Clarissa terpaku ditempatnya, dirinya menghembuskan napas pasrah yang entah sudah keberapa kali sejak dirinya berdiri di depan pintu besar berwarna putih itu sejak lima belas menit lalu. Sekali lagi dirinya memandang pintu tersebut dengan berat hati. Jika bisa, Clarissa memilih untuk tetap tidak membuka pintu itu dan segera pergi dari sana. Namun, mengingat apa yang terjadi tadi malam membuatnya tak memiliki pilihan selain datang ke sini, dan berakhir dengan segala omelan panjang Mamnya.
Clarissa menoleh kesamping kanan dan kiri, memperhatikan halaman rumah yang kini sudah penuh dengan tanaman hijau. Terakhir kali dirinya kesini tanaman-tanaman itu belum ada, dan kenapa hari ini rumah Mamnya terlihat sepi? Bahkan di depanpun hanya ada satu satpam. Tidak biasanya Mamnya membiarkan rumah seperti ini.
Merasa handphone yang berada di dalam tasnya bergetar, Clarissa segera mengambilnya. Dahinya mengernyit tatkala melihat nama yang tertera di layar handphonenya. Mamnya menelpon.
"kau mau berdiri di sana berapa lama lagi?!"
Baru saja dirinya mengangkat panggilan, Mamnya sudah menyerbunya dengan nada yang membuat Clarissa jengkel sendiri. Clarissa berdecak, kemudian menengadah ke atas pintu putih di depannya, menatap sengit CCTV yang terpampang nyata di sama. Dirinya benar-benar lupa akan CCTV itu. Sial. Sekarang dia tidak bisa kabur dari sini tanpa mendapat wejangan dari Mamnya.
"ya.. ya.. Clarissa masuk" jawab Clarissa sebelum memutus panggilan mereka.
Clarissa menatap pintu di depannya sekali lagi, sebelum menghembuskan napas pasrah dan bergerak membuka pintu itu.
"Anda datang nona?" sambut salah satu pelayan wanita yang Clarissa tebak sudah disiapkan Mamnya untuk menunggunya.
"Ya.. dimana Mam?"
"silakan ikut saya nona"
Clarissa tak menjawab, dirinya segera mengikuti langkah pelayan tadi dengan berat hati. Clarissa punya firasat buruk tentang ini.
"Mam, kau sungguh menyiapkan ini untukku?" tanya Clarissa tatkala dirinya melihat Mamnya yang sedang menatap sengit dirinya.
"Apa maksudmu? Ini sudah biasa di sini. Dan kau seolah menganggap aku menyiapkan sesuatu yang sepesial untukmu" balas Alin – Mam Clarissa.
Clarissa hanya tersenyum gemas melihat tingkah Mamnya yang masih saja tidak berubah. Gengsi Mamnya ini tinggi sekali, jadi mana mungkin mengaku begitu saja. Mamnya bukan tipe orang yang langsung menjawab sesuai dengan isi hatinya. Clarissa sudah hapal akan itu.
"Dasar kau anak pintar, apa baru sekarang kau ingat masih punya Mam?! Apa aku harus menelponmu berpuluh kali baru kau mau datang kesini?!"
Nahkan, Mamnya memang seperti ini. Bilang saja bahwa Mamnya ini sangat rindu padanya. Clarissa segera melangkah menuju sofa di seberang Alin, kemudian duduk dengan menghadap Alin yang kini tengan memandang sebal terhadapnya. Yahh... mau bagaimana lagi ini memang sudah takdir Clarissa.
"ya.. ya.. Clarissa mengaku salah, jadi hentikan omelan Mam yang sudah disiapkan untukku"
"Kau ini memang ya... dan lagi, apa-apaan berita pagi ini"
Mata Clarissa membola, "Apa? Beritanya sudah terbit? Bagaimana bisa secepat itu?"
"Hah, dasar kau ini, memangnya siapa yang kau maksud itu? Apa kau lupa statusmu sendiri hah? Oleh karena itu, datanglah jika aku menyuruhmu datang. Kau memang keras kepala"
Clarissa mencibir mendengar ucapan Alin, dirinya segera meraih Koran yang ada di meja, membacanya cepat. Dan dirinya harus menahan napas saat melihat gambar dirinya bersama Alvin sedang berciuman terpampang jelas di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is My Angel
RomanceC. E. O Tiga huruf itulah yang kini telah membuat Clarissa jungkir balik tak karu karuan. Bagaimana tidak?! Jika di hari pertamanya saja dia sudah disuruh membuat minuman untuk semua pegawai kantor!! Alih alih dengan alasan sudah adat di kantornya...