Bab 22 Mam

119 12 0
                                    

Suara ketukan di keyboard terdengar nyaring, jari-jari Clarissa masih asik menari di atasnya padahal sebentar lagi waktu istirahatnya sudah selesai. Namun dirinya masih saja menatap komputernya dengan serius. Ia bahkan menghiraukan ponselnya yang terus bergetar sedari tadi. Hingga limabelas menit kemudian dirinya tersenyum tatkala selesai mengerjakan pekerjaannya hari ini.

Ah, kemarin Alvin benar-benar meliburkan seluruh karyawan, namun bukan berarti mereka datang ke acara pertunangannya dengan Alvin. Tenang, kemarin akhirnya bos gilanya itu berhasil dibujuk untuk tidak melakukan pertunangan dadakan. Clarissa bisa gila jika memang benar terjadi acara pertunangan kemarin.

Alhasil Alvin setuju untuk menundanya, sesuai dengan permintaan Momy bosnya. Clarissa hampir pingsan tatkala Alvin masih saja kekeh dengan pikirannya, dan Clarissa tidak ada cara lain lagi selain ikut untuk membujuk Alvin. Dan siapa sangka bosnya yang dikantor terlihat dingin, angkuh, menyebalkan bisa bersikap keras kepala dan lunak seperti kemarin.

Melihat ponselnya yang masih saja bergetar, Clarissa segera meraihnya. Dahinya mengernyit saat mengetahui 250 pesan dari Mamnya. Sontak saja Clarissa menelpon Alin, tidak biasanya Mamnya itu mengirim begitu banyak pesan. Mamnya bukan tipe orang yang mau ribet.

"hallo Mam, tumben Mam mau spam chat" kata Clarissa pertama kali saat panggilannya di jawab.

"....." Clarissa menjauhkan handphonnya kemudian melihat lagi nama kontak yang ia panggil. Saat tau jika dirinya benar menelpon Mamnya, ia kembali menempelkan ponselnya ke telinga sebelah kananya.

"Mam... kenapa diam saja? Tidak seperti biasanya Mam diam seperti ini" kata Clarissa heran.

"oh... hai kak"

Mendengar itu Clarissa langsung saja melemparkan handphonenya ke meja kerjanya. Bukan karena apa-apa, dirinya terlalu terkejut saat mendengar suara Azela di sana. Clarissa segera mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya sebelum dirinya kembali meraih handphonenya.

"kenapa ponsel Mam ada padamu?" tanya Clarissa sedikit kesal. Sedangkan Azela di seberang sana malah terkekeh geli.

"coba kakak tebak"

"Jangan bilang kau sedang bersama Mam Zel" kata Clarissa agak keras, dirinya masih tidak percaya.

"jika tidak begitu bagaimana aku bisa mengangkat telponnya kak"

Clarissa menggeram kesal, dirinya segera memutus panggilan mereka. Berarti yang mengirim 250 pesan tadi bukan Mamnya, melainkan Azela. Memikirkan itu Clarissa jadi kesal sendiri.

Tak lama setelah itu, ponselnya kembali bergetar, menampilkan pesan dari Mamnya.

From Mam

Anak pintar cepat kemari, Mam menunggu mu sekarang juga

Itu pesan dari Mamnya, Clarissa kemudian membuka lokasi yang Mamnya kirim. Dirinya menggaruk tengkuknya bingung.

Bukankah ini rumah bossnya? Pikir Clarissa masih tidak percaya.

Clarissa hanya membalas iya pada Mamnya. Mamnya itu jarang-jarang mau keluar dari sangkar emasnya yang berupa rumah yang Clarissa datangi kemarin. Tapi sepertinya rumah itu tidak bisa di sebut rumah, mungkin... Mansion?

Clarissa kembali melirik komputernya, pekerjaannya hari ini sudah selesai. Jadi tidak masalah juga bukan jika dirinya ijin untuk pergi sekarang? Dan Mamnya bisa menjadi alasan yang bagus bagi Alvin menyetujuinya. Toh juga bukankah Clarissa memang ingin pulang cepat hari ini? Mungkin dirinya akan menghampiri Mamnya sebentar melihat ini masih pukul dua.

Setelah merapihkan semua berkas-berkas di mejanya, Clarissa segera berjalan kearah ruang Alvin guna memberitahu big bossnya itu. Dirinya mengetuk tiga kali sebelum Alvin mengijinkannya masuk.

She is My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang