Chapter 19

17 2 0
                                    

Mahkota duduk di atas bantal agungnya, di tengah ruang di mana dia dapat memancarkan pantulan cahayanya pada tapestri-tapestri kaca. Dari buku gambar dongeng yang sering dibacakan Brenda atau Wonwoo, Na Hyun teringat mahkota raja dan ratu yang terbuat dari emas, ditaburi permata, dan dilindungi kain beludru lembut. Namun, lain dari yang telah dia bayangkan, mahkota di depannya ini terbuat dari besi dingin, ujung runcing berjejer mengelilingi, di tiap pilar runcingnyanya terdapat kedelapan fase bulan.

Wonwoo mengambil mahkota itu, meletakkannya dengan hati-hati ke atas kepalanya.

"Apa itu berat?" tanya Na Hyun.

"Tidak." Wonwoo pergi ke depan cermin, menuruti pose yang telah ditunjukkan oleh para raja terdahulu yang ada pada tapestri. "Ini menyakitkan."

Wonwoo beralih ke samping, mengulurkan tangan pada Na Hyun,"Jika aku tidak berhati-hati saat bergerak, ini akan menyakitiku." Na Hyun menggapainya, mereka berjalan bersama mengelilingi ruangan. "Persis seperti makna yang harus selalu kuingat."

"Kurasa kau akan baik-baik saja." Na Hyun mendongak ke atas sekali lagi.

Na Hyun melihat si kembar berdiri di ambang pintu, mereka mengisyaratkannya untuk mengikuti mereka dan Na Hyun menurutinya. Tempat ini tidak buruk selama mereka bisa berlarian bersama di lorong sambil tertawa cekikan. Yoobi menarik tangannya dan mereka berdansa mengelilingi ruang dansa yang telah di dekorasi itu. Ketika menari, Yoobi membuat lilin melayang di sekitar mereka.

Yoohyun menyatukan kedua tangannya, lalu membentangkannya lebar diiringi dengan kelopak-kelopak bunga yang seakan meledak dari atas kepala mereka begitu saja menghujani Na Hyun dan Yoobi.

"Oke, aku tidak akan terbiasa dengan itu."

Mereka pergi keluar, menapaki jalanan yang terbuat dari bebatuan hingga mendekati gerbang taman yang dirambati tanaman ivy. Di depan saja, rerumputan luas tempat di mana sebuah altar batu berdiri kokoh sedang dikerumuni orang-orang dengan gaun putih dan emas. Na Hyun menanyakan siapa orang-orang itu karena itu bukan seragam para pelayan.

"Dayang Bulan. Mereka menyiapkan altar untuk acara besok malam."

"Apa mereka penyihir?"

Yoobi mengangguk,"yang paling congkah." Ia menarik Na Hyun dan Yoohyun untuk mengikutinya menyusuri taman,"cepat, aku mau menunjukkan sarang kunang-kunang. Mereka punya bokong yang lucu."

"Tentu saja aku tahu bokong kunang-kunang bisa menyala, Yoobi!" sahut Yoohyun.

Mereka pergi cukup jauh dari halaman istana. Semakin mendekat, terdengar suara aliran air yang diiringi sahutan dari jangkrik. Kegelapan sudah menguasai seperempat langit, tempat ini semakin hidup ketika menjelang malam. Na Hyun bisa merasakan tungkainya basah akibat berlarian di atas rumput.

Yoobi menunjuk di atas aliran kecil sungai, di mana puluhan kunang-kunang hinggap pada rumput liar di atas air. Yoohyun menaikkan satu alis, lalu menggeleng,"kau benar, mereka lebih gemuk dari yang biasa kulihat."

"Aw, aku boleh mengambil foto mereka?" Na Hyun mengeluarkan ponselnya, kilatan cahaya dari kameranya membuat mereka berterbangan menjauh. Pemandangan itu jauh lebih indah lagi hingga Na Hyun kembali mengambil gambar mereka. Dia menghadapkan layarnya ke depan, melihat hasil tangkapannya. Ada sesuatu asing pada layar belakang fotonya, hingga Na Hyun menurunkan ponselnya dan melihatnya sendiri di depan sana.

Kunang-kunang masih berterbangan menghalangi hutan di depan sana, sepanjang halaman luas di sekitar istana, hutan itu menjadi tepinya seperti dinding kegelapan yang menyimpan banyak binatang-binatang buas. Na Hyun mengambil langkah mundur ketika dia mendengar suara menakutkan yang datang dari dalam sana, diiringi burung-burung yang terbang keluar. Yoohyun dan Yoobi memegangi masing-masing pundaknya dengan satu tangan lain siap melawan tetapi tidak ada apa-apa yang keluar selain angin kencang yang menerbangkan rambut panjang Yoohyun.

THE WINTER | JEON WONWOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang