PUKUL 14:10. Sebaiknya Kara berangkat sekarang. Ia memasukkan ponsel ke saku depan celana, lalu meraih trusty cane untuk membantunya berjalan usai tanpa bantuan kursi roda lagi.
Baru saja Kara hendak menarik hendel pintu kamar bersamaan selayang pandangnya menjurus adanya sesuatu yang ganjil di antara barang-barang meja konsol di dekat pintu tersebut. Urung keluar kamar, sebuah buku novel telah berpindah dari book end ke tangan Kara sekarang ini.
Kara tidak pernah ingat menaruh buku novel itu sebelumnya. Cuma satu yang ia yakin, novel karya Cahaya Rembulan itu sangat suka dibaca ibunya semasa hidup. Pertanyaan Kara, kenapa versi cetak novel tersebut bisa ada di kamar bekas ibunya ini?
Kara tahu betul ketika dulu ibunya berlangganan membaca karya tulis tersebut, Cahaya Rembulan masih memublikasikannya dalam versi digital. Kara tidak mungkin salah, karena waktu itu ia sampai harus membuat akun alter hanya untuk mengerjai sang penulis yang membuat ibunya lebih peduli pada bacaan roman picisan tersebut ketimbang dirinya.
Mencari-cari kesalahan penulis receh itu sangatlah muda. Jempol tangannya tak henti menyerang kotak masuk Cahaya Rembulan dengan membeberkan kekurangan novelnya dari A sampai Z. Ditambah cara penyampaian Kara yang terkesan mengandung berkarung-karung cabai rawit, membuat siapa pun yang membaca kritikannya berpotensi kena mental seketika. Semakin Cahaya Rembulan terpancing menanggapi komentarnya, semakin Kara bersemangat mengegas ketikan jarinya.
cahayarembulan
Kalau nggak suka, nggak usah baca!mimosa
Kalau nggak siap dikritik, ya nggak usah sok jadi penulis!Setelah komentar panas terakhirnya itu, selang sebentar kemudian Cahaya Rembulan menuliskan status hiatusnya dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. Perasaan bersalah mulai datang menghantui Kara. Niat awalnya yang sekadar iseng malah berbuah kelewatan. Ia juga menyesal telah menamakan akun alternya dengan Mimosa yang mewakili mimpi-mimpi besar komunitas muralnya untuk sebaliknya justru menjatuhkan mimpi orang lain.
Kara sudah mencoba melayangkan pesan pribadi permintaan maafnya, tetapi belum kunjung dibalas. Malam sesaat sebelum dirinya tertimpa kecelakaan mobil itu Kara kembali mengulang permintaan maafnya, kendati ia tidak yakin pesannya akan terbalas.
Empat tahun berlalu seperti sebuah karma, Kara menghabiskan masa-masa hidupnya pasca kecelakaan itu dalam ruang depresi yang merenggut habis titik cahaya impian serta orang-orang terkasihnya. Kara menengok kabar Cahaya Rembulan yang telah sukses menerbitkan trilogi novelnya, sementara ia sendiri tetap terpuruk dengan rasa tidak percaya dirinya memegang kuas dan palet lagi.
Kara masih bertanya-tanya, kenapa semua serial novel Cahaya Rembulan itu bisa ada di vilanya. Tidak masuk akal jika ibunya yang membeli, sementara novel-novel itu diterbitkan pada tahun-tahun setelah ibunya meninggal. Lalu, siapa orang yang menaruhnya di sini? Vila kontena ini hanya diketahui oleh dirinya, ibunya, Mbok Jum, dan ... Ageng.
Benar, Kara ingat pernah membawa Ageng ke vila ini. Apalagi di kamar ini juga Ageng pernah berganti baju. Namun, ia yakin Ageng tidak ada kaitannya dengan keberadaan buku novel itu. Jadi pasti ada orang lain lagi yang mengetahui betul cara memasuki vila. Siapa?
Bagaimanapun vila ini selalu dijaga oleh Pak Ginanjar. Mungkin Kara harus menanyakannya nanti.
Beranjak keluar, Kara mencari-cari Mbok Jum yang ternyata berada di dapur. Tak ketinggalan, ada juga Raki si kucing banyak akal yang masih kepo mencolek-colek sisa tetesan air dari kran bak cuci piring.
"Mbok Jum mau masak? Saya, kan, sudah bilang kalau Mbok Jum nggak perlu capek-capek begini," tegur Kara.
"Ndak apa-apa, Den. Simbok senang begini. Malahan kalau simbok ndak ngerjain apa-apa, rasanya seperti ada yang kurang. Simbok mau masakin makan malam. Tumis buncis sama perkedel jagung kesukaan Den Kara," sahut Mbok Jum yang tengah telaten memipil jagung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
General Fiction[ON GOING] New Adult | Religi | Romantic Drama Ageng Candramaya Lintang, seorang penulis novel platform digital yang karyanya telah dibaca jutaan kali. Kehilangan ide untuk cerita terbaru, membuat Ageng menerima tawaran berlibur dari sepupunya denga...