Chapter 18

17 3 0
                                    

Lee Siyeon mendatangi Na Hyun di koridor, di depan majalah dinding yang memuat nama-nama di dalam daftar 100 nilai terbaik. Ada tiga nama teratas dengan nilai sempurna. Na Hyun memegangi kartu hasil belajarnya lalu menghembuskan nafas lega.

"Selamat, Na Hyun."

"Kau juga," balas Na Hyun.

Siyeon tersenyum kecut. Namanya ada tepat di bawah tiga anak teratas dengan minus dua angka. "Sampai ketemu semester depan."

Mereka tidak akan bertemu sampai sebulan, setidaknya. Na Hyun berpamitan dengan teman-temannya yang lain sebelum dikawal si kembar untuk kembali ke rumah dan mengganti baju untuk berangkat ke bandara.

Na Hyun tidak membicarakan apapun tentang keberangkatannya ke kerajaan pada teman-temannya bahkan meski mereka menunjukkan dengan jelas jika mereka ingin bertanya. Ada banyak yang bertanya, tapi Na Hyun hanya akan menjawab setelah dia sudah punya jawabannya. Saat ini, ia tidak tahu apa-apa. Bahkan meski sebuah tim pengawal menjelaskan protokol penyelamatan mereka dan bagaimana caranya memindahkan Na Hyun dari rumah ke bandara, dan dari mobil ke dalam pesawat. Lalu diikuti intruksi apa saja yang boleh dia lakukan selama perjalanan singkat itu. Bagaimana ekspresinya, bagaimana dia harus berjalan, dan kemana dia harus memandang.

Usai briefing mereka, Na Hyun ditinggal sendirian di kamarnya. Dari arah luar, dia mendengar suara-suara si kembar yang mulai datang membawa satu rak penuh baju bagus.

"Pergilah mandi, kami akan mengurus di sini." Yoobi mendorongnya ke dalam kamar mandi, Na Hyun mencoba menanyakan apa ada yang perlu dia bantu dengan baju-baju itu tetapi Yoobi sudah membanting pintu kamar mandi di depannya.

Dari dalam kamar mandi, Na Hyun mulai mendengar dua gadis itu berdebat soal fesyen dari buku masing-masing.

"Dia akan berjalan bersama seorang kepala monarki! Aku sudah kuliah bersama ibu soal ini sejak aku bisa bicara!" Yoobi menunjuk baju pilihannya.

"Kau hanya sedang membual karena tinggal bersama ibu, kan? Tuan Wonwoo tidak mau ada publikasi sebelum pemahkotaan, pengawal keamanan ada di mana-mana. Na Hyun butuh baju yang nyaman untuk bergerak." Yoohyun melipat kedua tangannya di depan dada, matanya tidak diam mengikuti kemana Yoobi.

"Oh, you sweet summer child. Kau kira media itu orang-orang beradab?"

Na Hyun berdeham dari depan pintu kamar mandi di kamarnya, menarik perhatian dua saudari kembar itu yang segera merecokinya soal baju pilihan mereka masing-masing. Na Hyun mengangkat tangan,"Aku suka warna hijau."

"Kalau begitu, ambil ini." Yoohyun menyerahkan baju blus dengan lengan panjang yang transparan kepada Na Hyun, kemudian Yoobi memberinya rok putih di bawah lutut.

"Terima kasih karena telah membantuku. Aku tidak tahu adat berpakaian di sana, tapi, di mana kalian dapat baju ini? Aku tidak punya baju... girly."

"Oh, bajumu bahkan tidak lulus derajat pertama untuk kode berpakaian kerajaan jadi kami membawa baju lain," kata Yoobi terlampau santai.

Na Hyun menerima dua baju itu untuk melihatnya kembali. Setelah dia mengenakan bajunya, Yoohyun membantunya merapikan rambutnya. Mereka tidak memperbolehkannya menguncir rambut. Yoobi bahkan menawarkannya aksesori kepala yang bermacam-macam, Na Hyun menolaknya halus.

Ia akan tinggal di sana selama beberapa hari, jadi Na Hyun sudah mengemas barang-barangnya di dalam tas ransel. Hanya saja sekarang tasnya direbut Yoobi yang memindahkannya ke koper yang lebih besar bersama baju-baju baru yang disiapkan mereka.

Mereka pergi keluar kamar bersama. Na Hyun sudah merasa gatal di sana sini karena bajunya, tetapi dia terlalu fokus berjalan dengan sepatu berhak tinggi. Na Hyun yakin kakinya akan melepuh karena sepatu barunya. Meski rupanya sangat imut, Na Hyun akan senang jika Yoohyun membiarkannya mengenakan sepatu kets ketimbang wegdes manis ini. Dia memang sedikit lebih tinggi dari biasanya, karena Na Hyun merasa kepalanya lebih dekat dengan langit-langit di ruang tamu.

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang