AWAL pancaroba masih diwarnai dengan rintikan gerimis yang turun membasahi hampir seluruh penjuru Kota Semarang. Tidak dapat diperkirakan kapan gerimis akan berhenti, mengingat kelabu yang menggantung di bawah langit sana pun seakan enggan memberi celah sang surya untuk memamerkan cercah sinarnya barang sejenak. Kendati demikian, sekiranya jejak lembap sepanjang jalanan raya ibu kota provinsi Jawa Tengah tersebut cukup berdaya untuk meredam uar polusi kendaraan bermotor yang berlambak di udara.
Payung-payung dibuka oleh sebagian pengguna trotoar. Sebagian lainnya yang mungkin tidak membawa payung, lebih memilih mencari naungan di bawah emperan toko. Namun, rupanya masih ada juga orang yang tetap berjalan santai di bawah gerimis sore hari itu, seolah berpendapat dirinya tidak akan terluka hanya karena tetesan air.
Paling tidak masih ada tudung jaket yang berjasa melindungi rambutnya agar tidak basah. Sekantong plastik belanjaan bertuliskan nama sebuah minimarket ditenteng tangan kirinya. Sementara tangan kanannya pun tak bebas dari sebungkus cilok yang sempat dibelinya di depan minimarket.
Oh, ia mungkin akan menyingkirkan pikiran untuk keluar dari kondominum hangatnya saat cuaca gerimis seperti ini kalau saja kawanan aktivis cacing di perutnya tidak menggelar orasi aksi damai menuntut jatah makan. Sayangnya, keadaan dapur kosong melompong, bahkan untuk mendapati secuil roti sekalipun. Mau tak mau, ia pun terpaksa meninggalkan laptop kesayangannya sejenak jika tidak mau resep obat mag ikut ada dalam daftar menu makan selanjutnya.
Teringat soal laptop, teringat pula ia dengan satu tugas agung yang menanti dituntaskannya. Ide novel terbarunya tidak mungkin bisa mengetik sendiri kalau ia masih santai-santai seperti ini.
Baiklah, satu fakta tak dimungkiri bahwa dirinya memanglah seorang penulis novel. Siapa tak pernah mendengar nama penulis novel roman terkenal dari salah satu platform digital dengan buku trilogi terbitannya yang berjudul No More Tears? Seperti judulnya, novel itu berhasil menguras air mata para pembaca setianya. Pun, hingga saat ini masih menjadi best seller yang memenuhi deretan rak toko buku di seluruh pelosok negeri.
Melihat kesempatan lampu merah masih menyala, bergegas ia mempercepat langkahnya menyeberangi zebra crossing. Ia menurunkan tudung jaket begitu sampai di gedung kondominiumnya. Lift yang kini dinaikinya tengah menuju lantai lima. Di depan unit bernomor 508 itu, ia memasukkan kode pintu yang sudah dihapalnya di luar kepala. Namun, tiba-tiba tubuhnya bergidik ketika samar-samar mendengar suara gaduh di dalam unit kondominiumnya.
Seingatnya tadi ia meninggalkan kondominium dalam keadaan kosong. Jangan-jangan ada pencuri masuk. Tidak, bagaimanapun seluruh pintu unit kondominium seharusnya telah dilengkapi cardlock dan kode PIN yang tentunya hanya diketahui pemilik unit atau orang-orang tertentu.
Tunggu, bukankah masih ada seorang lagi selain dirinya yang tahu persis bagaimana mengakses unit 508 itu? Siapa lagi kalau bukan ....
"Mbak Monik?"
Seorang wanita berbusana hijab kantoran yang tengah mengisi mug dengan air dispenser itu sejenak menoleh seruan sepupunya. "Dari mana kamu, Geng?"
Bukannya menjawab, Ageng yang terheran-heran di pintu dapur justru bertanya balik, "Lho, Mbak Monik kok udah pulang? Bukannya baru besok mau balik ke Semarang?"
"Agenda meeting dimajukan. Makanya mbak sama pak bos bisa pulang lebih awal," sahut Monik sambil membawa mug air mineralnya.
Mulut Ageng hanya membentuk huruf 'O' diikuti kepalanya yang mengangguk-angguk mafhum. Ageng memang tidak tinggal sendiri di kondominium yang sudah ditempatinya sejak ia meneruskan kuliah di Semarang hingga kini menjadi sarjana pengangguran. Bagaimana tidak, bila seharusnya dengan ijazah Sarjana Ekonomi yang didapatnya itu Ageng sudah bisa melamar pekerjaan ke kantor-kantor. Namun, satu pun belum ada yang mengajaknya janjian interview.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
General Fiction[ON GOING] New Adult | Religi | Romantic Drama Ageng Candramaya Lintang, seorang penulis novel platform digital yang karyanya telah dibaca jutaan kali. Kehilangan ide untuk cerita terbaru, membuat Ageng menerima tawaran berlibur dari sepupunya denga...