Chapter 35

19 2 0
                                    

Ruang tahta adalah ruangan yang paling jarang dimasuki Na Hyun. Dia hanya pernah sekilas melihatnya pada kedatangan pertamanya ke istana. Dahulu tempat ini selalu diisi oleh para anggota kerajaan dari seluruh penjuru dunia. Putra dan putri bangsawan dari berbagai kerajaan yang diundang untuk bergabung di dalam kerajaan. Istana hampir tidak pernah sepi. Kursi raja dan ratu bersebelahan di atas panggung dengan tangga melingkar, diiringi kursi pangeran dan putri di kanan dan kiri. Pada masa Zeus III, beliau akan duduk di tengah, Amira di samping, Marcus di kiri raja, dan Putri Eloise di samping Amira. Penduduk Hemoria datang silih berganti menyampaikan sendiri permasalahan mereka untuk meminta jawaban dari raja.

Dari pintu masuk, karpet beludru biru terhampar hingga undakan di mana keempat kursi berdiri kokoh. Kayunya masih terlihat baru dipahat kemarin malam, seolah ribuan tahun belum berlalu di sekelilingnya. Di sisi karpet berdiri display yang memamerkan artifak milik kerajaan. Hampir semua artifak yang seharusnya dipamerkan sudah hilang. Beberapa dicuri selama peperangan, seseorang mengklaimnya dan di bawa pergi, atau sudah dikumpulkan di gudang bawah tanah. Benda paling berharga di ruangan ini selain tahta raja adalah chandelier di langit-langit ruangan yang menggantung diselimuti sarang laba-laba. Melihatnya seperti itu, seolah jaring putih itu adalah bagian dari lampu tersebut.

Dayang dan pengawal berlalu lalang membawa perabotan. Na Hyun melihat barang-barangnya di bawa oleh beberapa orang dayang bulan dengan sihir. Tadi malam, ia dan Serafin telah mengemasi baju yang bisa dibawa. Semenjak kemari, Na Hyun tidak menemukan barang pribadinya lagi. Identitasnya semakin terkikis hingga yang tersisa hanyalah dirinya saja-yang bahkan sulit ia kenali. Itu mengingatkannya pada Kapal Theseus. Ketika setiap bagian kapal diganti dengan bagian yang baru, apakah itu tetap kapal yang sama?

"Malta. Ceritakan apa yang kau ketahui."

Yoohyun tampak pucat diterpa cahaya matahari yang terik dari luar jendela. Yoobi duduk di seberangnya, tidak tampak lebih baik dari saudarinya. Na Hyun telah membebaskan mereka dari tugas harian untuk mengurusnya dan membiarkan mereka beristirahat di kamar masing-masing, tetapi pagi ini mereka sama-sama turun ke bawah untuk hari terakhir mereka bersama. Walau mereka bersikeras tidak menyukai satu sama lain, bahkan hingga tidak menunjukkan kedekatan sama sekali pada awal masa Na Hyun mengenal mereka, baik Yoohyun maupun Yoobi menunjukkan ikatan persaudaraan yang erat.

Jeongkuk memperhatikan sepatu bots hitamnya yang menyimpan banyak souvenir dari tanah yang dia pijak selama seminggu terakhir. Seragam Jeongkuk tampak tidak teratur seperti biasa, namun ia terkenal diberi pengecualian oleh Wonwoo. Dari semua pengawal raja, Jeongkuk tampak menjadi yang paling santai-jika itu kata yang cocok. Na Hyun melihatnya lain, wajah anak laki-laki yang awalnya masih dipenuhi semangat musim panas kini terlihat diserang badai salju.

"Aku bukan turis di sana, yang kulihat hanyalah tembok benteng atau medan perang."

Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Jeongkuk. Entah apa itu.

Na Hyun melirik Yoohyun, merasa mereka menanyakan pertanyaan yang salah pada seorang tentara. Pada awal perpecahan perang, Malta berada di bawah pengepungan tentara musuh. Sejak dahulu, Malta merupakan tempat paling aman jika keadaan di kerajaan mulai menegang. Keluarga kerajaan akan mengungsi ke sana dan berlindung hingga situasi kembali aman. Tidak heran mereka menyerangnya lebih dulu.

"Apa kau memikirkan ajuan Senat mengenai hibrida?"

"Menghabiskan waktu bersama Seo Won tidak membuatmu berpikir hibrida cukup bisa mengurus diri mereka sendiri?"

Sengit-adalah kata yang tepat. Jeongkuk terlihat dia siap melayangkan tonjok kepada siapa saja sejak dia menghabiskan waktu dengan Wonwoo.

Jeongkuk punya rahasia, cerita yang tidak dia bagikan. Na Hyun mengatakan itu pada dirinya sendiri untuk menerima reaksi barusan. Yoohyun mengulurkan tangannya menepuk pundak Jeongkuk yang ada dalam jangkauannya. Jeongkuk menangkap tangan itu, Na Hyun pikir dia akan menyingkirkannya, tetapi tangannya bertahan di atas tangan Yoohyun dalam waktu yang patut dipertanyakan.

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang