya Mas Pandu.

"Kamu pasti paham orang yang aku maksud." Jawab Mas Tegar sambil membalas lirikanku.

"Mas Irawan.?" Tanya Mas Pandu dan Mas Tegar hanya tersenyum saja.

Mas Pandupun langsung melihat ke arahku dengan tatapan mata yang bertanya – tanya.

"Kenapa sampean lihat aku Mas.?" Tanyaku.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku tentang keterlibatan Pak Danang dan Pak Jarot dengan kematian Intan. Terus sekarang ada pertanyaan baru, apa Mas Irawan ikut penyerangan malam itu.?" Tanya Mas Pandu dengan seriusnya.

"Hehe." Aku hanya tersenyum saja mendengar pertanyaan beruntun Mas Pandu ini.

"Cok. Masalah Mas Irawan gak usah dijawab, tapi masalah tentang kematian Intan harus kamu jawab." Ucap Mas Pandu.

"Hiuffttt, huuuu." Aku menarik nafasku dalam – dalam, lalu aku mengambil botol vodka gepeng yang isinya sisa setengah. Aku dan Mas Pandu sama – sama memegang vodka gepeng, sementara Mas Tegar tidak ikut minum.

Gluk, gluk, gluk.

"Ahhhhh." Ucapku setelah meminum sedikit vodka gepeng ini.

Aku letakkan botol ini lagi, setelah itu aku menghisap rokokku. Mas Pandu dan Mas Tegar terus menatapku dan mereka menunggu jawabanku.

IMPIAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang