Chapter 29

20 3 0
                                    

Wonwoo memberi sambutan dan ucapan terima kasih, mereka bersulang, lalu berdansa. Na Hyun mengenal pesta dari rumah teman-temannya di Fairbanks, namun selepas pukul 9 malam dia tidak mengenal aktifitas apa saja yang dilakukan mereka. Pesta kali ini, tidak berbeda jauh dari yang terakhir dihadiri Na Hyun pada hari penobatan Wonwoo. Mereka berbincang, gelas anggur saling berdenting, kemudian ponsel pintar diangkat tinggi untuk menangkap momen setiap pemiliknya. Na Hyun melihat Kim Yerim, satu-satunya gadis di geng Na Jaemin sedang melakukan siaran langsung—sesuatu yang segera ditegur halus oleh Ayah Jaemin sendiri.

Na Hyun belum menceritakan bagian terburuknya. Dia diajak berdansa oleh hampir setiap orang yang memperkenalkan diri kepadanya.

"Kapan kau sempat belajar waltz?" Na Hyun bertanya serius kepada Wonwoo, sebab pria itu kelihatan sangat natural. Lirikan kecilnya ke arah Mingyu, menjelaskan banyak hal.

"Hm, Vanessa memberiku pelajaran ini saat kita terakhir ada di Hemoria. Apa dia ada di sini?"

"Besok dia akan datang bersama Theodore."

Setelah dansa pertama mereka, tamu lain mulai mendatangi lantai mozaik di tengah ruangan untuk mengiringi musik berikutnya. Na Hyun pergi ke sisi ruangan, mencari minuman untuk membantunya tetap membuka mata selama beberapa jam ke depan. Tidak banyak keluarga bangsawan yang ada di tempat ini, sedikit membuat Na Hyun lega—entah mengapa. Para pejabat ini memperlakukannya seperti kawan untuk membahas seberapa mereka mengagumi keputusan cepat Wonwoo dalam mengamankan Hemorian yang menghadapi kesulitan di negara musuh. Ada kekaguman tulus yang Na Hyun sempat ragukan.

"My Lady."

Na Hyun berbalik, dia menghadap ke arah Jaemin yang kini mengulurkan tangan ke arahnya. Undangan itu diterima Na Hyun, dia meletakkan gelasnya ke atas meja terdekat lalu berdansa bersama Jaemin di antara tamu-tamu lain.

Dalam waktu singkat, Na Hyun merasa sudah mengenal Jaemin seolah mereka berteman sejak kecil. Di bandingkan dengan teman-teman Jaemin yang lain, Na Hyun sendiri, bahkan kemungkinan sampai Lee Siyeon, apa yang telah dilalui Jaemin untuk berdiri di depannya sekarang tidak terbayangkan. Na Hyun akan menjadi orang yang tidak tahu malu jika bilang hidupnya lebih sulit. Jaemin memiliki perannya sendiri, begitupun dengan Na Hyun. Tidak ada unsur personal yang terlibat.

"Kau dari Angkatan Darat, kan? Bagaimana Jeongkuk selama bertugas?"

Jaemin menahan jawabannya. Mereka mengitari ruangan, berselisihan dengan pasangan lain. Setelah dipikir-pikir, ini kali pertama Na Hyun berada dalam jarak dekat dengan seorang vampir murni. Tidak ada darah penyihir di dalam diri Jaemin, Na Hyun tidak merasa energi itu keluar dari permukaan kulit porselen Jaemin. Apa yang dirasakannya lebih keras. Berbeda dari Wonwoo, Na Hyun bisa merasakan campuran dua energi berbeda dari Wonwoo. Jaemin, di sisi lain, memiliki kekuatan solid, seluruh sistem terasa stabil. "Kapten lebih sering sendirian di kamarnya. Kami tidak mengucilkannya, loh."

"Jeongkuk memang sedikit sulit berbaur." Na Hyun mengantup mulutnya ketika dia rasa masih ada yang ingin dia ceritakan tentang Jeongkuk. Bertingkah seperti mengenal Jeongkuk, Na Hyun tidak yakin dia punya hak itu.

"Yang Mulia melakukan sesuatu yang benar dengan meminta Kapten untuk bergabung. Dengan pengalaman nyata, keputusannya dapat dipercaya. Di masa seperti ini, bukankah kepercayaan yang paling penting?"

"Kau percaya pada Baginda Raja?"

Na Hyun dan Jaemin memisahkan diri begitu musik sampai pada akhir nada. Tangan mereka tertaut, merentang jauh ke arah satu sama lain. Jaemin menurunkan badan perlahan, tangannya menuntun jemari Na Hyun ke depan mulutnya lalu bibirnya mengecup buku tangan Na Hyun. "Anda barusan merencanakan suatu konspirasi, my lady?"

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang