Chapter 20

23 2 0
                                    

Na Hyun tidak pernah dimandikan lagi semenjak umurnya 5 tahun.

Brenda yang membantunya mandi ketika dia kecil. Terkadang, Na Hyun merasa tidak enak karena dia terlalu bergantung pada beliau. Ia cepat mandiri, dia mengurus rumahnya sendiri karena Wonwoo melanjutkan sekolah dan pergi jauh dari rumah. Jadi, ketika dua orang pelayan membantunya menggosok punggung dan mencuci rambutnya, Na Hyun merasa malu.

Setelah selesai mandi, salah satu dari pelayan menyambutnya dengan jubah bulu yang direntangkan agar Na Hyun bisa mengenakannya. Mereka segera membawanya keluar kamar. Meja riasnya dipenuhi kosmetik dengan warna-warna beragam dan alat-alat penata rambut elektronik. Kontras sekali dengan istana yang berdinding batu.

"Selamat sore, my lady, saya Katherine Brewster. Mulai hari ini saya yang akan bertanggung jawab sebagai asisten anda."

Na Hyun harus mencubit dirinya. Dia mencoba tersenyum ramah pada Katherine.

Katherine memberi anggukan kepada dua pelayan tadi, lalu mereka pergi membawakan gaun dan berbagai macam perhiasan kembali ke kamar. Gaun yang dibawa adalah kain lebar berwarna biru malam dan ikat pinggang keemasan. Katherine membantunya mengenakan gaun itu dibantu dua pelayan tadi. Gaunnya tanpa lengan, tetapi masih ada tambahan kain yang menutupi pundak hingga lengan Na Hyun.

"Apa itu?" Na Hyun bertanya tentang sesuatu di tangan Katherine.

"Putri Ayesha mengenakannya pada pemahkotaan Raja Zeus III."

Kalung dengan bandul bulan dan seekor serigala bermata emas. Katherine membantunya mengenakan kalung itu dengan hati-hati. Di leher Na Hyun, kalung itu terlihat jauh lebih berat dari yang dia duga. Na Hyun juga harus menanggung seberapa berat perasaan yang dia rasakan saat berjalan menuju tempat upacara sementara orang-orang memandanginya penuh rasa penasaran.

Rumor telah beredar. Na Hyun menangkap bisik-bisik antara para wanita dan pria di sisi jalan menuju altar ketika mereka melihatnya datang. Ada yang mengangguk-ngangguk, ada yang terkejut, ada juga yang mencebikkan bibir ketika Na Hyun menampakkan muka. Perkataan Yoohyun semakin membuatnya tidak kuasa meneruskan langkah. Di lihat dari reaksi orang-orang, Na Hyun tahu dia tidak akan diterima dalam posisi setinggi itu.

"Katie kembali membuat orang terkesan." Yoobi mengambil tempat di sebelah Na Hyun. Seketika perasaan Na Hyun jadi lebih ringan. Melihat wajah familiar adalah sesuatu yang paling dia butuhkan. "Kau cantik sekali," kata Yoobi.

"Ini memalukan."

"Yang Mulia pasti akan suka."

Na Hyun teringat jika dia belum melihat Wonwoo lagi sejak pagi ini. Dia juga tidak bisa menemukannya di sekitar halaman.

"Tadi beliau ada di ruang pertemuan bersama para Senat, meminta laporan mereka yang harusnya sudah diberikan sebelum Februari. Sayangnya, para Senator belum menemukan apapun. Mingyu harus memaksanya meninggalkan ruangan untuk bersiap, sebentar lagi beliau akan muncul."

Dia menerawang pada Yoobi, mencoba menebak apa yang bisa dilakukannya seperti yang dilakukan Yoohyun. "Tadi Yoohyun memberitahuku tentang insiden Atrium Bulan. Katanya aku penyihir." Setelah mengatakannya dengan lancar, Na Hyun merasa geli di perutnya. Itu yang terjadi jika dia mencoba mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dia percayai.

Yoobi tidak berkomentar, memilih untuk menghindari Na Hyun dengan tersenyum pada tamu-tamu yang lain. Kemudian lengan Na Hyun digenggam hingga mereka berada di jarak yang cukup dekat untuk Yoobi bisa membisikinya,"Bahkan jika itu benar tidak ada gunanya."

"Apa maksudmu?"

"Kau tidak bisa melakukan sihir, kan?"

Setidaknya, Yoobi bicara fakta. Melihat lengannya yang dipegangi oleh Yoobi, Na Hyun tidak bisa untuk tidak bertanya. "Bagaimana denganmu? Apa kau juga bisa melakukan sesuatu seperti Yoohyun?"

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang