Chapter 22

28 5 4
                                    

Sudah dua kali Katherine datang membawakan baju baru dan sarapan setiap matahari mulai naik ke langit. Diiringi dengan kudapan dan teh hangat di siang hari, lalu dilanjutkan dengan makan malam. Tidak ada ponsel, tidak ada teman, bahkan buku novel di kamar ini tidak bisa dibaca—Na Hyun tidak mengerti bahasanya. Di lorong, enam orang penjaga berdiri di depan pintu, di tengah lorong, dan di ujung pintu seberang. Na Hyun memang bisa menyeberangi lorong itu untuk bisa sampai ke luar, tetapi dia tidak yakin punya keberanian untuk melakukannya.

Dari seberang lorong, dia bisa mendengar suara-suara dari para jenderal dan senat, serta para penasehat yang silih berganti melakukan pertemuan dengan Wonwoo. Itu juga alasan kenapa Na Hyun tidak bisa keluar dari pintu itu, dengan seluruh rapat yang tidak ada akhirnya.

Hari ketiga, kabar baik datang. Lee Yoobi yang datang dari pintu, membawakan sarapan dan baju baru. Tidak ada pelayan yang mengikutinya, begitu Na Hyun bertanya, katanya Yoobi sendiri yang mengajukan diri untuk menggantikan Katherine.

"Beritahu aku apa yang terjadi?" tanya Na Hyun.

"Tidak ada yang terjadi." Yoobi membuka tudung saji, menggeser piring lauk ke dekat piring utama. Menata ulang alat makan yang diperlukan Na Hyun lalu duduk di sebelahnya.

Na Hyun menunggu Yoobi menjawab, dia tahu masih ada yang disisihkannya.

"Oke. Tiga hari yang lalu, Yang Mulia duduk bersama Zachary membahas entah apa, tapi yang pasti obrolan itu tidak terlalu menyenangkan hati beliau. Zachary diijinkan tinggal di istana selama yang dia mau. Renovasi rumahnya belum selesai di Llonaria, dia baru saja kembali ke mari dari Argentina."

"Apa yang dia lakukan di Argentina?"

"Itu tempat pengasingannya—kau sudah tahu bagian itu? Bagian dia adalah anak mendiang Raja Zeus III dan Lady Sofia Arman."

Na Hyun menarik gelas air putihnya untuk diminum,"Jadi, artinya dia adalah Pangeran?"

"Grand Duke, tapi iya, Pangeran. Ceritanya panjang, tapi setelah kematian beliau, selir dan anak-anaknya diasingkan ke beberapa negara. Semua gelar dan kekayaan pun juga diambil dari mereka."

"Oh."

Yoobi bangkit berdiri mendatangi meja rias. Ia membuka laci-laci di sana, kemudian mengeluarkan aksesori kepala yang dia gunakan untuk mengepang rambut Na Hyun. Mereka berdua pergi keluar kamar, melewati para pengawal. Na Hyun melirik khawatir, tetapi Yoobi memastikan jika dia boleh pergi keluar.

"Apa aku bisa kembali ke kamarku setelah ini?" tanya Na Hyun.

"Wonwoo ingin memastikan selama seminggu ini semuanya tertata, jadi, sementara kamarmu ada di sini."

Menghirup udara segar di luar ruangan lebih menyegarkan dari melakukannya dari jendela saja. Na Hyun pergi sendirian ke halaman belakang istana. Seperti biasa para pekerja kebun akan melakukan perawatan rutin harian mereka. Na Hyun mengelilingi semak-semak yang dipotong menyerupai labirin. Di tengah labirin terdapat sebuah patung seorang wanita dan sebuah busur. Na Hyun mencari-cari nama yang biasa terdapat pada patung-patung di kota, tetapi patung ini tidak memiliki plakat yang bisa dia baca.

Suara langkah kaki dari samping menarik perhatian Na Hyun, di ujung jalan ada Zachary yang hari ini menggeser sedikit tema pakaiannya menjadi era abad ke-19. Minus topi hitam tingginya, Zachary mendatanginya dengan sebuah tongkat di satu tangan yang membantunya untuk mengecek tiap semak. "Dewi Diana. Cantik, kan?"

Hari ini, Zachary terlihat bersinar.

Na Hyun tidak mengerti apa yang dimiliki Zachary hingga daya tariknya begitu kuat. Apakah mata birunya? Bagaimana dia mengenakan bajunya, bagai karakter fiksi dari novel klasik tiba-tiba datang ke hadapannya? Lalu ditambah bumbu pemberontak dengan cara membawa dua waktu yang berbeda saling bertabrakan. Zachary berdiri mengamati Diana bersama Na Hyun. Seorang Dewi yang dikenal sebagai dewi bulan. Na Hyun bisa mengambil kesimpulan bahwa inilah sosok yang dianggap sebagai pencipta makhluk-makhluk malam.

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang