Tidak peduli seberapa banyak Wonwoo mencoba, dia tidak bisa melakukannya.
Pelajaran singkat yang diajarkan ayahnya di tengah hutan dahulu tidak pernah memberinya keuntungan seperti yang diberitahukan beliau. Buktinya, Wonwoo harus diam-diam menggunakannya.
Dia mengambil pasir pada mangkuk porselen di depannya kemudian melemparkannya ke depan. Seorang dayang bulan bersedia memasuki Deep Wood demi mengambil pasir di tempat Samantha berdiri di tanah penyih. Pasir yang dilemparkan ke udara terhenti seolah waktu dijeda. Tiap butirannya kemudian ditiup angin membantuk gambar pepohonan rindang, lalu suatu figur berlarian di antara semak-semak hingga mendekati jurang. Dia berhenti di sana, menoleh ke belakang dan melompat ke bawah. Butiran pasir membuat gambaran lain. Kali ini perkotaan dengan gedung-gedung dengan tinggi yang sama di belah oleh aliran sungai.
Wonwoo mengulurkan tangan untuk menggampainya. Cengkaraman tangan kuatnya hanya bisa menangkap pasir yang membentuk penyihir itu.
Pintu ruangannya dibuka, membuat konsentrasi Wonwoo buyar hingga bangunannya roboh. Tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengembalikannya, Wonwoo lantas menoleh ke belakang,"Ini sudah pagi?"
"Iya." Mingyu berdiri di belakang Wonwoo. "Kau menemukan sesuatu?"
"Alihkan pencarian ke perkotaan. Coba daerah negara-negara di Eropa." Wonwoo membawa kembali pasir-pasir di atas lantai kamarnya ke dalam mangkuk seperti semula dengan satu sapuan tangan. Ia pergi mendekati meja kerjanya untuk duduk menerima susunan gulungan laporan yang di bawa Mingyu. "Ada berita bagus?"
"Sekelompok penyihir yang ditahan di Moldova kini sudah diambil alih oleh tentara kita."
"Oh, ya?"
"Zachary yang memimpin misi itu."
Wonwoo tersenyum,"Lihat, kan. Kau bilang Zachary tidak pantas dipercayakan soal ini."
"Kalau begini, kau mungkin akan setuju kalau dia dijadikan Pewaris Sementara, heh?"
"Pewaris?"
Seperti biasa, Mingyu selalu menangkapnya jika sekali saja Wonwoo tidak memperhatikan topik yang dibawa di tiap pertemuan Senat. Wonwoo sudah berusaha, sangat, dengan segenap jiwanya, tetapi ada saja kala ketika dia harus memikirkan hal lain yang lebih genting. Pada akhirnya, dia masihlah tidak sesempurna seperti yang digambarkan para pemujanya. Untuk saat ini, urusan pewaris seakan jauh di penglihatan. Meski berabad-abad telah berlalu, Wonwoo yakin dia masih akan ada di sini. Dia tidak harus mengkhawatirkannya, tetapi ada banyak anggota Senat yang memintanya segera mempunyai seorang pewaris. Seorang Pangeran atau Putri.
Edward Tergo datang ke Istana bersama dengan Adriana Xander. Mereka masih tidak mau menatap satu sama lain, namun perkembangan baru-baru ini menguntungkan mereka berdua hingga mereka sudi menyampaikan berita itu ke depan Wonwoo bersama.
"Ini suatu kesempatan yang baik untuk mengajak Moldova dan Romania menjadi sekutu. Selama misi penyelamatan, pihak kita berhasil melakukan negosiasi dengan pemerintah di sana."
Saran dari Duke Edward cukup jelas. Wonwoo juga sudah mendengar suara lain yang menambahkan jika beliau sudah mengantongi rampasan perang berupa aset-aset bersejarah yang akan sangat cantik diletakkan pada museum pribadi keluarga Tergo.
"Mereka semua baik-baik saja?" tanya Wonwoo pada Adriana. Beliau mengangguk sekali,"sayangnya, tidak ada dari mereka yang mengaku melihat Samantha, Yang Mulia. Saya tidak menyalahkan mereka karena bagi saya sendiri sulit untuk melacak jejak sihinya."
Wonwoo bisa, walau waktu untuk bisa melihatnya sangatlah terbatas. "Kudengar Samantha adalah perantaramu dengan kelompok penyihir internasional."
Adriana tidak merasa itu sesuatu yang perlu dia khawatirkan,"Kami berbagi banyak informasi penting untuk ritual dan resep-resep ramuan yang hanya dibagikan antara anggota kelompok. Samantha adalah salah satu anggota yang budiman selama ini. Tidak seorangpun pernah meragukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WINTER | JEON WONWOO
FanfictionWonwoo selalu dapat diraih Na Hyun asalkan dia mengulurkan tangan. Suatu hari, Wonwoo sejauh bentangan samudra walau masih ada di ujung jarinya. *** Wonwoo memiliki rahasia kelahiran yang tidak dia bicarakan. Saat seorang bangsawan Kerajaan Hemoria...