Wonwoo kembali ke dalam rumah setelah melihat truk yang di bawa Na Hyun pergi.
Semenjak lewat masa kanak-kanaknya, Na Hyun jadi semakin sering melawan. Anak manis yang dulu selalu tersenyum sumringah melihatnya pulang kini bahkan tidak mengharapkan dia pulang lagi. Dia juga makin sering keluar dengan teman-temannya, Wonwoo masih tidak suka melihat bagaimana anak keluarga Lancer itu terus menatap Na Hyun seolah gadis itu santapan dambaannya. Wonwoo hanya tidak mau Na Hyun melewatkan hal paling penting; sekolahnya. Dahulu karena satu dan dua hal, Wonwoo tidak bisa menikmati kemewahan bersekolah di sekolah mumu. Dia sekolah bersama ayahnya atau tidak guru sewaan yang datang ke rumah. -
Di dapur, suara benturan-benturan halus terdengar dari balik konter. Pintu lemarinya terbuka, bergerak-gerak menciptakan decitan dari engsel yang mulai rusak. Ada yang menyusup ke dapurnya lagi.
"Kau tahu, aku tidak suka caramu memasuki rumahku dan mengambil semua barang sesuka hatimu. Kita berdua makhluk hidup, meski kuakui aku tidak membutuhkan roti yang kau ambil tetapi setidaknya kita harus punya beberapa peraturan yang harus kau patuhi. Tidak, Howard, aku tidak perlu mematuhi peraturan ini karena yang mencuri di sini adalah kau. Aku pemilik rumah ini. Tidak perlu mengataiku begitu, kalimat itu sangat tidak bagus untuk di dengar anak-anak."
Wonwoo bersedekap memperhatikan lawan bicaranya, tidak punya sopan santun. Beberapa hari yang lalu Howard juga ketahuan mengambil makanan dari dalam lemari dapurnya. Pertama kalinya mereka bertemu satu sama lain, Howard tidak memberi kesan baik. Ia mengenakan kacamata yang menutupi matanya, diikat ke belakang kepalanya membuatnya persis terlihat seperti pencuri. Wonwoo tidak masalah kalau dia harus memberi Howard makan jika saja dia meminta baik-baik, tetapi Howard dengan kurang ajarnya mengambil sendiri dan membuat dapurnya kacau.
Wonwoo harus membersihkan lantai dapurnya dari remah roti, sementara Howard duduk di pelataran memandangi roti yang barusan dia ambil. Awalnya dia ingin lari saja seperti biasanya, namun kali ini karena Wonwoo mengajaknya bicara dia memilih tinggal. Howard yakin dia punya hak mengambil makanan dari rumah Wonwoo. Ini semacam bayaran karena Wonwoo pernah menghancurkan rumahnya. Ceritanya panjang. Howard semata-mata membalas dendamnya karena sekarang dia jadi tunawisma.
"Di mana gadis itu?" Howard mencubit rotinya lalu memakannya sambil menatap mata Wonwoo, memberitahunya kalau peringatan yang diberikan kepadanya tidak berguna.
"Kupikir kita sudah sepakat untuk tidak melibatkan dia."
"Oh, aku suka dia, selalu berteriak tiap melihatku. Aku ingat dia dulu berciuman dengan anak cowok yang tinggal di rumah dengan pohon ceri di perkarangannya."
"Lancer. Aku harus bicara dengannya."
"Santai saja, Wonwoo. Biarkan remaja menikmati hidup mereka."
"Not in my watch."
"Kau tidak melihatnya, kau jauh di New York sana dan seharusnya tetap di sana."
Wonwoo menaruh sapu lantainya di sudut ruangan, dia membuka pintu lemari pendingin dan berdecak melihat bagian bawah sudah diobrak-abrik Howard. Ia memeriksa freezer khusus di bagian bawah yang memiliki kunci, membuka pintunya menggunakan sidik jari.
Howard mengintip dari punggung Wonwoo. "Kau harus tahu itu bukan seleraku, itu selera si Zolan dan kawan-kawannya."
"Turun dari pundakku, pencuri."
"Aku memang harus pergi. Ini sudah jamnya si kepala pelontos berangkat kerja dan aku bisa mengecek tempat sampahnya."
Howard berjalan ke arah pintu belakang rumah, mengambil sisa roti dan memeluknya di satu tangan. Ia menuruni undakan teras samping lalu berjalan di perkarangan menuju hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WINTER | JEON WONWOO
FanfictionWonwoo selalu dapat diraih Na Hyun asalkan dia mengulurkan tangan. Suatu hari, Wonwoo sejauh bentangan samudra walau masih ada di ujung jarinya. *** Wonwoo memiliki rahasia kelahiran yang tidak dia bicarakan. Saat seorang bangsawan Kerajaan Hemoria...