Clarissa memakan snaknya dengan tenang sembari memperhatikan televisi yang menampilkan berita artis yang kini tengah naik daun. Azela Galih Seira.
Bocah itu masih saja bertingkah sampai sekarang, dan Clarissa tidak mau ikut campur lagi. No Way! Melihat Azela yang kini tengah digosipkan dengan lawan mainnya, Clarissa yakin bocah itu sekarang pasti berada di apartemennya karena para penggila gossip itu tidak akan mengetahui tempatnya.
Entah kenapa Clarissa jadi bersyukur dirinya keluar dari dunia itu dulu. Jika tidak mungkin dirinya akan kelimpungan mendapati namanya terpampang dimana-mana dan parahnya lagi disandingkan dengan berbagai macam actor lainnya. Clarissa benci kericuhan tak berdasar seperti itu.
"hentikan memakan kue itu Cla, apa kau tau berat badanmu meningkat pesat akhir-akhir ini?!"
Clarissa memutar bola matanya jengah, telinganya sudah pengar mendengar Mamnya berceramah selama ia tinggal di mansion. Inilah salah satu alasan Clarissa tidak mau tinggal dengan Mamnya. Dan lagi, sebenarnya siapa yang menyeret Clarissa ke mansion ini?! Bukankah dariawal Clarissa menolaknya?!
"baiklah, kalau begitu biarkan aku kembali ke apartemenku Mam" jawab Clarissa dengan senyumnya.
Alin mencibir, "jangan mimpi anak pintar!" kata Alin sebelum ikut mendudukan diri di samping Clarissa.
"apa aku terlihat sedang tidur sekarang?" sahut Clarissa sarkasme.
"sudahlah cepat ganti chanelnya"
"kenapa? Apa Mam tidak ingin melihat anak bungsumu yang semakin menjadi-jadi?"
Alin menatap Clarissa tajam, "siapa yang kau maksud itu? Mam tidak memiliki anak yang membangkang!" tegas Alin.
Clarissa hanya mencibir perkataan Mamnya. Alin memang suka begitu, jika salah satu anaknya tidak mau menuruti apa yang diinginkannya maka detik itu pula Alin akan menjadi menyebalkan dengan mengatakan tidak memiliki anak seperti itu. Bahkan papanyapun menjadi korban Alin.
Huuufff... sebenarnya apa yang dikatakan Alvin dulu itu tidak salah. Mamnya memang kekanakan, dan bossy. Satu hal yang membuat perkataan Alvin menjadi salah dimata Mamnya, yaitu Alvin sendiri tidak sadar jika dia juga terkadang kekanakan dan sangat bossy. Sudahlah, kenapa Clarissa harus memikirkan bos menyebalkannya itu.
"apa kau tau jika gedung apartemenmu dibeli Alvin?" kata Alin tenang sembari memilih chanel.
Clarissa memutar bola matanya, "ya... dia memang gila"
"tidak segila kau, Clarissa si anak pintar putri Mam Alin" jawab Alin sembari tersenyum mengejek.
Clarissa berdecak kesal, Mamnya memang sangat pandai dalam membuat orang kesal.
"kalau Mam lupa, Mam juga sama gilanya!" seru Clarissa sebelum memutuskan pergi dari sana, kembali menuju kamarnya. Jika dirinya tetap disana lebih lama lagi, rasanya emosinya akan semakin meledak.
Di lain sisi, Alvin masih bergelut dengan pikirannya. Apa yang dikatakan Azela tiga hari yang lalu benar-benar membuatnya tidak bisa mengatakan apa-apa. Rasanya dirinya ditipu habis-habisan, bagaimana bisa tidak ada yang memberi tahu Alvin sedikitpun tentang asal usul Clarissa yang sebenarnya. Dirinya pasti menjadi bahan candaan saat ia menolak mentah-mentah perjodohan itu sedangkan dirinya secara gamblang membawa Clarissa ke hadapan keluarganya, menyatakan jika Clarissa adalah tunangannya. Sekarang apa lagi yang akan dilakukan para orang tua itu?! Memikirkan itu semua benar-benar membuat Alvin marah.
Alvin meraih ponselnya, dirinya tidak mau menjadi bahan tertawaan lagi, oleh karena itu dirinya membutuhkan banyak data tentang Clarissa. Dan untuk sekretarisnya itu, ia akan memberikan pelajaran sendiri besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is My Angel
RomanceC. E. O Tiga huruf itulah yang kini telah membuat Clarissa jungkir balik tak karu karuan. Bagaimana tidak?! Jika di hari pertamanya saja dia sudah disuruh membuat minuman untuk semua pegawai kantor!! Alih alih dengan alasan sudah adat di kantornya...