Chapter 30

17 3 0
                                    

Kamera ponsel merekam kejadian di gedung dewan senat. Warga setempat berkumpul di depan gedung, mengeluarkan siapapun yang bisa mereka raih dari reruntuhan. Pria maupun wanita bersamaan mengangkat serpihan dinding. Seorang wanita menangis sambil memanggil nama anaknya. Tim medis berkeliaran membantu korban luka. Para dayang bulan memberi bantuan makanan dan minuman, mendirikan tenda untuk merawat korban, dan mengerahkan kekuatan untuk menyelamatkan apa yang bisa mereka selamatkan.

Sudah sepuluh jam berlalu sejak kejadian. Mingyu memberikan laporan terkini yang dapat diberikan oleh Theodore dari Hemoria. Ketika transit di Helsinski, Theodore dan Vanessa mendapat kabar dari rumah dan bergegas mengambil penerbangan kembali. Sekitar satu jam yang lalu, Wonwoo mendapat kabar dari Vanessa yang berada di lokasi kejadian. Ayahnya, Duke Leonov dan Ayah mertuanya, Duke Edward ditemukan bersama senator lain di dalam reruntuhan gedung. Seluruh senator telah diidentifikasi. Selain itu juga, staf kantor dan karyawan lain pun turut diidentifikasi dan telah dikembalikan kepada keluarga masing-masing.

Theodore mengusulkan pemakaman nasional untuk diselenggarakan, Wonwoo memberi ijin kepadanya dan mengusahakan untuk berada di tempat sebelum acara. Entah dia bisa melakukan itu atau tidak.

Wonwoo meletakkan tablet di atas meja kerjanya. Matanya menangkap kotak keramik di sebelah perlengkapan alat tulis. Kotak itu ditarik ke hadapannya kemudian dibuka penutupnya. Wonwoo meraih pasir di dalam dengan jemarinya.

"Wonwoo." Jeongkuk menegurnya dari depan pintu. Wonwoo tidak menggubrisnya. Sedari tadi malam, sudah beberapa upaya telah Wonwoo lakukan menggunakan pasir ini. Hasilnya nihil.

"Bagaimana pendapatmu? Apa benar komplotan itu yang melakukannya?"

Jeongkuk berdiri dengan tangan tertaut di depan badannya. "Kau sendiri tahu penyihir tidak akan mengkhianati hemos."

"Samantha melakukannya."

"Dan dia mungkin sedang mendapatkan hukumannya sekarang." Jeongkuk meneruskan.

"Apa kau melakukan ini karena alasan yang sama?" tanya Wonwoo. Ia memberikan penawaran kepada Jeongkuk untuk bergabung dengannya. Anak itu menyanggupinya tanpa mempertanyakan keputusannya. "karena aku seorang Zeus, maka kau harus menurutiku?"

"Kau ingin konfirmasi kalau aku tidak akan meninggalkanmu?"

Wonwoo mengangguk.

"I won't. You stuck with me."

Jeongkuk berdiri memunggunginya, kembali menjaga pintu seperti sebelumnya.

Wonwoo memperhatikan kotak di tangannya sekali lagi. Dia harap ada hal yang dapat dia lakukan dari sini, apapun untuk menolong rakyatnya. Bukannya duduk berlindung dari bahaya seperti yang selalu dia lakukan seumur hidupnya.

"Tolong simpan kembali kotaknya, Yang Mulia. Anda tidak boleh terlalu sering menggunakan sihir." Jeongkuk menoleh setengah. Memperingati Wonwoo jika dia masih bisa melihatnya.

Wonwoo menyapu tangannya di udara, angin bertiup menutup pintu dan memutar kuncinya. Jeongkuk mengetuk pintu dari luar, memutar-mutar knop pintu mencoba membukanya. Wonwoo meraup pasir dari dalam kotak kemudian melemparkannya ke udara. Dia mendapat gambar bangunan kantor dewan senat yang masih berdiri kokoh. Tidak ada yang janggal dari gambaran tersebut, hingga rudal jatuh menimpanya seolah langit baru saja dirobek.

Wonwoo melihat keluar jendela. Dari kejauhan dia bisa melihat Na Hyun dan Mingyu tengah berbicara di luar. Proyeksi gedung Wonwoo runtuh setelah perhatiannya teralihkan. Dia membuka jendela, melompat keluar dari sana lalu mendekati mereka.

"...seni bela diri penting untuk masa-masa sekarang. Kuharap kau selalu ingat, peraturan pertama belajar seni bela diri adalah mengetahui kapan kau memerlukannya."

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang