Sinar matahari datang dari arah jendela jatuh ke atas boks bayi kayu yang tengah diayun oleh Na Hyun. Gadis cilik di dalam tertawa gelak melihat ke arahnya, tangannya memegangi mainannya dengan erat lalu memukulkannya pada pagar boks bayinya. Na Hyun tersenyum kecil. Dia tidak tahu mengapa ada perasaan ganjil yang menyelimutinya setiap melihat bayi itu. Badannya sangat kecil, tetapi melihat caranya memukul boneka karakter kartun yang paling digemari anak-anak sekarang pada pagar boks bayinya seolah mampu membuat pagar itu rapuh dalam hitungan hari. Na Hyun bersumpah dia merasakan getaran kayu itu lebih besar hari demi hari. Bayi kecil ini tidak selemah kelihatannya.
Na Hyun bangkit berdiri untuk mengangkat gadis cilik itu ke dalam dekapannya. Bagi Na Hyun yang tidak mengenal kasih sayang seorang ibu, dia seakan mendapat pengalaman baru setiap kali bersamanya. "Mama will be here, princess."
Cahaya dari luar jendela perlahan meninggalkan kamar. Na Hyun mengikuti garis cahaya yang menarik diri itu, kegelapan mengganti absensinya, membawa hawa dingin mencekam. Sebuah armada kapal besar tengah menutupi langit, pekikan warga di luar mengiringi. Na Hyun memeluk erat putri di tangannya, matanya terpejam lalu berbalik memunggungi jendela. Telinganya berdengung keras dengan hancurnya empat dinding di sekitarnya. Debu bertiup kencang, Na Hyun mencoba mengeratkan pelukannya tapi di tengah serangan bertubi-tubi itu, dia kehilangan kesadaran. Saat matanya terbuka kembali, Na Hyun menangis sejadi-jadinya. Sang Putri tergeletak di bawah reruntuhan. Badan kecilnya yang tidak seberapa tertimpa dinding yang lebih besar berpuluh kali lipat ukurannya.
Tangan Na Hyun terulur menggapainya, menyesal telah membiarkan sang putri menanggung semua beban itu sendirian.
"Na Hyun?"
Badannya diguncang dengan keras. Na Hyun membuka matanya, melihat Kim Seo Won menjulang di atasnya. Wajahnya khawatir, memberi Na Hyun kejutan listrik yang cukup mengembalikan kesadarnanya secara instan. Ia harap Seo Won tidak membawa kabar buruk.
"Apa yang kau mimpikan?"
Pertanyaan Seo Won menghentikkan Na Hyun yang bersiap melarikan diri dari kursi tempatnya tertidur. Wanita mistik ini dapat melihat, atau setidaknya merasakan jika mimpi Na Hyun cukup buruk. Na Hyun mencoba menegakkan badannya, matanya mengedarkan pandangan ke sekitar lalu buru-buru menghampiri Wonwoo yang masih terbaring tak sadarkan diri. Lukanya sudah ditutupi oleh kain kasa. Regenerasi sel hemos lebih cepat daripada manusia. Beberapa luka gores kecil telah hilang sepenuhnya, luka yang lebih dalam masih bertahan. Selain itu, keadaan Wonwoo stabil. Ritme nafasnya pun menunjukkan bahwa dia dalam keadaan tidur.
Seo Won mengajak Na Hyun naik ke atas. Mereka duduk di dapur Seo Won, ditemani dengan dua buah teh hangat dan kukis yang katanya dibuat oleh anak-anak di sebelah. Na Hyun menanyakan di mana kakak-kakak Jeongkuk berada, Seo Won tidak memberikan jawaban spesifik tetapi dia bilang salah seorang kembali ke kota air lepas pantai Jeju.
"Kekuatanmu membekukan tanganmu. Itu menghentikan pendarahan, tapi juga merusak banyak sel-selmu." Seo Won menunjuk pergelangan tangan Na Hyun yang membiru.
"Aku baik-baik saja." Na Hyun tidak bisa merasakan tangannya.
"Aku punya ramuan untuk radang dingin."
Sementara Seo Won sibuk membuka-buka laci lemari dapurnya, Na Hyun bertanya,"Kenapa kau menyembunyikannya?"
Tidak ada jawaban dari Seo Won, yang terdengar darinya hanyalah dentingan labu kaca yang sedang Seo Won ambil. Wanita itu mengeluarkan labu kaca yang memiliki label obat radang dingin, kemudian membawanya ke depan Na Hyun. "Dia istri temanku."
Na Hyun memukul meja hingga tehnya tumpah,"Kau menyembunyikan kriminal karena dia istri dari temanmu?"
"Kau muda, kau belum mengalami pertemanan yang dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WINTER | JEON WONWOO
FanfictionWonwoo selalu dapat diraih Na Hyun asalkan dia mengulurkan tangan. Suatu hari, Wonwoo sejauh bentangan samudra walau masih ada di ujung jarinya. *** Wonwoo memiliki rahasia kelahiran yang tidak dia bicarakan. Saat seorang bangsawan Kerajaan Hemoria...