Pria itu tersentak saat mendapati laporan yang ia bawa dilempar begitu saja dihadapannya, ia semakin menundukkan kepalanya dalam, takut mendongak menatap sang Big Bos yang sejak tadi memarahi setiap karyawan yang melapor padanya. Pria itu masih berdiri kaku melihat kertas-kertas yang sudah ia kerjakan selama ini dan memakan waktu tidurnya teronggok di lantai mengenaskan.
"laporan macam apa yang kamu tulis itu hah?! Apa kau sudah bosan bekerja di sini?!"
"maaf sir" hanya kata itu yang mampu ia ucapkan.
"apa kau akan terus berdiri saja tanpa memungut pekerjaan sampahmu itu?!" bentak Alvin sekali lagi.
Segera saja karyawan pria tersebut berjongkok memunguti laporannya yang sudah tersebar kemana-mana.
"buat lagi, dan serahkan kepadaku saat jam makan siang nanti. Keluar!"
Setelah mendengar perintah big boss karyawan tersebut segera undur diri, dirinya sudah tidak tahan berlama-lama lagi di dalam ruangan sang big bos yang sedang mengamuk. Padahal laporan yang ia tulis tidak menunjukan kesalahan yang fatal. Tapi bosnya itu mengamuk layaknya laporan yang ia buat salah total. Huff... mungkin ini nasib buruknya.
"siapkan mentalmu, si bos lagi bad mood" kata karyawan tadi kepada karyawati yang dilewatinya dan bersiap menuju ruang Alvin.
Terlihat karyawati tersebut menghembuskan napas gugup sebelum berjalan menuju pintu Alvin. Kemudian mengetuknya tiga kali sebelum terdengar suara garang Alvin mempersilakannya masuk.
"ini sir, laporan pekerjaan minggu ini" katanya sembari menunduk. Takut menatap langsung Alvin.
Alvin tak menjawab, dirinya mengambil laporan bermap warna biru itu dengan wajah dinginnya. Kemudian mulai membaca cepat halaman pertama. Belum saja dirinya membaca halaman selanjutnya, dirinya sudah dibuat geram. Tak mau melanjutkan, dirinya membuang laporan itu begitu saja di depan karyawannya. Sungguh hari ini semua karyawannya tida becus bekerja semua.
"apa kau masih anak sekolah?" kata Alvin sarkasme.
"maaf sir"
"kalau membuat sampul saja sudah tidak becus, kenapa bisa lulus hah?!"
"maaf sir" karyawati tersebut semakin menunduk, mencoba mengingat-ingat apakah sampulnya ada yang salah, dan segera memunguti laporannya.
"bonusmu hilang minggu ini. Dan buat sampul seratus jenis. Serahkan padaku dua jam dari sekarang"
"baik sir" kata karyawati tersebut sembari menahan tangis.
"di sini bukan tempat untukmu menangis! Keluar!" kata Alvin bertambah kesal.
Baru saja dinasehati seperti itu sudah mau menangis, bagaimana jika dia Alvin pecat?! Apakah akan menangis darah?! Dasar karyawan lebay tidak tau tempat. Jangan harap Alvin akan mengampuninya jika karyawannya menangis.
Alvin menggeram tatkala melihat berkas yang ada di mejannya tak mau berkurang. Dirinya ingin segera menyingkirkan berkas-berkas itu kemudian merebahkan tubuhnya, sungguh tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah. Terlebih kasus pertunangannya yang batal kini semakin membuat Alvin tak mampu lagi menahan amarahnya. Mam Clarissa itu memang benar-benar keterlaluan.
Sedangkan dilain tempat, Clarissa menikmati hari santainya di mansion milik Mamnya. Dirinya harus memanfaatkan momen seperti ini sebaik mungkin sebelum Alin, Mamnya itu berubah pikiran dan mengirinya ke tempat antah berantah yang pasti membuat Clarissa ingin menenggelamkan diri.
Pasca Alin resmi membatalkan pertunangannya dengan Alvin kemarin, Mamnya itu segera kembali ke mansion utama dengan mencak-mencak. Semua yang ditemui Alin kemarin habis kena marah wanita itu. Bahkan papanya tak bisa menghentikan kemarahan Alin dengan mudah, sebelum akhirnya dengan iming-iming liburan berdua tanpa ada pengganggu, barulah Alin bisa berbicara dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
She is My Angel
RomanceC. E. O Tiga huruf itulah yang kini telah membuat Clarissa jungkir balik tak karu karuan. Bagaimana tidak?! Jika di hari pertamanya saja dia sudah disuruh membuat minuman untuk semua pegawai kantor!! Alih alih dengan alasan sudah adat di kantornya...