Chapter 36

15 2 0
                                    

Semenjak Wonwoo memberikan hidupnya untuk kerajaan, dia tidak pernah punya kehidupan lagi. Kehidupan pribadi, lebih tepatnya.

Wonwoo berniat untuk menyelinap kembali ke kamarnya setelah selesai, namun rasa lelah yang menumpuk meminta di bayar menguasainya dan dia tertidur di samping Na Hyun. Sesaat setelah matahari terbit, dayang istana mengetuk pintu kamar untuk membantunya memulai hari seperti biasa. Mereka memasuki ruangan setelah mendapat ijin dari Wonwoo. Dua orang dayang membawa penyekat ruangan lipat dan meletakkannya di depan ranjang. Seorang dayang menyerahkan jubah sutra milik Wonwoo dengan wajah tertunduk dan mata terpejam. Setiap kali Wonwoo merasa terkesan dengan seberapa lihai mereka mengerjakan tugas-tugas ini, selalu saja ada hal lain yang para dayang lakukan yang lebih mengejutkan lagi.

Mingyu dan Wonwoo melewati banyak sesi pelajaran adab dan kebiasaan di istana yang perlu disesuaikan ke dalam hidup Wonwoo. Hal-hal paling mudah diingat seperti dayang istana mana yang boleh membantunya mengenakan baju, menyiapkan mandi, dan mengawasi seluruh makanan yang dia konsumsi, adalah contoh yang biasa dia lihat sehari-hari. Mereka yang datang pagi ini adalah dayang baru. Tugas mereka lebih dekat dengan Na Hyun, atau para wanita di istana yang terlibat dengan raja.

Sisa dayang yang masuk berdiri di belakang penyekat ruangan menyediakan keperluan Wonwoo, tetapi pria itu meminta mereka membawanya ke kamarnya karena dia ingin mandi di sana. Lalu di ambang pintu, Kim Mingyu berdiri menahannya.

"Panggil Katherine dan Serafin untuk membantu Lady Na Hyun," Mingyu berpesan pada Yoohyun yang berdiri di luar.

"Selamat pagi, Yoohyun."

"Pagi, Yang Mulia."

Mingyu mengikuti Wonwoo yang menuruni tangga spiral menara. Dia senang Wonwoo tergesa-gesa karena waktu mereka tidaklah banyak untuk menyesuaikan jadwal hari ini. "Aku tidak masalah jika kau tidak menyapaku tiap pagi, tapi bisakah lain kali konsultasi denganku sebelum mengunjungi kamar Lady Na Hyun?"

"Kenapa?" Wonwoo menoleh sekilas,"agar kau bisa mencatat di buku harianmu?"

"Unfortunately, it's part of the job."

Beruntungnya, Wonwoo belum kehilangan kewarasannya.

Malta bukan tanah asing bagi Wonwoo. Sebagian besar rakyat Hemoria yang mengabdi dalam program wajib militer pernah melewati Malta, meski sekadar transit atau berlatih selama beberapa minggu. Dalam perjalanan menuju menara kontrol, Wonwoo melihat halaman yang digunakan untuk berlatih oleh para prajurit. Pelatihan di sini mengajarkan strategi dan ketangkasan dalam menghadapi situasi genting. Sebagai pusat kendali militer seluruh Hemoria. Jauh di rumah, Hemoria memang dilindungi oleh perisai sihir. Suatu perjanjian keramat bersama para penyihir untuk menjaga tanah suci mereka. Malta dilindungi perisai dari teknologi mutakhir, proyek gabungan negara-negara Hemoria melindungi wilayah dari musuh. Selama menerapan perisai, mereka tidak pernah berpikir akan menggunakannya dalam waktu dekat.

Wonwoo bertemu dengan Theodore di sini, persis dalam posisi pada barisan ketiga di kolom dua prajurit yang berbaris di lapangan sekarang. Theodore merupakan satu-satunya bangsawan yang ditempatkan di Malta kala itu, dengan kata lain, satu-satunya yang bisa mengenali siapa Wonwoo di bawah kamuflase rapuh yang tidak Wonwoo coba pertahankan. Tetap saja—walau demikian—Theodore butuh waktu yang cukup lama untuk mengetuk pintu rumahnya.

Wonwoo mengaku, kalau dia tidak benar-benar berusaha keras agar tidak ditemukan, setelah surat kedua panggilan wajib militer datang. Ia memiliki kewajiban sebagai rakyat Hemoria.

"Musuh punya senjata baru yang bisa mengalahkan kita, Yang Mulia, radar maupun perisai sihir seharusnya mampu menghalau rudal manapun. Hemoria tidak tertembus sejak ratusan tahun lalu."

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang