Para dayang pasti sedang ribut lagi di lorong. Mereka tidak selalu melakukan itu, tetapi terkadang Na Hyun sering mendengarnya pagi-pagi. Apa yang diributkan mereka biasanya tidak terdengar jelas. Kalau pintu kamar Na Hyun sudah dibuka, maka mereka akan mengesampingkan perdebatan mereka dan fokus membantunya untuk bersiap di pagi hari. Kali ini berbeda. Na Hyun bisa mendengar jelas, dia bahkan bisa melihat mereka ada di depannya. Seingatnya tadi malam ia tertidur di atas ranjangnya, bukan di dalam hutan.
Oh tidak, tidak lagi!
Na Hyun mendongakkan kepala mengawasi sekitar, seekor kelinci melompat ke atas pangkuannya. Hidungnya mendengus-ngendus baju piyama Na Hyun.
"Apa kubilang! Dia sudah mendapatkan perang yang diinginkannya! Kita kehilangan rakyat hari demi hari, tapi belum ada tanda-tanda penerus! Tamat riwayat kita!"
Suara dayang itu semakin jelas terdengar. Ada ketegasan alami pada nada bicaranya, bukan suara yang biasa ditemukan pada para dayang. Na Hyun yang penasaran menyusuri hutan sambil menggendong kelinci tadi.
"Tenanglah, Tatiana. Panik tidak akan menyelesaikan masalah."
Na Hyun menemukan tiga orang wanita. Dua orang dari mereka tengah berdiri berhadapan, sedangkan yang satu duduk di atas badan pohon yang tumbang. Mereka bertiga adalah wanita dari ras berbeda. Yang paling tinggi berkulit putih dan rambut kemerahan, wanita di hadapannya berkulit lebih cokelat dan rambut gelombang hitam. Wanita yang sedang duduk ditutupi oleh kain ungu yang menyembunyikan seluruh rupanya dari Na Hyun.
"Black Prince sialan! Amira, ini semua salahmu."
Si wanita jangkung menunjuk wanita bertudung ungu. "Aku sudah mati, tuduhan apapun yang ingin kau layangkan tidak ada gunanya."
Na Hyun berlari mendekati mereka. Dia rasa dia kenal ketiga wanita itu. Tatiana, Metzli, dan Amira. Mereka para ratu di masa lalu. Jarak mereka hanya beberapa langkah saja, tetapi semakin Na Hyun mendekat terasa semakin jauh jarak mereka.
Di tengah langkahnya Na Hyun berhenti. Ia memperhatikan kelinci di tangannya, kedua mata merah kelinci itu mengembalikannya pada kenyataan.
Katherine menyapanya setelah wanita itu menarik tirai kamar hingga cahaya matahari membanjiri ruangan. Serafin dan dua temannya membawakan baju ganti untuk Na Hyun pakai hari ini. Na Hyun menyibak selimutnya lalu turun dari sisi ranjang. "Ke mana Giselle?" tanyanya. Katherine mengambil sisir untuk merapikan rambut Na Hyun,"Lady Giselle sudah bangun lebih dahulu dan memberi pesan jika dia pulang ke Akrathon."
"Apa yang kulakukan hari ini?" Na Hyun melihat ke depan cermin ketika baju piyamanya terjatuh di bawah kakinya. Dia merasa sakit di perutnya seketika. Berbeda jauh dari nyeri menstruasi yang pernah dia rasakan, rasa sakit ini terasa lebih menyetrumnya. Katherine dan Serafin panik menanyakan apa yang salah. Na Hyun merintih sambil memeluk perutnya. Ia menunjuk ke arah cermin, pada gumpalan hitam yang berakar dari pusarnya tetapi baik Katherine maupun Serafin tidak melihat ada yang berbeda padanya.
Di luar kamar terdengar suara langkah kaki yang berlawanan, kemudian Kim Doyeon terlihat di ambang pintu dengan nafas tersengal.
"Your Highness." Doyeon mendatangi Na Hyun lalu meletakkan tangannya di atas perut Na Hyun. Secepat datang rasa sakitnya, secepat itu pula hilangnya. Na Hyun memperhatikan Doyeon sambil bertanya-tanya apakah kekuatannya sama seperti putrinya.
Serafin memberikan gelas air putih kepada Na Hyun yang tengah duduk di meja makan ruang perjamuan. Doyeon duduk di sebelahnya. Istana terasa kosong begitu Na Hyun mendengar jika Wonwoo pergi ke reruntuhan gedung untuk inspeksi tempat dan memberi rasa belasungkawa langsung.
"Sihir hitam tidak bagus dilakukan terlalu sering, my lady."
Alis Na Hyun terangkat. Dia bahkan tidak menguasai semua sihir normal, apalagi sihir level tinggi seperti sihir hitam. "Apa kelihatannya begitu? Saya melakukan sihir hitam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WINTER | JEON WONWOO
FanfictionWonwoo selalu dapat diraih Na Hyun asalkan dia mengulurkan tangan. Suatu hari, Wonwoo sejauh bentangan samudra walau masih ada di ujung jarinya. *** Wonwoo memiliki rahasia kelahiran yang tidak dia bicarakan. Saat seorang bangsawan Kerajaan Hemoria...