Wonwoo memberi penghormatannya di depan potrait lukisan mendiang Baginda Raja, menimang apakah itu sekadar dramatisasi atau beliau tidak pernah mendengar teknologi baru yang disebut fotografi. Senat telah mengumumkan dua pekan masa berkabung. Sejumlah aktivitas besar telah ditunda sebagai bentuk penghormatan. Wonwoo punya dua pekan untuk memutuskan apa yang akan dilakukannya. Dia punya dua pekan untuk bersiap atau dua pekan untuk mencari jalan keluar dari masalah ini. Benar. Masalah.
Ia memenuhi permintaan Yang Mulia untuk bertemu, tetapi dalam keadaan yang sedikit berbeda. Wonwoo duduk di kursi paling depan gereja. Monteverde Vecchio, daerah perumahan villa nyaman pada pegunungan di Roma. Marco menghabiskan masa kecilnya di sini. Dia tumbuh di sini, jatuh cinta di sini, dan menghabiskan sisa waktunya di sini. Senat mengatur penghormatannya dilakukan di tempat ini sebelum jenazahnya akan di bawa ke Kerajaan Hemori dan dikuburkan di kuburan keluarga kerajaan.
Dengan teladan, Wonwoo menuruti permintaan ayahnya agar tidak terlibat dengan orang-orang ini. Ia pikir, itu alasan mengapa mereka tidak bisa lagi hidup di luaran secara bebas. Tetapi jika orang yang dihindari pun bernasib sama, Wonwoo meragukan mana yang sebaiknya dia jalani.
"Wonwoo, media akan ada di sini sebentar lagi."
Theodore bersandar di pintu gereja. Dia bersedekap, sejak kecil Theodore tidak pernah melihat Yang Mulia Raja. Ayahnya tidak pernah membawanya ke pertemuan Senat. Untuk keluarga Tergo, penghormatan paling tinggi adalah bertemu Raja dalam seragam militer dan medali, bukannya toga dan dokumen.
"Apa menurutmu hidupnya singkat?"
"Hidupnya dikejar sengketa leluhur."
Wonwoo bangkit berdiri, dia mengancing kancing kemejanya lalu berbalik pergi. "Bagaimana bisa kita tidak mendapatkan satupun tangkapan kamera pengawas?"
"Itu murni kelalaian pengawalan. Mereka satu-satunya pertahanan yang melindungi Yang Mulia, hari itu, seperti biasanya setiap jadwal pribadi yang tidak resmi tidak ada dokumentasi apapun tentang keberadaan beliau di sana. Dengan kata lain, Marco tidak berada di sini."
"Dia membiarkannya begitu saja?"
"Kami tidak tahu."
"Lalu apa yang kalian tahu?"
"Untuk saat ini belum ada arahan yang bisa membawa penyelidikan berlanjut."
Wonwoo punya masalah seluas 722 km2 di depan matanya, secara harfiah. Saat ini, berdiri di daratan yang berseberangan dengan tempat itu pun, dia masih tidak bisa memutuskan apa yang harus dilakukannya. Walau pulau tempat kerajaan bertempat terbilang kecil, dia masih punya seluruh dunia untuk dikhawatirkan. Kerajaan Hemoria memiliki kekuasaan atas sejumlah negara di dunia. Peperangan besar antar ras membagi negara-negara menjadi dua pihak yang berlawanan, yang mendukung dan menentang Kerajaan Hemoria di tanah mereka. Kini negara-negara sekutu mendapat perlindungan dan berbagai bantuan dari barang hingga finansial dari kerajaan, maupun dari satu sama lain.
Sepulang dari gereja, Wonwoo di bawa menuju Château de Tergo.
Mansion besar itu berdiri kokoh di kelilingi lanskap luas lahan rerumputan dan persawahan, pohon-pohon berjajar di sisi jalan menuju bangunan utama. Setelah menolak datang ke kerajaan, Wonwoo mendapat tawaran Theodore untuk berkunjung ke rumahnya. Theodore sudah lama tidak tinggal di sana, dia tinggal di mana pun dia ditempatkan.
Selain Entroldas, keluarga Tergo menguasai hampir seluruh daerah militer kerajaan. Termasuk semua markas militer di negara-negara sekutu.
"Duchess Freya ada di sana?" tanya Wonwoo.
Theodore mengangkat bahu,"mungkin, ibuku tidak akan membiarkan kesempatan bertemu denganmu terlewat begitu saja. Entroldas saat ini sedang diurus adik-adik perempuanku dan suami mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WINTER | JEON WONWOO
FanfictionWonwoo selalu dapat diraih Na Hyun asalkan dia mengulurkan tangan. Suatu hari, Wonwoo sejauh bentangan samudra walau masih ada di ujung jarinya. *** Wonwoo memiliki rahasia kelahiran yang tidak dia bicarakan. Saat seorang bangsawan Kerajaan Hemoria...