Clarissa tersenyum canggung saat melihat ibu dari atasannya ini memandang lekat dirinya. Membuat Clarissa merasa minder sendiri. Jangan bilang jika ibu Alvin saat ini sedang ingin mencaci maki dirinya. Tapi rasanya tidak juga, mengingat bagaimana ramahnya beliau.
"sekarang, mari bahas hubungan kamu dengan anak saya" kata Sinta-ibu Alvin- setelah meletakkan cangkir tehnya.
Clarissa menelan ludahnya, dirinya tidak tau harus menjawab apa.
"apa Alvin semacam mengancammu untuk berpura-pura menjadi pacarnya?"
Ya dia mengancam akan memotong gaji ku jika aku tak ikut dengannya! Ingin sekali Clarissa mengatakan itu, namun apalah dayanya yang hanya seorang karyawan biasa dan masih membutuhkan gaji bulanannya.
"sedikit" hanya itu yang mampu Clarissa ucapkan. Itupun dirinya sedikit meringis saat membayangkah bagaimana reaksi Alvin nanti.
"benarkah? Dasar anak itu!" balas Sinta geram.
Clarissa hanya tersenyum canggung, sungguh dirinya lebih memilih diberi pekerjaan penuh daripada harus menjawab pertanyaan ibu bosnya ini. Rasanya Clarissa tak sanggup.
"jangan dengarkan apa kata Alvin, dia memang tidak tau diri"
"ya" Clarissa menjawabnya lirih.
"kamu tinggal dimana sekarang Clarissa?"
Clarissa tersedak minumannya saat mendengar itu. Jangan bilang jika dirinya akan diusir, dengan ibu atasannya ini yang akan membeli apartemennya dan memblokir dirinya.
"ahh... itu... me-memang ada apa mam?" memberanikan diri, Clarissa mencoba menanggapinya walaupun terbata.
"tentu saja ingin berkunjung. Memang apa lagi?"
Clarissa menghembuskan napas lega, setidaknya dia masih bisa tinggal dengan aman di apartemennya sekarang.
"kau tau, lebih baik kau segera berdamai" perkataan Sinta yang ini sungguh sukses membuat Clariss diam terpaku. Kali ini Clarissa sungguh tak tau harus menjawab apa. Dirinya hanya mampu mengerjapkan matanya takjub.
Sedangkan Alvin sudah kembali ke ruangannya, setelah menyelesaikan meetingnya. Tak terlalu lama seperti yang ia bayangkan. Dan itu cukup bagus untuknya.
Dirinya menajamkan matanya saat menyadari sekretarisnya tidak ada di tempat. Mengendikan bahunya acuh sebelum berlalu menuju mejanya. Dirinya akan menanyainya nanti saat Clarissa sudah kembai. Tidak terlalu susah untuk itu. Lagipula dirinya memiliki waktu luang setelah menandatangani berkas yang ada di mejanya ini.
Tak terasa Alvin sudah menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini. Dirinya menilirk jam yang ada di tangannya, menghembuskan napas saat mengetahui sudah dua jam dirinya berkutat dengan berkas-berkas di hadapannya. Seolah teringat, Alvin segera berjalan menuju pintu penghubung ruangannya dengan Clarissa. Mengangkat sebelah alisnya saat mengetahui Sekretarisnya itu sedang membalas chat di handphonenya.
"apakah dari pacar yang kau idam-idamkan itu miss?" perkataan Alvin itu sukses membuat Clarissa terkejut.
"Anda megejutkan saya sir" protes Clarissa.
"dan aku tak peduli"
Claissa mendesis sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.
"dari mana saja kau tadi miss?"
"mendadak ada urusan penting sir"
"apa itu?"
"ibu anda"
"mommy kesini?"
"ya"
"untuk apa?"
"untuk memperingatkan saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
She is My Angel
RomansC. E. O Tiga huruf itulah yang kini telah membuat Clarissa jungkir balik tak karu karuan. Bagaimana tidak?! Jika di hari pertamanya saja dia sudah disuruh membuat minuman untuk semua pegawai kantor!! Alih alih dengan alasan sudah adat di kantornya...