Jongin dan Yoobi membopong Wonwoo ke dalam rumah. Seungcheol menyusul tidak lama kemudian, dia mengawal jalan menuju pintu kamar Wonwoo membersihkan jalan yang dipenuhi tumpukan berkas dan buku yang tidak dibereskan Wonwoo setelah kepindahan kemari. Selimut disibak ke samping, Wonwoo dibaringkan di sisi kanan ranjang. Seungcheol mengeluarkan kotak medis dari dalam lemari kemudian duduk di sebelah kanan Wonwoo.
Yoobi belum melepas tangannya yang menutupi luka tusukan dengan jaketnya. Tangannya bergetar hebat, walau begitu tak sedikitpun dia berani mengangkatnya. Ia melirik ayahnya dengan harap cemas. "Tolong ayah, kalau begini Tuan Wonwoo bisa—" Yoobi mengigit bibirnya. Dia mengangkat tangannya yang bebas ke atas luka itu kemudian mencoba merapalkan mantra.
"Yoobi, jangan, jangan lakukan itu." Wonwoo menggeleng halus.
Seungcheol menyusun semua yang dia perlukan di atas ranjang,"Kita harus membawanya ke rumah sakit, sudah lama aku tidak melakukan ini."
"Choi Seungcheol," tegur Kim Jongin.
"Baik, baik! Dia kehilangan banyak darah, ambilkan kantong darah di lemari pendingin. Wonwoo punya IV bag di gudang, pintu di sebelah lemari pendingin."
Yoobi masih memegangi jaketnya,"Aku tidak pernah melihat luka separah ini diobati hanya dengan jahitan. Kita harus gunakan sihir."
"Selalu ada kali pertama untuk semua hal. " Seungcheol menepuk pundak gadis itu menenangkannya.
Setelah Jongin kembali dengan semua keperluannya, Seungcheol memulai tugasnya. Jongin membantu sebisanya, Yoobi membantu mengambilkan apapun yang diminta Seungcheol hingga mereka berhasil menutupi luka dan mempertahanan Wonwoo tetap hidup dan utuh.
Yoobi keluar dari kamar, dia meminta untuk pulang kepada ayahnya yang segera Jongin turuti. "Akan kutelepon Mingyu, ini sudah jamnya Na Hyun pulang."
"Terima kasih, hyung."
"Jaga dia."
Seungcheol mengamati pasien pertamanya setelah sekian lama. Melihat kamar ini jadi lebih mirip tempat kejadian perkara, Seungcheol memutuskan untuk membereskan sedikit kekacauan yang dia buat sebelum Na Hyun pulang dan melihat semua ini.
"Kenapa tidak ambil jalan pintas saja, Yoobi bisa menyembuhkanmu secara instan."
Wonwoo tidak memberi komentar apapun. Seungcheol membereskan semua peralatan medis berserta lap kotor dan perban yang tidak terpakai lagi lalu memasukkannya ke dalam kantong sampah. Dia pergi keluar kamar, mengambil kantong darah dari dalam freezer dan sebuah cawan minum. Seungcheol kembali ke dalam lagi, menyerahkan cawan tadi kepada Wonwoo.
"Mingyu menjemput Na Hyun, dia akan pulang sebentar lagi. Cepat minum."
Wonwoo duduk bersandar untuk minum.
"Beritahu dia! Aku tidak mengerti apa yang kau ingin tutupi tapi ide tentang menyembunyikan identitas? Itu bodoh dan hollywood sekali!"
"Bukan begitu." Untuk pertama kalinya, Wonwoo tidak punya gairah untuk berdebat. Dia hanya mengalihkan muka ke arah lain dan berharap Seungcheol pergi.
Suara kedatangan mobil mengambulkan keinginannya. Seungcheol pergi keluar dengan terburu-buru. Dia melihat Na Hyun yang turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah. Seungcheol menahannya di ruang tamu,"Na Hyun, Na Hyun... tenang dulu."
"Lepas!" teriak gadis itu.
Na Hyun menjatuhkan ransel dan jasnya di lantai kemudian mendatangi pintu kamar Wonwoo, dia berdiri di depan pintu tanpa berani mengangkat kakinya lagi. Entah mengapa yang meledak di dalam dirinya sekarang adalah amarah. Tetapi matanya berkaca-kaca dan terasa sangat panas, lalu dengan satu telunjuk terangkat Na Hyun menarik nafas dalam diiringi isak tangis. "Tidak ini lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WINTER | JEON WONWOO
FanfictionWonwoo selalu dapat diraih Na Hyun asalkan dia mengulurkan tangan. Suatu hari, Wonwoo sejauh bentangan samudra walau masih ada di ujung jarinya. *** Wonwoo memiliki rahasia kelahiran yang tidak dia bicarakan. Saat seorang bangsawan Kerajaan Hemoria...