Chapter 7

24 4 0
                                    

Na Hyun duduk di depan komputer ruang kerja Wonwoo, membaca surel dari teman-temannya di Fairbanks yang masuk kemarin. Clara membagikan foto-foto mereka sebelum Na Hyun pergi dan tambahan foto Clara, Gen, dan Lydia di sekolah. Di bagian akhir, Leo mengirimkannya foto disertai pesan kecil jika dia sudah memaksa Riley untuk ikut berfoto tetapi anak itu tidak mau melakukannya. Surel berikutnya dari Joe. Dia membagikan foto-foto di tempat yang biasa diperebutkan mereka. Hamok di depan rumah menjadi sasara utamanya. Joe mengungkapkan seberapa leluasa dia bisa menggunakannya. Dia juga bilang dia lebih cepat mendapat target buruan karena tidak ada Na Hyun yang menghalanginya.

Untuk saat ini, Na Hyun tidak punya apapun untuk dibagikan jadi dia membiarkan surelnya tidak terbalas.

Na Hyun memandangi layar komputer dengan bosan. Dia menyelam dari satu blog ke blog lain yang mengulas tentang wisata di Korea Selatan. Ada banyak wisata makanan di Seoul, Na Hyun menyimpannya di catatan kecilnya. Mungkin dia akan mengajak teman-teman barunya. Meski kelihatannya dia seperti anak rumah di mata Wonwoo, Na Hyun tidak bisa berdiam diri di rumah lebih dari dua jam dalam keadaan sadar—kalau dia sedang tidur, terlebih di akhir pekan, Na Hyun bisa melewati satu hari penuh tanpa keluar rumah. Ada banyak hal yang Na Hyun sembunyikan dari Wonwoo. Na Hyun juga tidak tahu banyak tentang Wonwoo. Namun mereka hidup seperti keluarga yang sangat harmonis—minus pertengkaran kecil mereka. Na Hyun melihat foto-foto saat dia pertama kali bermain ski, belajar bersepeda, dan memenangkan lomba cerdas cermat.

Mereka hanya punya satu foto bersama, hari natal ketiga yang mereka lewatkan di Fairbanks bersama keluarga Clark. Joe berdiri paling depan sambil menunjukkan PS2 yang baru dia terima, Na Hyun selangkah di belakangnya, kedua tangan Brenda diletakkan di atas pundak Na Hyun. Phill menunjukkan suku cadang truk yang sudah beliau pandangi dari bulan Agustus. Lalu ada Wonwoo di sebelah Brenda dengan wajah masam setelah mendapat sweater turtleneck yang dikatai Na Hyun baju paling bodoh yang bisa dia temukan di pasar. Meski begitu, Na Hyun tahu Wonwoo diam-diam sangat menyukai sweater bodoh itu.

Wonwoo selalu menyayanginya, dan Na Hyun tahu itu.

Malam itu berlalu tanpa Na Hyun sadari. Ketika terbangun di pagi hari, dia sudah berada di atas ranjangnya. Na Hyun turun dari ranjang sebelum alarmnya berdering. Ia pergi keluar lalu berlari ke ruangan kerja Wonwoo. Pria itu sedang membelakangi di belakang meja kerjanya, gelas kopi di sebelah keyboard lalu berkas berserakan di atas meja. Sepertinya dia bergadang lagi.

"Pagi." Na Hyun menumpukan diri pada kusen pintu, wajahnya menyentuh permukaan kayu rumah itu yang agak dingin.

Wonwoo berbalik. Dia melepaskan kacamata bacanya lalu tersenyum hangat. "Pagi. Tidurmu nyenyak?" Satu tangannya meletakkan buku di atas cangkir kopinya.

"Kenapa bergadang lagi?"

"Tadi sempat tidur, kok." Wonwoo meletakkan kertas di tangannya, lalu mengecek jam tangan. "Sudah waktunya kau mandi. Bibi Nam akan menyiapkan sarapanmu."

Na Hyun berdiri tegak lagi, dia memainkan ujung rambutnya yang kusam. "Aku rindu masakan Wonwoo."

"Makan malam nanti aku akan memasak."

"Kukira malam ini kau harus pergi ke suatu tempat."

"Siapa bilang?"

"Agendamu. Mengunjungi rumah tersangka."

Wonwoo melirik ke atas meja, melihat buku agendanya terbuka ditiup angin dari jendela di belakang meja kerjanya. "Kubilang apa soal membaca buku agendaku?" tanya Wonwoo. Satu tangannya mengacak pinggang, sorot matanya terarah pada Na Hyun. Tidak tajam, tetapi Na Hyun menyembunyikan separuh tubuhnya di balik dinding.

"Apa mereka berbahaya?" tanya Na Hyun pelan.

Wonwoo merapikan sedikit meja kerjanya, sebelum angin menerbangkan kertas-kertasnya ke bawah. "Tidak. Asal kau tidak melewati garis batas, seperti yang kau lakukan sekarang." Wonwoo mengambil buku agendanya lalu memasukkannya ke dalam laci. Na Hyun mengamati pria itu yang berjalan mengitari mejanya lalu lurus ke arahnya. Itu peringatan agar Na Hyun lari, karena berikutnya mereka saling kejar-kejaran mengelilingi rumah. Na Hyun berteriak tiap kali ujung jari Wonwoo berhasil menggapainya.

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang