Chapter 38

12 3 0
                                    

"Kau tampak kesulitan. Ada yang mengganggu pikiranmu?"

Na Hyun menurunkan tudung jubahnya, lalu turun menyamakan tingginya pada nenek tua tunanetra yang duduk di atas bentangan selimut tua. Tanpa bertanya pun, Na Hyun bisa merasakan aliran sihir kuat dari nenek ini. Beliau mungkin adalah penduduk Malta yang telah lama tinggal di sini, mungkin jauh lebih senior dari penyihir lain di pulau ini. Pada dasarnya, semakin kuat kekuatan penyihir, semakin lama hidup mereka. Melihat rupa nenek itu yang sudah di ujung usia, Na Hyun tidak yakin dapat membayangkan seberapa tua beliau sebenarnya. Rambut putihnya telah mengambil alih warna aslinya. Kulit yang melapisi tulangnya tampak rapuh. Senyuman yang ditunjukkan nenek itu lain. Kuat, bijaksana, dan mengirim rasa tangguh sang empunya.

Ada tumpukan kartu tarot yang berserakan di depan kaki nenek tua yang sedang terlipat. Na Hyun jarang melihat orang Eropa duduk melipat kaki di depan seperti itu. Tangan Na Hyun terulur untuk meraup kartu tarot itu untuk membantu si nenek tua merapikannya kembali. Beberapa kartu tarot yang dikenali Na Hyun membuatnya penasaran apa nasib yang akan dia dapat jika dia mencoba permainan ini. Ah. Mungkin saat ini dia tidak lagi menganggapnya permainan, melainkan pembacaan nasibnya sesungguhnya.

Nenek mengambil pergelangan tangan Na Hyun sebelum gadis itu bisa memberikan kartu tarot yang sudah rapi, tangan keriput sang nenek mengambil seluruh kartu itu kemudian mengacak urutannya sebelum membagikannya.

"Ah—saya tidak ingin diramal, Nek."

Nenek itu menunjuk kartu yang telah dibentangkan. Sekali lagi tangan nenek mengambil tangan Na Hyun lalu meletakkannya di atas kartu. Untuk seorang tunanetra, Na Hyun harus akui jika nenek itu punya analisis direksi yang bagus—tidak ada tangan yang meraba-raba sekitar, tetapi gerakan spesifik seolah semua ini terlihat sebagaimana Na Hyun melihat.

"Saya tidak butuh pembacaan nasib. Saya sudah tahu nasib saya."

Na Hyun berasumsi jika nenek ini bukan tidak mendengarnya, tetapi keras kepala. Beliau menunjuk-nunjuk kartunya dan Na Hyun bergantian. Na Hyun menurutinya. Dia tidak yakin kalau ini semua boleh dia lakukan atau tidak. Lirikan kecilnya pada Na Jaemin di antara kerumunan orang mengkonfirmasi jika dia boleh melakukan ini. Sebab Jaemin tidak sedang berjalan terburu-buru ke arahnya atau mengambil posisi siap menghentikkannya.

Pilihan kartu tarot Na Hyun ada sebanyak tiga buah kartu. Na Hyun menaikkan satu alisnya melihat nenek membalik ketiga kartu yang dipilihannya. Tunggu dulu, ini tidak buruk.

Ketiga kartu Na Hyun dipisahkan dari kartu lain oleh si nenek. Bibir sang nenek menyebutkan sesuatu yang tidak bisa didengar, kemudian dua kartu di tarik mundur oleh beliau dan satu kartu di tunjukkan kepada Na Hyun. "The Chariot, tegak lurus. Arah, kontrol, dan kemauan. Apa yang kaucari ada di sini."

"Di sini?"

Nenek mengangkat tangannya, satu jemarinya berdiri sementara yang lain ditekuk. "Kau tidak bisa melihat mereka, tetapi mereka melihatmu. Mereka yang dirampok."

"Anda... anda bicara tentang harasa?"

"Hm. Kau mencari harasa."

"Iya, Nek. Apa nenek tahu?"

"Mereka telah dirampok."

Na Hyun mengangguk cepat. Dia mendekat meraup tangan sang nenek, memohon kepadanya,"beritahu saya, apa mereka bisa ditemukan?"

Nenek itu kemudian menunjukkan kartu kedua Na Hyun. Wheel of Fortune. "Posisi terbalik. Kau mungkin akan menghadapi nasib buruk."

Anggukan dari Na Hyun begitu yakin. Kali ini dia tidak masalah. Nasib buruknya telah tertulis, dia akan menghadapinya cepat atau lambat. Permintaannya dikabulkan sang nenek tua, dia mengambil secarik kertas kumal dari dalam saku celananya kemudian membuat sebuah simbol. Na Hyun menerima kertas itu, memandanginya mencoba memahami simbol tersebut. Itu bukan kata atau bahasa apapun. Pemahamannya tidak membawanya pada kesimpulan. "Apa ini?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang