Clarissa sekarang sedang berdiri kaku, memandang tepat kedepan, menatap pantulan cermin dengan tak berkedip melihat sesosok perempuan yang terlihat begitu apik, begitu ayu, begitu kalem, dan begitu elegant. Semuanya sempurna secara bersamaan. Dan Clarissa jamin dirinya tak akan pernah menjadi seperti itu. Jika bukan karena Alvin, bos sialan gilanya.
Ya.... Dia sedang menatap dirinya di cermin, memakai gaun bewarna putih selutut bersamaan dengan tali yang langsung menuju leher menggantung indah di sana, menutupi belahan dadanya, namun dengan bahu terekspos sempurna. Jika Clarissa ingat-ingat lagi, bukankah Alvin memakai pakaian yang senada juga dengannya?
"sudah puas mengagumi diri sendiri miss? " kata Alvin tepat di telinganya.
Clarissa segera melirik dari cermin, dan bosnya –Alvin tepat berada di belakangnya, sedang mendekatkan wajahnya ke telinga Clarissa. Sontak saja Clarissa menahan napas saat dirinya merasakan hembusan napas Alvin di tengkuknya. Jika berlama-lama seperti ini, Clarissa yakin dirinya akan pingsan. Namun sebelum itu terjadi, Alvin sudah menjauhkan wajahnya, kembali berjalan kearah sofa yang sempat ia duduki tadi.
"bawakan sepatu yang cocok dengan gaun itu" kata Alvin setelah dirinya mendudukan diri di sofa, mengendikan dagu kearah Clarissa yang masih termenung menatapnya.
"baik sir" segera saja penjaga butik tersebut berjalan pergi ke arah sudut ruangan lain yang menyediakan berbagai sepatu di tempat itu.
"aku tau diriku sangat tampan, jadi tak usah memandangiku sampai meneteskan air liurmu Clarissa" kata Alvin tenang sembari menatap Clarissa.
Sedangkan Clarissa segera mengalihkan pandangannya, berdecih mendengar ucapan narsis bosnya. Ia kemudian berbalik duduk di sebelah Alvin dengan jarak yang cukup jauh. Karena memang hanya itu sofa di ruangan ini, jadi bagaimana lagi, dia harus rela duduk satu sofa dengan Alvin jika tidak mau berdiri terus menerus.
Clarissa gusar sendiri karena keheningan yang terjadi. Mengapa pelayan tadi sangat lama hanya karna mengambil sepatu. Jika tahu akan seperti ini, Clarissa memilih ikut memilih.
"kau masih ingat bukan, jika nanti kau tak boleh membantah apa yang saya ucapkan" kata Alvin memecah keheningan, masih dengan ipadnya.
"ya tentu saja masih. Kalau memang saya tak diijinkan untuk berbicara, kenapa saya harus ikut? Lagipula bukankah ini pertemuan antara Anda dengan ibu anda?" jawab Clarissa setengah jengkel.
"yaahh... Itu memang tak sepenuhnya salah" balas Alvin enteng.
Tak lama kemudian, pelayan tadi datang dengan membawa beberapa sepatu di tangannya. Bahkan pelayan di belakangnya pun nampaknya sama-sama membawa sepatu. Untuk apa sebanyak itu?
"cobalah" kata Alvin setelah menaruh ipadnya, mengendikan dagunya ke arah sepatu-sepatu itu.
Dengan sigap pelayan tadi membantu Clarissa memasang high-heel.
"terlalu tinggi. Ganti" kata Alvin sesaat setelah high-heel itu melekat di kaki sebelah kanan Clarissa. Clarissa mengangguk setuju, dirinya juga tak begitu suka dengan heels yang terlalu tinggi.
Kemudian Clarissa mulai mencoba high-heel berwarna putih sederhana yang tingginya tak seberapa. Dirinya tersenyum saat terasa pas di kakinya.
"baiklah itu saja" kata Alvin yang mendapat anggukan dari pelayan yang membantu Clarissa.
Setelah beberapa lama mendandani Clarissa, Akhirnya Alvin segera memacu mobilnya menuju mansion mommynya.
Mereka tak membuka pembicaraan sampai akhirnya tiba di mansion keluarga Alvin. Dan entah kenapa Clarissa menjadi gugup tanpa alasan. Bahkan sekarang tangannya sudah berkeringat dingin, saling menautkan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is My Angel
Roman d'amourC. E. O Tiga huruf itulah yang kini telah membuat Clarissa jungkir balik tak karu karuan. Bagaimana tidak?! Jika di hari pertamanya saja dia sudah disuruh membuat minuman untuk semua pegawai kantor!! Alih alih dengan alasan sudah adat di kantornya...