Bab 6. she's my woman

276 27 2
                                    

"Bukankah cukup menggembirakan untuk bertingkah sedikit nakal dalam hal itu Sir? " balas Alvin dengan senyum miringnya.

"sudahlah, kalian memang hebat dalam hal memenangkan tender atau apapun itu. Kita di sini bukan untuk berdebat, melainkan unt–"

"Apa aku telat? " dan perkataan itu sukses memotong ucapan Sinta.

*****

Semua mata kini memandang ke arah objek suara tersebut. Yang mana dari seorang wanita muda bersama gaun navynya, rambut yang tergerai dengan penjepit rambut di sisi kiri, tertata rapi, dipadukan dengan makeup yang sangat kentara dan high-heel senada dengan gaunnya. Terlihat sangat cocok ditubuh gadis berkulit putih itu.

"kenapa kalian diam? Apa aku terlalu mencolok? " katanya lagi.

Clarissa hanya mendengus bosan sembari memutar bola matanya. Alvin yang melihat itu hanya mengernyitkan dahinya.

"ada apa denganmu? " kata Alvin sembari menatap Clarissa heran.

"apa? Kau menanyaiku kak? " sahut gadis tadi.

Kali ini Alvin yang memutar bola matanya jengah, "bukan kau, tapi dia" jawab Alvin sembari menunjuk Clarissa.

"ooo... Sekarang, bolehkah aku duduk dulu? "

"ya, tentu saja darl" jawab Galih dengan senyumnya.

"maaf semuanya, ini putri ku, namanya Azela Galih Seira. Zel, kenalan dengan om, dan tante" tambah Galih saat putrinya itu duduk di sampingnya.

"hai om tante salam kenal" kata Zela dengan senyumnya. Sedangkan Ray dan Sinta mengangguk sembari tersenyum ramah.

"hai kak Alvin, apa kabar? " katanya lagi dengan menyelipkan sebelah rambutnya di telinga. Sekali lagi Clarissa memutar bola matanya jengah.

"apa kita pernah bertemu? " kata Alvin dingin.

"mmm... Sepertinya belum, tapi tenang saja, setelah ini kita akan sering bertemu. Benarkan Dad? "

"ya tentu saja Darl"

Sedangkan Alvin hanya mendengus tak suka.

"Sekarang apa yang membuat kalian mau menemui ku? " kata Alvin menghiarukan ayah dan anak yang sedang tersenyum penuh arti kepadanya.

"apa harus ada alasan penting yang mengharuskan seorang orang tua untuk menemui anaknya?!" kata Sinta kesal yang duduk di samping Ray.

"mom tau bukan, jika jadwalku sangat padat. Bahkan aku harus membatalkan satu meeting besar untuk ke sini"

Clarissa berdecih saat mendengar itu, dirinya tersenyum miring saat bos besarnya ini pandai sekali berbohong.
Hingga tak sengaja dirinya bersitatap dengan Galih, sontak saja Clarissa membuang wajahnya. Menghindari kontak mata lebih lama dengan Galih yang sedang menatapnya menilai.

"baguslah jika kamu masih memikirkan mom dengan datang ke sini" jawab Sinta santai.

"lagi pula, bukankah sudah dad katakan untuk mengunjungi kami. Tapi kau malah terlalu berusaha keras" Kata Ray.

"sekarang aku sudah di sini, jadi bisakah aku pulang? " jawab Alvin acuh.

Clarissa menatap bosnya tajam. Jika saja dirinya tak ingat dengan peraturan Alvin, sudah sangat dipastikan jika dirinya akan membantah semua ucapan bosnya itu. Lagipula jika nanti gajinya tidak keluar, dirinya bisa menghubungi Ray, yang mana masih memegang jabatan tertinggi di kantor. Lalu buat apa dirinya takut? Ya kan.

"Bagaimana jika kita kenalan dulu? " kata Zela sembari menatap Alvin penuh minat.

Alvin mengangkat sebelah alisnya singkat, "apa aku terlihat ingin berkenalan dengan mu? "

Clarissa tersenyum miring saat mendengar jawaban Alvin, sebelum berdehem untuk menjaga ekspresinya.

"tetap saja kita harus kenalan kak. Tapi kalau kakak tidak mau juga tidak apa-apa. Tapi jangan nyesel, dan jangan cari aku buat minta bantuan" balas Zela sengit.

"cih, memangnya siapa dirimu hingga aku meminta bantuan pada mu? "

"tentu saja dia putriku Alvin" jawab Galih dengan senyumnya. Terlihat sangat jelas jika dirinya bangga memiliki Azela sebagai putrinya.

"meskipun dia putri Anda, aku tak akan meminta bantuannya. Lagipula yang memegang perusahaan masih Anda bukan? "

Clarissa manggut-manggut mendengar itu, sesekali dirinya melirik Alvin yang tengah memasang tampang tajamnya. Tenang... Dirinya sudah pernah menghadapi Alvin yang lebih dari ini.

"kau pikir, yang dimaksud bantuan itu hanya seputar perusahaan?" sahut Zela lagi dengan wajah tak terimanya.

"dan apapun itu yang kau maksud. Aku tak akan meminta bantuanmu nona. Memangnya apa yang bisa dilakukan gadis kecil seperti mu?"

"kau tak boleh berkata seperti itu son, karna sebentar lagi Azela akan ja-"

"jangan bilang kalian mau menjodohkan ku dengan anak kecil seperti dia" perkataan Ray terpotong oleh ucapan Alvin.

Sinta berdecak melihat perilaku anak laki-lakinya. Sedangkan Clarissa hanya tersenyum senang. Akhirnya dirinya bisa bebas dari gangguan bosnya itu. Dia juga sudah bebas sekarang.

"kau terlalu cepat memutuskan Al, ini juga untuk kebaikanmu, jadi dengarkan dan terima. Oke" kata Sinta mencoba menenangkan Alvin.

"apa mom tak lihat wajah Clarissa jadi cemberut? Dia tidak akan setuju dengan apapun yang akan mom ucapkan"

Clarissa mengernyit heran, dia biasa saja. Kenapa bosnya berkata seperti itu? Apa dia terlihat tidak senang?

Sinta mengernyitkan dahinya, "Clarissa? Kenapa dia tidak akan setuju, bukankah dia hanya sekretaris mu? "

"because she's my woman mom, now and ever" kata Alvin cepat. Mencegah Clarissa yang akan menjawab perkataan Sinta.

"apa? " tanya Galih lirih, sedangkan Azela menatap Clarissa dengan senyum miring mengejek.

"dan mulai sekarang, mom berhentilah menjodohkan ku dengan wanita-wanita tak jelas itu"

"kalau salah satu yang kau maksud itu adalah aku. Mohon tarik ucapanmu kak" kata Zela dengan senyum.

"aku tak menyebut namamu. Tapi syukurlah jika kau sadar" balas Alvin.

"jika sudah tak ada yang mau kalian bicarakan, aku balik dulu. Lagipula aku tak mau Clarissa tidur terlalu malam. Ayo" kata Alvin final sebelum menarik tangan Clarissa begitu saja.

Clarissa yang belum sepenuhnya paham hanya mengikuti langkah Alvin. Namun begitu dirinya di dalam mobil bosnya, segera saja dirinya mengeluarkan segala sumpah serapahnya, segala umpatannya.

"sial, apa yang anda bicarakan tadi?! Bagaimana bisa Anda berkata begitu mudah tanpa menanyai saya!" kata Clarissa marah dengan tatapan tajamnya. Rasa takut gajinya akan dipotong hilang sudah.

"lagipula, saya mempunyai kriteria sendiri. Dan itu bukan pasti anda! " tambahnya sembari kembali menatap ke depan dengan tangan bersedekap di dadanya. Dirinya benar-benar kesal sekarang.

"seharusnya kau senang, karena bisa mendapatkan pria seperti ku, apa yang kurang dari diri ku miss? Uang? Kekuasaan? Tampan? Semuanya ada pada diri ku" balas Alvin dengan tenang.

"lagipula, apa yang aku ucapkan tadi hanya sekedar ucapan biasa. Kau tak perlu khawatir kalau pacarmu akan memutuskanmu. Bahkan aku yakin pacar yang kau idam-idamkan itu tak  lebih baik dari ku. Karna aku ada di puncak semua kriteria yang wanita inginkan" tambah Alvin sebelum melajukan mobilnya. Meninggalkan plataran mansion dengan tenang.

Sedangkan Clarissa hanya menatap kesal Alvin, mengutuk bosnya itu dengan kutukan yang paling menyakitkan. Entah kenapa Clarissa merasa inilah sikap Alvin yang paling menyebalkan selama dirinya bekerja. Clarissa masih terima jika Alvin memarahinya, tapi jika sikap Alvin semenyebalkan ini, Clarissa tidak tau lagi harus bagaimana.






Terimakasih buat yang sudah vote dan komen di bab kemarin 😍
Semoga kalian suka dengan bab ini 😚😚😚

Gegara cerita ini, aku jadi lupa buat part SHRINKING VIOLET lagi 😂😂 tapi alhamdulillah masih bisa nulis sedikit-sedikit 😅😅

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTARNYA YAAA 😘😘😘

She is My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang