"Theodore?"
Choi Seungcheol berdiri bersandar di meja depan lobi kantornya. Tidak banyak pekerjaan yang bisa dia urus di kantor, sebagian pekerjaan dilimpahkan pada karyawan baru sebagai pelatihan mereka. Ada banyak penduduk yang mengubah kewarganegaraan mereka ataupun mengurus kepemilikan usaha dan properti. Seungcheol dulunya bekerja sebagai tim hukum kerajaan selama beberapa tahun, yang dalam hidupnya juga bisa diartikan ratusan tahun, dia diberhentikan karena perubahan sistem di pemerintahan. Ia bertemu Wonwoo sekitar 13 tahun yang lalu, ketika para Senat memanggil Wonwoo untuk menghadap mereka setelah kabar kematian Profesor Jeon Jihyuk sudah sampai ke telinga Senat Rakyat Hemorian. Seungcheol mengurus surat imigrasi Wonwoo ke Amerika Serikat, yang saat itu Seungcheol terima dari atasannya langsung beserta pesan untuk jangan mempertanyakan apapun dan beri saja stempel di surat itu. Saat itu, Seungcheol tidak tahu apa yang terjadi, namun sebagai pengabdi setia Raja, ia membuat banyak dokumen palsu. Rasanya hari itu hari di mana Seungcheol sudah kehabisan kupon berbohongnya.
"Theodore Tergo mendatangimu?"
Wonwoo sudah mengatakannya dengan jelas. Seungcheol juga mendengarnya, hanya saja sampai membuat orang elit seperti Theodore Tergo sampai datang ke rumah adalah sesuatu yang patut dipertanyakan. Karena hanya dua alasan, entah kau berbuat salah atau kau juga bangsawan seperti keluarga Tergo. "Kau melanggar hukum lagi?" tanya Seungcheol. "Penyalahgunaan wewenang misalnya?"
"Aku terlihat seperti orang yang tidak kompeten bagimu?" tanya Wonwoo.
Seungcheol menaikkan kedua alis,"tidak, tapi kau sanggup melakukannya. Theodore sekarang... level 6? Dia sekarang Letnan Kolonel?"
"Iya, diberikan setelah dia dan timnya berhasil membebaskan tawanan di Timur Tengah."
"Kepalanya pasti makin besar." Seungcheol pernah bertemu dengannya beberapa kali,"nah, Theodore sampai mencarimu. Kurasa surat undangan Yang Mulia Raja sebaiknya kau pertimbangkan."
"Aku tidak tahu apapun tentang pertemanan beliau dengan ayahku, jadi aku tidak merasa ada hal yang patut kami perbincangkan."
"Wonwoo, Yang Mulia jarang mengundang orang datang."
"Na Hyun baru beradaptasi di sini, aku tidak bisa meninggalkannya."
Seungcheol tidak mengerti hubungan Wonwoo dan gadis kecil bernama Na Hyun itu. "Apa anak itu tahu, siapa kau sebenarnya?"
Jawabannya tidak, Seungcheol bisa melihatnya dari cara Wonwoo menghindari kontak mata. Rasanya mustahil menutupi identitasmu ketika kau sudah tinggal bersama lebih dari 10 tahun. Terlebih untuk Wonwoo yang saat itu baru saja merengkuh dunia setelah lama tinggal sebagai hermit di dalam hutan.
Seungcheol mengecek jam tangannya,"itu Kim Mingyu. Biar kubawa kalian ke bawah."
Kim Mingyu datang sambil berlari kecil lalu berjalan bersama Wonwoo mengikuti Seungcheol menuju lift. Mereka turun ke lantai bawah.
Kantor kedutaan besar memiliki lima lantai ke atas dan dua lantai ke bawah. Bangunannya bertema bangunan Eropa dengan pilar besar khas Yunani di bagian depan. Pagar hitam di depan menjulang tinggi dengan bagian runcing di atas. Di halaman terdapat area parkir dan taman kecil di bagian tengah yang menjadi tempat tiga buah bendera berkibar. Bendera Kerajaan Hemorian, bendera Korea Selatan, dan bendera Perdamaian Tiga Klan.
Selama bekerja di kantor ini, Seungcheol bersyukur tidak ada yang pernah berani menyerang atau demonstrasi dalam bentuk apapun. Korea Selatan sudah membangun hubungan erat dengan Kerajaan Hemorian sejak 1900an awal. Walaupun bisa di bilang, data yang tercatat dan kenyataan kerap sekali tidak mencerminkannya.
Mereka bertiga sampai di lantai bawah. Lorong kosong yang dilapisi dinding baja menyambut dengan rasa dingin.
"Bunker?" tanya Wonwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WINTER | JEON WONWOO
FanfictionWonwoo selalu dapat diraih Na Hyun asalkan dia mengulurkan tangan. Suatu hari, Wonwoo sejauh bentangan samudra walau masih ada di ujung jarinya. *** Wonwoo memiliki rahasia kelahiran yang tidak dia bicarakan. Saat seorang bangsawan Kerajaan Hemoria...