Bab 34 Keputusan

150 15 4
                                    

"kalian"

Clarissa dan Alvin kompak mendongak menatap Galih.

"lusa harus menikah"

"YA?!"

Clarissa mengerjapkan matanya, dirinya tidak salah dengar bukan? Apakah daddynya ini baru saja menyuruh dirinya dan Alvin menikah? Dan apa tadi, lusa?! Sepertinya dirinya benar jika hanya salah dengar, lagipula jikapun benar bagaimana menyiapkan pernikahan hanya dalam satu hari?!

Sedangkan Alvin segera mencubit tangannya sendiri, rasa sakit masih dirasakannya yang berarti dirinya tidak sedang bermimpi. Jadi benar Galih menyuruhnya menikah dengan Clarissa secepat ini? Bukankah kemarin Galih masih saja menjunjung egonya tinggi-tinggi?

"dad, kenapa jadi menikah lusa?" perkataan Azela menyadarkan Clarissa dari lamunannya.

"t-tunggu dulu, tadi daddy bilang apa? Menikah? Lusa?!" kata Clarissa masih dengan wajah cengonya.

"kenapa? Kamu keberatan?"

"tidak!" jawab Alvin cepat. Dirinya tidak ingin kesempatan emas seperti ini hilang begitu saja.

"tentu saja tidak, kami tidak keberatan. Aku akan menyiapkan segalanya jika perlu, kurasa satu hari lebih dari cukup" tambahnya.

Alvin menghiraukan tatapan tidak terima dari Clarissa, masa bodoh dengan itu, yang terpenting sekarang ia telah mengantongi restu menikah dengan Clarissa, dan baiknya lagi itu adalah lusa. Memikirkan itu saja membuat Alvin mengulum senyumnya.

"lalu bagaimana dengan gaunku?"

Alvin melirik sinis kea rah Azela, enak saja bocah biang masalah itu menanyakan gaun padanya, memang dia babby siter dia?! Maaf saja, Alvin masih kesal dengan tingkah Azela yang langsung masuk begitu saja, ya... meskipun endingnya Alvin bisa menikah dengan Clarissa.

"urus saja gaun mu sendiri, memang aku harus mengurusi mu juga?" jawab Alvin kesal.

"gaun apa? Mengurusi apa?"

Perkataan itu membuat semua orang yang berada di apartemen Clarissa menoleh kea rah pintu masuk, di sana Alin sedang berjalan kearah mereka dengan dahi mengernyit. Tebakan Azela sepertinya benar jika Mam Clarissa ini terbang ke sini. Alvin menelan ludahnya gugup, dirinya belum sempat berbicara dengan Alin mengenai kesepakatannya dengan Galih, lalu bagaimana reaksi Mam Clarissa itu saat tau jika ia dan Clarissa akan menikah lusa.

"Mam, Mam kemari dengan apa? Helly?"

"ya, tentu saja. Siapa yang tidak panik setelah mendapat kabar seperti itu?"

"sudah ku duga. Kemarilah Mam, duduk di sini"

"hmm, Mam memang tidak berniat berdiri terus" jawab Alin sembari mendudukan dirinya tepat di sebelah Galih.

"jadi, ada apa dengan mereka berdua sebenarnya?" kata Alin lagi sembari menunjuk Clarissa dan Alvin, meminta penjelasan.

"lihat ini Mam" kata Azela sembari menunjukkan ponselnya.

Sekali lagi Alvin menghembuskan napasnya pasrah, kenapa foto mereka harus ditunjukan ke banyak orang sih?! Azela memang kurang ajar.

"oho... kalian sudah berani berbuat seperti ini sebelum berbicara apapun kepadaku? Apa kalian piker aku akan diam saja melihat ini?" kata Alin sembari menatap tajam kea rah Alvin dan Clarissa.

Belum sempat Alvin menjawab, suara high hill terdengar mendekat, dirinya menoleh mendapati mommynya yang sedang berjalan tergesa menghampiri mereka.

"Alvin, apa-apaan kamu ini?! Kenapa bisa berbuat kurang ajar seperti itu hah? Memangnya mommy pernah mengajarimu bersikap seperti itu?!" sembur Sinta sembari memukuli Alvin dengan tasnya. Enak saja anaknya ini main ranjang begitu saja tanpa ada ikatan apapun. Sinta harus memberi pelajaran terlebih dahulu kepada anak semata wayangnya ini.

She is My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang