BAGIAN 41 AIR MATA..

2.6K 84 19
                                    


"MAS PANDU.!!!" Teriak Joko dengan emosinya dan Mas Pandu langsung menoleh ke arah Joko, juga dengan emosinya.

"KAMU MAU BELA DIA.?" Teriak Mas Pandu sambil menunjuk ke arah wajah Joko, lalu menunjuk ke arah Zaky yang terkapar bersimbah darah.

Suasana ruangan ini sangat mengerikan. Darah tercecer dimana – mana dan puluhan orang tergeletak tidak bergerak. Hanya Mas Pandu dan Joko yang berdiri, dengan posisi saling menatap dan dengan amarah yang siap mereka ledakan.

Mas Arief sudah duduk bersandar didinding, sementara Mas Adam juga sudah membuka mata, tapi tetap terlentang dilantai. Zaky beserta teman – temannya tidak ada yang sadarkan diri dan semua itu yang membuat suasana tempat ini menjadi semakin menegangkan.

Tubuhku yang sangat lemas karena kondisiku yang sangat tidak sehat ini, hanya bisa terduduk dengan kepala menyandar didinding. Luka akibat benda keras yang menghantam bagian belakang atas kepalaku, membuat pandanganku berkunang – kunang dan semakin membuat tubuhku melemah.

Darah kental membasahi rambut dibagian kepala belakangku dan itu semakin membuat kepalaku terasa pusing.

Aku lemah tidak berdaya dan dihadapanku saat ini, dua orang terdekatku sedang bersiap untuk saling menyerang.

Bajingan. Kenapa aku harus berada diposisi seperti ini dan kenapa aku harus melihat pertumpahan darah yang sangat tidak berguna ini.? Aku harus bisa menghentikannya, sebelum semuanya semakin menjadi dan akan merusak segalanya.

Aku pejamkan kedua mataku, lalu aku menekannya dengan kedua jari manisku, agar pandangan tidak berkunang – kunang lagi. Aku buka lagi kedua mataku dan menatap ke arah mereka berdua. Mata ini sebenarnya sudah terlalu lelah dan butuh istirahat sejenak. Tapi tidak mungkin aku tidur dalam kondisi seperti ini, karena aku pasti akan mendapatkan mimpi yang buruk dan mimpi itu akan menjadi kenyataan.

"Mulailah segera perkelahian kalian berdua. Biarkan aku menikmati sisa hidupku, dengan melihat orang – orang tersayangku saling membantai." Ucapku pelan dan dengan suara yang bergetar.

"DJIANCOK.!!!." Maki mereka berdua bersamaan, lalu melihat ke arahku dengan pandangan yang langsung terlihat sayu.

Emosi yang tadinya terpancar sangat jelas dimata mereka, langsung hilang seketika.

"Berikan aku mimpi yang sangat buruk, sebelum malaikat maut menjemputku." Ucapku lagi dan kedua mata mereka perlahan berkaca – kaca.

"Percayalah, sakit ketika sukma ini dicabut, tidak akan terasa sama sekali. Rasa sakit yang sebenarnya itu, ketika aku melihat kalian saling menumpahkan darah ditempat ini." Ucapku dan aku memaksakan kedua mataku untuk tetap terbuka.

"Mulailah. Mulailah segera pertarungan kalian. Huupp." Ucapku lalu tiba – tiba dadaku terasa sangat sakit sekali.

Aku meremas dada kiri bagian bawahku dan aku mencoba menarik nafasku.

"GILANG.!!!" Teriak Mas Pandu dan juga Joko, lalu mereka berdua berlari dan bersimpuh dihadapanku.

"Hiuufftttt, ahhhhhh." Aku menarik nafasku dalam – dalam, lalu mengeluarkannya perlahan.

Sakit, memang sangat sakit sekali. Tapi aku berusaha melawan sakit ini sekuat tenagaku dan aku tidak ingin menyerah begitu saja. Aku ingin semua berakhir baik dan aku ingin mewujudkan impianku dulu, untuk lulus dari kampus teknik kita. Entah nanti setelah itu aku masih diberi kesempatan atau tidak, aku tidak akan memikirkan hal itu.

Aku merasa sakitku ini bukan sakit biasa dan sakit ini pasti akan merenggut nyawaku. Semua orang yang ada disekitarku pasti paham dengan penyakitku dan mereka tidak berani jujur kepadaku.

IMPIAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang